Pemodelan Perubahan Penggunaan Lahan dan Dampaknya terhadap Emisi Karbon Dioksida di Kalimantan Utara dalam Mendukung IFNET 2030

Abstract

Perubahan penggunaan lahan berkontribusi terhadap ketidakseimbangan siklus karbon dan menyumbang sekitar 33% emisi karbon dioksida global. Perubahan penggunaan lahan merupakan faktor penting dalam dinamika karbon di Provinsi Kalimantan Utara. Penelitian ini bertujuan memproyeksikan perubahan penggunaan lahan di Kalimantan Utara hingga tahun 2030 serta menganalisis dampaknya terhadap cadangan dan emisi karbon. Analisis dilakukan dengan metode regresi logistik berdasarkan data penggunaan lahan dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, serta mempertimbangkan variabel pendorong berupa faktor biofisik, aksesibilitas, dan sosial ekonomi. Perubahan cadangan karbon dihitung menggunakan model InVEST Carbon Storage, sedangkan estimasi emisi karbon menggunakan metode stock difference. Hasil analisis historis menunjukkan adanya deforestasi signifikan pada hutan lahan kering primer akibat ekspansi perkebunan dan tambak. Proyeksi menunjukkan tren ini terus berlanjut hingga tahun 2030, dengan faktor pendorong utama meliputi kepadatan penduduk, jarak ke jalan, sungai, permukiman, lahan pertanian, dan kemiringan lahan. Pada periode historis (2000 – 2018), emisi karbon tertinggi mencapai 18,86 MtCO2-eq/tahun dari biomassa di atas permukaan tanah dan 5 MtCO2-eq/tahun dari biomassa di bawah permukaan tanah. Namun, pada periode proyeksi, sektor penggunaan lahan di Kalimantan Utara telah mencapai kondisi emisi netral karena upaya pemulihan ekosistem mangrove. Restorasi mangrove, rehabilitasi lahan terdegradasi, dan penerapan agroforestri harus diprioritaskan sebagai strategi untuk mencapai target IFNET 2030.

Land use change can cause carbon cycle imbalances and contribute about 33% of global carbon dioxide emissions. It is a significant factor of carbon dynamics in North Kalimantan. This study aims to project land use change in North Kalimantan Province until 2030 and analyze its impact on carbon stocks and emission dynamics. The analysis was conducted using a logistic regression model based on land use data from the Ministry of Environment and Forestry, incorporating biophysical, accessibility, and socio-economic factors as driving variables. Carbon stock were estimated using the InVEST Carbon Storage model, while emissions were calculated using the stock difference approach. Historical analysis shows significant deforestation of primary dryland forests due to the expansion of plantations and ponds. This trend is projected to continue until 2030, with the main driving factors including population density, distance to roads, rivers, settlements, agricultural lands, and land slope. During the historical period (2000 – 2018), the highest carbon emissions reached 18,86 MtCO2-eq/year from aboveground biomass and 5 MtCO2-eq/year from belowground biomass. However, in the projection period, the land use sector in North Kalimantan is projected to reach a neutral emission condition due to mangrove ecosystem restoration efforts. Mangrove restoration, deforested land rehabilitation, and agroforestry implementation should be prioritized as important strategies to achieve the IFNET 2030 target.