Please use this identifier to cite or link to this item: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/169498
Full metadata record
DC FieldValueLanguage
dc.contributor.advisorBoer, Mennofatria-
dc.contributor.advisorKurnia, Rahmat-
dc.contributor.advisorYonvitner-
dc.contributor.authorPriatna, Asep-
dc.date.accessioned2025-08-15T09:19:24Z-
dc.date.available2025-08-15T09:19:24Z-
dc.date.issued2025-
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/169498-
dc.description.abstractProduksi sumber daya ikan pelagis kecil di Wilayah Pengelolaan Perikanan 65% berasal dari Laut Natuna dan Laut Cina Selatan (LCS) dan 35% dari Selat Karimata, sebagian besar adalah hasil tangkapan pukat cincin. Hasil tangkapan pukat cincin di Laut Natuna-LCS didominasi oleh ikan layang benggol (Decapterus russelli), selar bentong (Selar crumenophthalmus), dan layang deles (Decapterus macrosoma), dengan prosentase 44,5%, 27,9%, dan 17,7%. Penelitian-penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa tingkat eksploitasi tinggi telah berlangsung sejak lama, dimana status stok jenis-jenis pelagis kecil termasuk layang benggol berada pada kondisi tidak sehat. Tingkat penangkapan semakin sulit dikontrol dengan aksi ilegal fishing. Dominasi kelimpahan stok layang benggol menjadikannya sebagai spesies indikator sekaligus representasi bagi perikanan pelagis kecil di Laut Natuna-LCS. Posisi penting secara ekologi dan ekonomi, serta tekanan penangkapan dan kompleksitas dinamika perikanan di kawasan ini, menjadikan spesies ini sebagai prioritas untuk dikelola. Situasi shared stock serta sifat transboundary spesies berimplikasi terhadap kapasitas data produksi dan upaya penangkapan. Data yang tersedia tidak cukup menggambarkan kondisi yang sebenarnya, ada informasi yang hilang karena penangkapan oleh negara lain. Pengkajian stok berbasis data yang ada hanya akan menghasilkan estimasi potensi yang tidak valid. Pengkajian stok layang benggol berbasis data panjang menjadi metode alternatif-solutif untuk mengestimasi indikator dan status stok pada situasi perikanan pukat cincin di Laut Natuna-LCS. Pengkajian stok bertujuan mengestimasi parameter life history, indikator dan status stok, serta mendapatkan opsi pengelolaan layang benggol yang kokoh, prospektif, adaptif, transparan dan realistis dibawah kondisi ketidakpastian dinamika perikanan pelagis kecil Laut Natuna-LCS. Pengumpulan data distribusi frekuensi panjang dan tingkat kematangan gonad dilakukan di PPN Pemangkat, mulai Maret 2019 sampai Agustus 2021. Data tahun 2015-2018 dari Balai Riset Perikanan Laut juga digunakan dalam penelitian ini. Total ukuran panjang individu 19.103 ekor, dan sub sampel untuk aspek biologi 4.059 ekor. Ikan layang benggol yang tertangkap pukat cincin sebagian besar berukuran dewasa. Parameter life history (pertumbuhan, mortalitas alami, reproduksi), menunjukan spesies ini memiliki laju pertumbuhan moderat-cepat. Ukuran pertama tertangkap lebih besar dari ukuran pertama kali matang gonad, indikasi bahwa spesies ini berkesempatan memijah satu kali sebelum tertangkap. Upaya penangkapan tidak mengganggu potensi rekrutmen. Beberapa parameter menunjukan kondisi yang mengancam keberlangsungan stok, yaitu tingkat mortalitas alami cukup tinggi, rata-rata ukuran ikan semakin kecil, hingga jumlah mega-spawner relatif sedikit. Dalam 5 tahun, panjang rata-rata jantan dan betina berkurang sekitar 1,5 cm. Panjang saat jantan pertama matang gonad berkurang sekitar 3,6 cm dan betina 1,8 cm. Dinamika rasio jenis kelamin menunjukkan penurunan populasi betina. Penurunan ukuran tersebut mengindikasikan tingginya tekanan penangkapan. Penilaian stok layang benggol berbasis panjang menggunakan model length based-spawning potential ratio, length based-bayesian biomass, dan length integrated mix effect. Indikator stok menunjukkan intensitas penangkapan pukat cincin berada pada level tinggi dengan menargetkan ikan berukuran besar, menyebabkan stok mengalami lebih tangkap (overfishsed), biomassa 16% dibawah batas berkelanjutan. Populasi layang benggol di Laut Natuna-LCS memiliki rasio potensi pemijahan yang relatif tinggi, rekrutmen pun terjadi sepanjang tahun dan bulan. Musim puncak pemijahan teridentifikasi terjadi dua kali, yaitu pada waktu musim peralihan timur-barat sebagai pemijahan utama, dan musim barat sebagai pemijahan minor. Rekrutmen teridentifikasi dua kali dengan tingkat keberhasilan cukup tinggi, puncak utama pada musim peralihan barat-timur, puncak minor pada musim peralihan timur-barat. Karakteristik tersebut menjadikan spesies ini memiliki resiliensi yang cukup kuat terhadap tingkat penangkapan yang tinggi. Model “spawning and yield per recruit” memunculkan nilai ambang batas untuk tingkat ekploitasi optimum layang benggol adalah 0,7, dari nilai yang umum digunakan adalah 0,5. Target acuan potensi pemijahan yang berkelanjutan adalah 50%, sementara rujukan yang umum digunakan 40%. Rasio indikator stok terhadap titik acuan menunjukkan populasi layang benggol mengalami overfishing, dengan tingkat penangkapan 18% melebihi upaya optimum. Stok juga mengalami overfished dengan stok biomassa pemijahan 5% dibawah biomassa berkelanjutan. Indikator dan status stok menjadi patokan tujuan pengelolaan, yaitu memulihkan status stok agar tidak overfishing dan overfished pada ikan berukuran besar atau biomassa stok pemijah. Tujuan pengelolaan tetap memperhatikan hasil tangkapan berada di sekitar hasil maksimum berkelanjutan. Penelitian ini adalah yang pertama kali menerapkan metode Management Strategy Evaluation (MSEtool) untuk membangun kandidat aturan kendali tangkapan, dan menguji kinerjanya terhadap ukuran keberhasilan tujuan pengelolaan. MSEtool menguji dan mengevaluasi berbagai strategi pengelolaan, pada situasi perikanan nyata dibawah ketidakpastian dinamika stok, armada, observasi, dan implementasi pengelolaan. Simulasi antara aturan penangkapan dengan ukuran keberhasilan pengelolaan pada berbagai skenario waktu dan target hasil tangkapan, diperoleh dua pilihan strategi pengelolaan yang paling optimal antara konservasi dan produktivitas, yaitu eksploitasi moderat (curE75) dengan probabilitas keberhasilan 69%, dan pengaturan ukuran tangkap pada panjang optimum (minlenLopt1) yaitu 17 cm, dengan keberhasilan 67% terhadap tujuan pengelolaan. Tindakan curE75 dapat dijalankan untuk 10 tahun maupun 25 tahun kedepan, sementara minlenLopt1 hanya untuk 10 tahun. Aturan kendali tangkapan curE75 adalah menyesuaikan upaya penangkapan menjadi 75% dari upaya saat ini. Implementasinya berupa pembatasan penangkapan saat puncak musim pemijahan utama, yaitu musim peralihan timur-barat (September, Oktober, november). Bertujuan mengurangi tangkapan individu berukuran besar-dewasa yaitu biomassa stok pemijah. Jika kedua opsi tersebut tidakdapat dijalankan, status quo tingkat upaya penangkapan masih dapat dijalankan untuk jangka waktu 10 tahun dengan monitoring yang ketat. Rekomendasi pengelolaan tersebut harus diimplementasikan pada tingkat regional, diterapkan oleh negara-negara seperti Indonesia, Vietnam, dan Malaysia yang memanfaatkan bersama stok sumber daya ikan pelagis kecil seperti layang benggol di Laut Cina Selatan bagian Selatan.-
dc.description.abstractThe small pelagic production in the Fisheries Management Area comes 65% from the Natuna and South China Sea (SCS) and 35% from the Karimata Strait, mostly from purse seiner. Purse seiner catches in the Natuna Sea-SCS are dominated by indian scad (Decapterus russelli), bigeye scad (Selar crumenophthalmus), and mackerel scad (Decapterus macrosoma), accounting for 44.5%, 27.9%, and 17.7% respectively. Several studies indicate that high exploitation levels have been ongoing for a long time, showing that the small pelagic species' stock status was unhealthy. The exploitation levels are becoming increasingly difficult to control due to illegal fishing activities. The dominance of the indian scad stock makes it an indicator species and a representation of small pelagic fisheries in the Natuna Sea-SCS. Its ecological and economic importance, fishing pressure, and the complexity of fisheries dynamics in this region make this species a priority for management. The shared stock situation and the transboundary nature of the species have implications for production data capacity and fishing efforts. Available data do not adequately reflect the actual conditions, with information lost due to fishing by other countries. These data cannot be used in quantitative stock assessment models because potential estimates become invalid. A stock assessment of indian scad based on length data is an alternative method to estimate indicators and stock status under the current ring net fishing conditions in the Natuna Sea-SCS. Stock assessment aims to estimate life history parameters, indicators, and stock status, as well as to obtain robust, prospective, adaptive, transparent, and realistic of indian scad management options under conditions of uncertainty in the dynamics of small pelagic fisheries in the Natuna Sea-SCS. Data on length frequency distribution and gonadal maturity levels were collected at Pemangkat Fishing Port from March 2019 to August 2021. Similar data from 2015 to 2018, accompanied by the Research Institute for Marine Fisheries, were also used in this study. A total of 19,103 individuals were measured for length during the study period, while 4,059 individuals were sampled for biological aspects. Most of the indian scad caught by purse seiner were of adult fish. Life history parameters (growth, natural mortality, reproduction) indicate this species has a moderate-to-fast growth rate. The length at first capture was larger than the length at first maturity, indicating that this species can spawn once before being caught. Fishing activities do not interfere with recruitment potential. Several parameters indicate conditions threatening stock sustainability: a relatively high natural mortality rate, a decreasing average fish length, and a relatively small number of mega-spawners. Over the past five years, the average length of males and females has decreased by approximately 1.5 cm. The length at first gonadal maturity has decreased by approximately 3.6 cm for males and 1.8 cm for females. The dynamics of the sex ratio indicate a decline in the female population. This decrease in length indicates high fishing pressure. The length-based stock assessment of indian scad using models, i.e, the length-based spawning potential ratio, length-based Bayesian biomass, and length-integrated mixed effect. Stock indicators show that the fishing intensity of the purse seiner was high, targeting large fish. This has caused the stock to be slightly overfished, with biomass 16% below sustainable biomass. The indian scad population in the Natuna Sea-SCS has a relatively high spawning potential ratio, with recruitment occurring throughout the year and month. The peak spawning season occurs twice: the east-west transition season as the major spawning period, and the west season as a minor spawning period. Recruitment is identified twice with a reasonably high success rate, with the major peak during the west-east transition and the minor peak during the east-west transition season. These characteristics make this species fairly resilient to high exploitation levels. The "spawning and yield per recruit" model results in a threshold for the optimal exploitation rate of indian scad about 0.7, compared to the commonly used value of 0.5. The target reference point of the spawning potential ratio was about 50%, while the commonly used reference is 40%. The ratio of stock indicators to reference points indicates that the indian scad population was overfishing, with effort levels 18% above the optimum. The stock was also overfished, with spawning stock biomass 5% below sustainable biomass. The indicators and stock status serve as benchmarks for management objectives, namely to restore the stock status so that it is not overfishing and overfished for large fish or spawning stock biomass. Management objectives continue to focus on keeping yield around the maximum sustainable yield. The Management Strategy Evaluation (MSEtool) method generates candidate for harvest control rules and tests their performance against performance metrics. MSEtool tests and evaluates various management procedures under real fishery conditions characterized by uncertainty in stock dynamics, fleet, observation, and management implementation. Simulations of management procedures against performance metrics across various time scenarios and targeted yield levels identified two optimal management procedures balancing conservation and productivity, i.e moderate exploitation (curE75) with a 69% success probability, and adjust the length at first capture to 17 cm as the optimum length (minlenLopt1), with a 67% probability toward management objectives. The curE75 approviate to be implemented for 10 or 25 years, while minlenLopt1 is only for 10 years. The curE75 harvest control rule adjusts fishing effort to 75% of the current effort. Its implementation involves restricting fishing during the peak of the primary spawning season, i.e., the east-west transition season (September, October, November). The aim is to reduce catches of adult-mature fish as spawning stock biomass. If both management measures cannot be implemented, the status quo fishing effort could be maintained for 10 years projection with strict monitoring. These harvest control rules should be implemented for the regional area, applied by countries such as Indonesia, Vietnam, and Malaysia that jointly utilize the small pelagic fish stocks such as indian scad in the southern South China Sea.-
dc.description.sponsorshipbeasiswa Saintek BRIN-
dc.language.isoid-
dc.publisherIPB Universityid
dc.titlePengkajian Stok dan Pengelolaan Ikan Layang Benggol (Decapterus russelli) di Laut Natuna dan Laut Cina Selatanid
dc.title.alternativeStock Assessment and Fisheries Management of Indian Scad (Decapterus russelli) in The Natuna Sea and South China Sea.-
dc.typeDisertasi-
dc.subject.keywordspawning potential ratioid
dc.subject.keywordDecapterus russelliid
dc.subject.keywordharvest control ruleid
dc.subject.keywordmanagement strategy evaluationid
dc.subject.keywordspawning stock biomassid
Appears in Collections:DT - Fisheries

Files in This Item:
File Description SizeFormat 
cover_C261190031.pdfCover490.29 kBAdobe PDFView/Open
fulltext_C261190031.pdf
  Restricted Access
Fulltext2.77 MBAdobe PDFView/Open
Lampiran_C261190031.pdf
  Restricted Access
Lampiran439.04 kBAdobe PDFView/Open


Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.