Please use this identifier to cite or link to this item:
http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/169344Full metadata record
| DC Field | Value | Language |
|---|---|---|
| dc.contributor.advisor | Seminar, Kudang Boro | - |
| dc.contributor.advisor | Anggraeni, Elisa | - |
| dc.contributor.author | Muhtaj, Sidik Permana Ali | - |
| dc.date.accessioned | 2025-08-15T02:29:37Z | - |
| dc.date.available | 2025-08-15T02:29:37Z | - |
| dc.date.issued | 2025 | - |
| dc.identifier.uri | http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/169344 | - |
| dc.description.abstract | Kebutuhan pangan terus meningkat seiring bertambahnya jumlah penduduk dan pertumbuhan ekonomi. Peningkatan kebutuhan pangan Indonesia rata-rata per tahun antara tahun 1990 hingga 2016 diperkirakan sebesar 4,03%, jauh di atas pertumbuhan penduduk pada periode yang sama yakni rata-rata 1,43% (Arifin et al. 2018). Salah satu tantangan dalam meningkatkan produksi pangan di Indonesia adalah terbatasnya sumberdaya, terutama lahan dan air. Selain itu, fenomena bencana alam, perubahan iklim, dan cuaca ekstrem penting untuk diperhatikan (FAO 2018). Untuk menghadapi permasalahan dan tantangan tersebut, diperlukan inovasi-inovasi yang dapat meningkatkan produktivitas pertanian, lebih efisien dalam panggunaan lahan dan air, serta lebih tangguh terhadap kondisi cuaca dan perubahan iklim. Salah satu bentuk teknologi tersebut adalah irigasi tetes, yakni metode irigasi yang mengirimkan air dalam bentuk tetesan kecil langsung ke zona akar tanaman, sehingga mengurangi penguapan dan limpasan air. Irigasi tetes juga dapat meningkatkan produktivitas tanaman (Chai et al. 2016). Meskipun irigasi tetes memiliki banyak keunggulan dan sudah banyak digunakan secara luas di negara lain, tingkat adopsinya di Indonesia masih rendah. Hasil pemodelan menggunakan bayesian network menghasilkan probabilitas petani untuk mengadopsi irigasi tetes di lokasi penelitian hanya 13,79%. Hasil analisis sensitivitas menunjukkan terdapat beberapa faktor yang sangat sensitif dalam mempengaruhi keputusan petani untuk mengadopsi irigasi tetes, yakni kemampuan finansial, keyakinan bahwa teknologi ini dapat meningkatkan pendapatan serta aktivitas vendor. Dengan probabilitas adopsi yang rendah, maka tingkat difusi teknologi irigai tetes di tiga kecamatan lokasi penelitian juga rendah dan berjalan lambat. Hasil simulasi dengan menggunakan agent-based modelling menunjukkan, pada tahap awal, difusi berjalan lambat sesuai dengan karakteristik petani yang cenderung hati-hati dalam mengadopsi inovasi baru. Kemudian terjadi percepatan pada time-step 2 hingga 8, terjadi stagnasi hingga time-step 12. Pada tahap ini, terjadi adopsi pada kelompok pengadopsi awal dan mayoritas awal. Setelah time-step 15, laju difusi meningkat secara bertahap mencerminkan pengaruh sosial yang semakin besar. Laju difusi kemudian mengalami saturasi yang dicerminkan grafik yang relatif datar dimulai pada time-step 40. Hingga setelah time-step 45, jumlah pengadopsi hanya mencapai 300 atau 85,71% dari populasi. Kondisi ini sesuai dengan kondisi empiris yang menunjukkan tingkat adopsi irigasi tetes tidak pernah mencapai keseluruhan populasi. Secara umum, pola difusi dari hasil simulasi ini mencerminkan karakteristik unik adopsi teknologi pertanian. Hasil simulasi tersebut menunjukkan terdapat kelompok dalam populasi yang tidak tercapai, yakni kelompok tertinggal (laggards). Kondisi ini disebabkan oleh: (i) luas lahan yang diusahakan petani sempit, dimana 68,5% petani responden mengusahakan lahan < 5.000 m2. Sehingga banyak petani berpikir bahwa penggunaan teknologi irigasi tetes tidak ekonomis karena investasi awal dan biaya operasional tidak sebanding dengan potensi peningkatan produksi dari lahan kecil; (ii) biaya investasi awal yang tinggi. Hal ini sejalan dengan pendapat Postel et al. menyatakan bahwa biaya awal sistem irigasi tetes adalah kendala utama adopsi, terutama di negara-negara berkembang (Sandra Postel Paul Polak dan Keller 2001); (iii) tidak tersedianya fasilitas kredit atau skema pembiayaan. Petani kecil seringkali tidak memiliki agunan, riwayat kredit atau akses ke lembaga keuangan formal (non-bankable), sehingga mereka tidak memiliki kemampuan invetasi serta enggan untuk menanggung risiko kegagalan adopsi teknologi (Meijer et al. 2015). Berdasarkan hasil pemodelan dan simulasi yang dilakukan, telah disusun beberapa strategi untuk memperluas dan atau mempercepat adopsi irigasi tetes untuk petani kecil. Strategi tersebut adalah: (i) skema pembiayaan dan atau subsidi investasi irigasi tetes; (ii) peningkatan kepercayaan petani terhadap irigasi tetes; (iii) peningkatan akses teknologi; (iv) penguatan kapasitas kelembagaan petani; dan (v) promosi adopsi kolektif dan skala komunal. Dengan dasar pemikiran bahwa adopsi teknologi ini sangat penting dalam mendukung ketahanan pangan yang merupakan salah satu isu strategis nasional, peran pemerintah dalam pelaksanaan strategi tersebut menjadi keniscayaan. Kata Kunci: Adopsi, Agent-Based Modelling, Bayesian Network, Difusi, Irigasi Tetes | - |
| dc.description.sponsorship | null | - |
| dc.language.iso | id | - |
| dc.publisher | IPB University | id |
| dc.title | Pemodelan Difusi Teknologi Irigasi Tetes pada Petani Cabai di Kabupaten Banyuwangi Menggunakan Agent-Based Modelling dan Bayesian Network | id |
| dc.title.alternative | null | - |
| dc.type | Tesis | - |
| dc.subject.keyword | adopsi | id |
| dc.subject.keyword | irigasi tetes | id |
| dc.subject.keyword | agent-based modelling | id |
| dc.subject.keyword | bayesian network | id |
| dc.subject.keyword | difusi | id |
| Appears in Collections: | MT - Multidiciplinary Program | |
Files in This Item:
| File | Description | Size | Format | |
|---|---|---|---|---|
| cover_P0502211026_76ba06de4e1d4527a446b564525962ba.pdf | Cover | 277.06 kB | Adobe PDF | View/Open |
| fulltext_P0502211026_16d3363cd6ca4cd49cad7dada474572b.pdf Restricted Access | Fulltext | 916.45 kB | Adobe PDF | View/Open |
| lampiran_P0502211026_2a59d7da621943b6a1f3a08b3c563002.pdf Restricted Access | Lampiran | 4.27 MB | Adobe PDF | View/Open |
Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.