Pemanfaatan Limbah Kulit Pisang dan Tempurung Kelapa menjadi Briket sebagai Sumber Energi Alternatif

Abstract

Limbah organik merupakan salah satu komponen terbesar dari total limbah padat yang dihasilkan oleh masyarakat yang berpotensi menyebabkan pencemaran lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk membuat membuat briket dengan bahan dasar limbah kulit pisang dan tempurung kelapa, menganalisis karakteristik serta menentukan formulasi terbaik. Metode yang digunakan yaitu eksperimen pembuatan briket, pengujian karakteristik briket yang meliputi kadar air, kadar abu, kadar zat terbang, nilai kalor dan laju pembakaran. Setiap sampel diuji berdasarkan SNI 01-6235-2000 tentang briket arang kayu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada briket yang memenuhi standar, hanya parameter kadar air yang memenuhi standar SNI sebesar 5.84%, sedangkan kadar abu didapatkan sebesar 23.48%, kadar zat terbang sebesar 18.91% dan nilai kalor <5000 kal/gr. Hal ini disebabkan kurang optimalnya proses karbonisasi pada bahan baku yang berpengaruh terhadap kualitas yang dihasilkan. Formulasi komposisi terbaik dari tiga perlakuan yang diuji adalah perlakuan P2, dengan komposisi bahan 750 gram kulit pisang dan 750 gram arang tempurung kelapa, serta menghasilkan nilai kalor tertinggi sebesar 4853 kal/g.

Organic waste is one of the largest components of total solid waste generated by communities, potentially causing environmental pollution. This study aims to produce briquettes using banana peel and coconut shell waste as raw materials, analyze their characteristics, and determine the best formulation. The method used involves briquette production experiments and characterization tests, including moisture content, ash content, volatile matter, calorific value, and burning rate. Each sample was tested based on the Indonesian National Standard (SNI 01-6235-2000) for wood charcoal briquettes. The results showed that none of the briquettes met all the standard criteria; only the moisture content complied with the SNI at 5.84%, while the ash content was 23.48%, volatile matter 18.91%, and calorific value was below 5000 cal/g. This was attributed to suboptimal carbonization of raw materials, which affected the quality of the briquettes. The best formulation among the three tested treatments was P2, consisting of 750 grams of banana peel and 750 grams of coconut shell charcoal, which produced the highest calorific value of 4853 cal/g.