Please use this identifier to cite or link to this item:
http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/169511Full metadata record
| DC Field | Value | Language |
|---|---|---|
| dc.contributor.advisor | Darmawan | - |
| dc.contributor.advisor | Pulunggono, Heru Bagus | - |
| dc.contributor.advisor | Apriyanto, Heri | - |
| dc.contributor.author | Wasil, Abd Azis | - |
| dc.date.accessioned | 2025-08-15T12:41:44Z | - |
| dc.date.available | 2025-08-15T12:41:44Z | - |
| dc.date.issued | 2025 | - |
| dc.identifier.uri | http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/169511 | - |
| dc.description.abstract | Konsumsi obat tradisional atau herbal oleh masyarakat Indonesia maupun dunia pada saat ini cenderung terjadi peningkatan. Hal ini tentunya juga akan diringi oleh peningkatan permintaan ketersediaan tanaman herbal. Produk herbal dari Indonesia telah diekspor ke berbagai negara, termasuk negara-negara Asia, Eropa, Australia, dan Afrika. Data dari tahun 2017 hingga 2022 menunjukkan penjualan produk herbal mengalami kenaikan sebesar 10,22%, namun penguasaan pangsa pasarnya hanya sebesar 0,62%. Upaya peningkatan pangsa pasar salah satunya adalah dengan memperluas area tanaman herbal yang didukung dengan riset guna meningkatkan produktivitas hasil panen. Pemerintah Indonesia pada tahun 2021-2024 telah membangun Taman Sains Teknologi Pollung (TSTP) sebagai pusat penelitian dan pengembangan tanaman herbal yang berada di dalam Kawasan Hutan dengan Tujuan Khusus (KHDTK) Pollung, Kabupaten Humbang Hasundutan, Sumatera Utara. KHDTK sendiri mempunyai luas 500 ha. Analisis terhadap tingkat kesesuaian lahan untuk komoditas di TSTP dan sekitarnya di KHDTK, khususnya herbal belum dilakukan sehingga upaya pengelolaan karakteristik lahan agar komoditas herbal dapat tumbuh optimal dan berkelanjutan belum dapat ditentukan. Penelitian ini bertujuan menetapkan komoditas herbal terpilih berdasarkan sentra produksi dan menilai tingkat kesesuaian lahan area TSTP untuk komoditas terpilih serta membandingkannya dengan karakteristik lahan sentra produksi. Tahapan penelitian meliputi penentuan komoditas herbal terpilih; penentuan dan analisis produktivitas sentra produksi komoditas terpilih; perbandingan karakteristik lahan sentra produksi dan TSTP; analisis regresi hubungan karakteristik lahan sentra produksi dan produktivitas jahe dan kunyit; dan analisis kesesuaian lahan aktual dan potensial komoditas herbal dan area sentra produksi serta rekomendasi perbaikan karakteristik lahan. Penentuan komoditas herbal dan penentuan sentra produksi herbal terpilih menggunakan metode skoring dengan kriteria yang diberi bobot sesuai dengan tingkat kepentingannya dalam konteks analisis sentra produksi. Kriteria-kriteria yang digunakan tidak seluruhnya mempunyai skala yang sama, sehingga perlu dilakukan normalisasi nilai (metode min-max normalization) untuk dapat dilakukan perbandingan. Selanjutnya perhitungan skor akhir untuk setiap komoditas/sentra produksi dengan memperhitungkan bobot kriteria dan skor hasil normalisasi. Komoditas/sentra produksi yang terpilih diambil berdasarkan urutan skor akhir tertinggi. Penilaian kesesuaian lahan komoditas dilakukan dengan cara mencocokkan (matching) karakteristik lahan pada setiap Satuan Peta Tanah (SPT) dengan kriteria persyaratan tumbuh tanaman. Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan berdasarkan data rata-rata tahun 2021-2023 untuk luas panen, produksi, produktivitas dan ekspor maka dapat ditentukan bahwa komoditas terpilih yang diprioritaskan untuk dikembangkan pada tahap awal di Pollung adalah jahe dan kunyit. Sentra produksi unggulan komoditas jahe dan kunyit dari hasil analisis data rata-rata tahun 2021-2023 untuk luas panen, produksi, produktivitas dan jumlah pasar yang didukung dengan analisis Sistem Informasi Geografi (SIG) maka dapat ditentukan beberapa desa sentra yang tersebar di beberapa kabupaten. Desa-desa sebagai sentra produksi jahe keseluruhnya berada di Pulau Jawa, yaitu: Desa Penakir - Kecamatan Pulosari, Kabupaten Pemalang; Desa Sumogawe – Kecamatan Getasan dan Desa Kemambang – Kecamatan Banyubiru, Kabupaten Semarang; Desa Pamalayan – Kecamatan Cisewu dan Desa Selaawi – Kecamatan Talegong, Kabupaten Garut; Desa Mekarlaksana – Kecamatan Cikadu dan Desa Kutawaringin – Kecamatan Mande, Kabupaten Cianjur; Desa Nawangan – Kecamatan Nawangan dan Desa Tahunan – Kecamatan Tegalombo, Kabupaten Pacitan; Desa Purworejo – Kecamatan Ngantang dan Desa Toyomorto – kecamatan Singosari, Kabupaten Malang. Desa-desa sebagai sentra produksi kunyit ternyata tidak hanya terdapat di Pulau Jawa saja, tetapi juga di Pulau Sulawesi. Desa-desa tersebut yaitu: Desa Tiron-Kecamatan Banyakan dan Desa Kalipang-Kecamatan Grogol, Kabupaten Kediri; Desa Kesambenwetan – Kecamatan Driyorejo, Kabupaten Gresik; Desa Krandegan – Kecamatan Bulukerto dan Desa Giriwarno – Kecamatan Girimarto, Kabupaten Wonogiri; Desa Rakitan – Kecamatan Sluke, Kabupaten Rembang; Desa Padaelo – Kecamatan Lamuru dan Desa Amali Riattang – Kecamatan Amali, Kabupaten Bone; Desa Datara – Kecamatan Tompobulu, Kabupaten Gowa. Perbandingan karakteristik lahan antara TSTP dan wilayah sentra produksi jahe menunjukkan antara lahan TSTP dan Desa Sumogawe dan Selaawi mempunyai nilai kemiripan tertinggi, yaitu 77,78%. Sedangkan Desa Datara – yang merupakan sentra produksi kunyit memiliki kemiripan tertinggi dengan lahan TSTP, yaitu 55,56%. Desa ini juga mempunyai tingkat produktivitas tertinggi. Hasil ini secara tidak langsung dapat dijadikan sebagai tolok ukur bahwa potensi TSTP sebagai sentra produksi herbal khususnya jahe dan kunyit cukup besar. Tinjauan dan analisis terhadap kelas kesesuaian lahan aktual terhadap 7(tujuh) komoditas herbal di TSTP menunjukkan sebagian besar area berada di kelas kesesuaian lahan S3 dan sebagian kecil area kelas kesesuaian lahan N (tidak sesuai) dengan faktor pembatas yang bervariasi. Perlu adanya strategi pengelolaan dan upaya perbaikan tertentu untuk meningkatkan kelas kesesuaian lahan potensialnya dari S3 menjadi S2 atau cukup sesuai dan N menjadi S3. Salah satu temuan yang menarik dari penelitian ini adalah bahwa kelas kesesuaian lahan aktual maupun potensial di sentra produksi jahe dan kunyit tidak selalu berbanding lurus dengan capaian produksi aktual. Hal ini ditunjukkan dengan adanya lahan dengan kelas kesesuaian lahan aktualnya S3 dan N dengan faktor pembatas utama lereng dan temperature untuk jahe dan lereng untuk kunyit, yang ternyata hasil produksi di sebagian area tersebut mampu mencapai potensial 60% - diatas 80% produksi optimum. Hal ini dapat menjadi pertimbangan untuk dapat meninjau kembali kriteria kesesuaian lahan, khususnya untuk faktor pembatas temperatur dan lereng bagi komoditas jahe dan kunyit. | - |
| dc.description.sponsorship | Badan Riset dan Inovasi Nasional | - |
| dc.language.iso | id | - |
| dc.publisher | IPB University | id |
| dc.title | Perbandingan karakteristik lahan area sentra produksi dan Taman Sains Teknologi Pollung untuk perencanaan teknis pengembangan herbal | id |
| dc.title.alternative | - | - |
| dc.type | Tesis | - |
| dc.subject.keyword | herbal | id |
| dc.subject.keyword | kesesuaian lahan | id |
| dc.subject.keyword | sentra produksi | id |
| dc.subject.keyword | Karakteristik lahan | id |
| Appears in Collections: | MT - Agriculture | |
Files in This Item:
| File | Description | Size | Format | |
|---|---|---|---|---|
| cover_A1501211004_d2c6d66beec144f88b45b3b0546eedf4.pdf | Cover | 4.82 MB | Adobe PDF | View/Open |
| fulltext_A1501211004_cd62d11a6fba4667864880b0ca09685a.pdf Restricted Access | Fulltext | 6.85 MB | Adobe PDF | View/Open |
| lampiran_A1501211004_99a031851cde4656abdd054ce2961570.pdf Restricted Access | Lampiran | 3.43 MB | Adobe PDF | View/Open |
Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.