Please use this identifier to cite or link to this item: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/169516
Full metadata record
DC FieldValueLanguage
dc.contributor.advisorSulistiono-
dc.contributor.advisorKamal, Mohammad Mukhlis-
dc.contributor.authorDAWI, MARIO RAJA SANI-
dc.date.accessioned2025-08-15T13:01:55Z-
dc.date.available2025-08-15T13:01:55Z-
dc.date.issued2025-
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/169516-
dc.description.abstractMARIO RAJA SANI DAWI. Keberlanjutan Ekosistem Mangrove dan Potensi Blue Carbon Teluk Jakarta. Dibimbing oleh SULISTIONO dan MOHAMMAD MUKHLIS KAMAL. Ekosistem mangrove merupakan salah satu ekosistem pesisir yang paling produktif dan memiliki peran penting dalam menjaga keseimbangan lingkungan pesisir. Mangrove berfungsi sebagai penahan abrasi pantai, habitat bagi berbagai biota perairan, penyaring limbah, dan yang paling signifikan dalam konteks perubahan iklim—sebagai penyimpan karbon biru (blue carbon) yang sangat efisien. Melalui akumulasi biomassa dan penyimpanan karbon dalam sedimen, hutan mangrove mampu menyimpan karbon dalam jumlah besar dan dalam waktu yang sangat lama dibandingkan dengan ekosistem darat. Namun, tekanan pembangunan wilayah pesisir dan pencemaran lingkungan telah menyebabkan degradasi dan hilangnya sebagian besar kawasan mangrove, termasuk di Teluk Jakarta. Penelitian ini mengkaji potensi cadangan karbon biru dan keberlanjutan ekosistem mangrove di Teluk Jakarta, kawasan pesisir urban yang mengalami tekanan antropogenik tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kondisi struktur tegakan, cadangan karbon biomassa, serta menilai potensi keberlanjutan konservasi ekosistem mangrove di wilayah Teluk Jakarta, serta memberikan rekomendasi strategi pengelolaan yang tepat dalam menjaga keberlanjutan potensi ekosistem mangrove. Pengamatan dilakukan pada empat stasiun penelitian, yaitu stasiun 1 Desa Muara Kab. Tangerang, stasiun 2 Kapuk Muara Jakarta utara, stasiun 3 Marunda Cilincing Jakarta Utara, dan stasiun 4 Muara Jaya Kab. Bekasi. Data dikumpulkan melalui pendekatan deskriptif dengan pengukuran dan pendataan struktur vegetasi, diameter batang (DBH), pengambilan sampel sedimen serta menentukan prioritas strategi pengelolaan berdasarkan pendekatan Analytical Hierarchy Process (AHP). Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepadatan dan komposisi jenis mangrove bervariasi antar lokasi dengan komposisi jenis mangrove yang ditemukan adalah Sonneratia alba, Rhizophora mucronata, Rhizophora apiculata, dan Avicennia marina. Rhizophora mucronata dan Avicennia marina merupakan jenis yang dominan ditemukan, dengan Rhizophora mucronata menunjukkan nilai biomassa dan cadangan karbon tertinggi. Biomassa mangrove di atas permukaan tanah dari keempat lokasi tersebut adalah 558,72 ton/ha (Kelurahan Muara), 411,18 ton/ha (Kapuk Muara), 208,9 ton/ha (Marunda), dan 365,39 ton/ha (Kelurahan Muara Jaya). Total cadangan karbon dari biomassa di Teluk Jakarta pada 4 (empat) lokasi pengamatan adalah 262,59 ton/ha (Kelurahan Muara), 193,25 ton/ha (Kapuk Muara), 96,17 ton/ha (Marunda), 171,73 ton/ha (Kelurahan Muara Jaya), dengan sumbangan terbesar berasal dari kawasan ekosistem mangrove Desa Muara. Estimasi Karbon Cadangan Tanah (KCT) tertinggi terdapat di Stasiun 2 sebesar 372,25 ton C/ha, disusul oleh Stasiun 1 sebesar 320,43 ton C/ha. Sementara itu, Stasiun 3 dan 4 menunjukkan nilai KCT yang relatif rendah, yaitu 166,54 ton C/ha dan 170,10 ton C/ha. Hasil AHP menunjukkan bahwa strategi rehabilitasi memiliki bobot tertinggi (0,3814), diikuti oleh edukasi (0,2352), pengelolaan (0,2353), dan ekowisata (0,1481). Hal ini menunjukkan bahwa upaya pemulihan ekologis harus menjadi prioritas utama dalam mengelola ekosistem mangrove di Teluk Jakarta. Strategi edukatif dan penguatan kelembagaan tetap diperlukan sebagai pendukung keberlanjutan rehabilitasi dalam jangka panjang. Mangrove di Teluk Jakarta masih memiliki potensi signifikan dalam menyimpan karbon dan mendukung ketahanan pesisir, namun keberlanjutannya sangat tergantung pada efektivitas strategi konservasi yang diterapkan. Penelitian ini merekomendasikan pendekatan integratif berbasis rehabilitasi ekologis, peningkatan kapasitas masyarakat, dan tata kelola kolaboratif untuk menjaga keberlanjutan fungsi ekosistem mangrove di wilayah pesisir urban.-
dc.description.abstractMARIO RAJA SANI DAWI. The Sustainability of the Mangrove Ecosystem and Blue Carbon Potential in Jakarta Bay. Supervised by SULISTIONO and MUHAMMAD MUKHLIS KAMAL. Mangrove ecosystems are among the most productive coastal ecosystems and play a crucial role in maintaining coastal environmental balance. They serve as natural barriers against coastal erosion, provide habitat for a wide range of aquatic organisms, function as filters for pollutants, and—most significantly in the context of climate change—act as highly efficient blue carbon sinks. Through biomass accumulation and carbon storage in sediments, mangrove forests are capable of sequestering large amounts of carbon for extended periods, often surpassing terrestrial ecosystems in this capacity. However, coastal development pressures and environmental pollution have led to the degradation and loss of substantial mangrove areas, including those in Jakarta Bay. This study examines the blue carbon stock potential and the sustainability of mangrove ecosystem conservation in Jakarta Bay, a highly urbanized coastal area subject to intense anthropogenic pressures. The aim of the research is to evaluate the stand structure, biomass carbon stocks, and assess the sustainability potential of mangrove ecosystem conservation in the Jakarta Bay area, while also providing recommendations for appropriate management strategies to ensure the long-term viability of this ecosystem. Observations were conducted at four research stations: Station 1 in Muara Village, Tangerang; Station 2 in Kapuk Muara, North Jakarta; Station 3 in Marunda Cilincing, North Jakarta; and Station 4 in Muara Jaya, Bekasi. Data were collected using a descriptive approach, including vegetation structure measurements, diameter at breast height (DBH) data collection, sediment sampling, and the determination of management strategy priorities using the Analytical Hierarchy Process (AHP) approach. The results of the study indicate that mangrove density and species composition vary across locations, with the identified species including Sonneratia alba, Rhizophora mucronata, Rhizophora apiculata, and Avicennia marina. Rhizophora mucronata and Avicennia marina were the dominant species observed, with Rhizophora mucronata exhibiting the highest values of aboveground biomass and carbon stock. The aboveground mangrove biomass across the four sites was 558.72 tons/ha (Muara Village), 411.18 tons/ha (Kapuk Muara), 208.9 tons/ha (Marunda), and 365.39 tons/ha (Muara Jaya Village). The total carbon stock from biomass in Jakarta Bay across the four observation sites was 262.59 tons/ha (Muara Village), 193.25 tons/ha (Kapuk Muara), 96.17 tons/ha (Marunda), and 171.73 tons/ha (Muara Jaya Village), with the highest contribution originating from the mangrove ecosystem in Muara Village. The highest estimation of Soil Carbon Stock (SCS) was recorded at Station 2, with 372.25 tons C/ha, followed by Station 1 with 320.43 tons C/ha. Meanwhile, Stations 3 and 4 showed relatively lower SCS values, at 166.54 tons C/ha and 170.10 tons C/ha, respectively. The results of the Analytical Hierarchy Process (AHP) indicate that the rehabilitation strategy holds the highest priority weight (0.3814), followed by education (0.2352), management (0.2353), and ecotourism (0.1481). These findings highlight that ecological restoration efforts should be the top priority in managing the mangrove ecosystem in Jakarta Bay. Nevertheless, educational strategies and institutional strengthening remain essential to support the long-term sustainability of rehabilitation initiatives. Mangroves in Jakarta Bay still possess significant potential for carbon sequestration and coastal resilience; however, their sustainability is highly dependent on the effectiveness of implemented conservation strategies. This study recommends an integrative approach based on ecological rehabilitation, community capacity building, and collaborative governance to ensure the continued functionality of mangrove ecosystems in urban coastal areas. Keywords: blue carbon, mangroves, climate change, rehabilitation, Jakarta Bay-
dc.description.sponsorshipnull-
dc.language.isoid-
dc.publisherIPB Universityid
dc.titleKeberlanjutan Ekosistem Mangrove dan Potensi Blue Carbon Teluk Jakartaid
dc.title.alternativenull-
dc.typeTesis-
dc.subject.keywordClimate Changeid
dc.subject.keywordblue carbonid
dc.subject.keywordmangroveid
dc.subject.keywordJakarta Bayid
dc.subject.keywordrehabilitationid
Appears in Collections:MT - Fisheries

Files in This Item:
File Description SizeFormat 
cover_C2501231003_54681a74a4024552b2e850f560011719.pdfCover592.84 kBAdobe PDFView/Open
fulltext_C2501231003_5f3ae6a4f9524c60b9f49c4b4922ee00.pdf
  Restricted Access
Fulltext942.59 kBAdobe PDFView/Open
lampiran_C2501231003_1b1839ca73e34ef0a06321c05e6c1006.pdf
  Restricted Access
Lampiran514.09 kBAdobe PDFView/Open


Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.