Strategi Kebijakan Free Trade Zone (FTZ) terhadap Pengembangan Wilayah Studi Kasus Kawasan Batam, Bintan, Karimun (BBK) di Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2011-2021

Abstract

Di Indonesia, pembentukan pusat pertumbuhan seperti Free Trade Zone (FTZ) merupakan salah satu strategi untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Kawasan Batam, Bintan, Karimun (BBK), merupakan kawasan strategis nasional, memiliki potensi yang tinggi untuk mendorong perekonomian nasional. Namun, masalah utamanya adalah menurunnya daya saing. Studi sebelumnya menunjukkan bahwa FTZ BBK mampu menarik investasi, tetapi efek spillover di daerah sekitarnya belum optimal. Studi kasus ini merupakan kajian empiris dari kawasan BBK antara tahun 2011-2021. Selama periode tersebut, kawasan ini pun terdampak pandemi COVID-19, tetapi belum ada penelitian yang meneliti ketahanan sektor unggulan dalam pengembangan wilayah. Penelitian ini bertujuan untuk: 1) Mengidentifikasi sektor unggulan di kawasan BBK sebelum pandemi (2011-2018) dan semasa pandemi (2019-2021); 2) Menganalisis keterkaitan antarsektor dan antarwilayah; 3) Merumuskan strategi dan program prioritas untuk pengembangan Kawasan BBK. Metode yang digunakan adalah Location Quotient, Analisis Shift Share, Tipologi Klassen, analisis Input-Output (IO)/Interregional Input-Output (IRIO), dan Analytical Hierarchy Process (AHP). Data yang digunakan yaitu: 1) Data time series Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan di BBK (2011-2021); 2) Tabel IO/RIO Indonesia tahun 2016 dari Badan Pusat Statistik; 3) Kuesioner dan wawancara mendalam dengan beberapa responden terpilih. Hasil analisis menunjukkan bahwa dari tahun 2011 hingga 2021, terjadi pergeseran sektor unggulan. Sebelum pandemi (2011-2018), sektor manufaktur, pariwisata, dan perdagangan/jasa mendominasi. Semasa pandemi (2019-2021), sektor ekonomi digital, pertanian, logistik, konstruksi/real estat, dan kesehatan terbukti lebih tangguh. Kebijakan pengembangan wilayah di masa depan harus mempertimbangkan pendekatan multisektor (kombinasi sektor unggulan dan tangguh). Analisis IO/IRIO menunjukkan sektor kunci yaitu: Industri, Listrik dan Gas, Perdagangan, Akomodasi, serta Informasi dan Komunikasi. Ekspor dan impor Kepulauan Riau sebagian besar melibatkan provinsi-provinsi terdekatnya. Perekonomian lokal dipengaruhi oleh shock permintaan dari provinsi lain di Sumatera. Hasil AHP menunjukkan bahwa program prioritas yang harus dilakukan adalah penyiapan lahan dan perizinan (0,122), diikuti oleh penguatan kelembagaan (0,111) dan penyederhanaan persyaratan (0,071). Sebagai negara kepulauan, peningkatan infrastruktur (0,052) dan konektivitas yang lebih baik juga merupakan kunci keberhasilan implementasi kebijakan FTZ. Berikutnya adalah perlunya peningkatan kualitas sumber daya manusia (0,051), yang mampu mendorong investasi. Studi ini diharapkan akan memperkaya literatur dan memberikan wawasan tentang keefektifan kebijakan FTZ.

Kata kunci: kawasan perdagangan bebas, keterkaitan antarsektor dan antarwilayah, sektor unggulan dan tangguh, strategi prioritas

In Indonesia, creating growth centers such as Free Trade Zones (FTZ) is a strategy to drive economic growth. The Batam, Bintan, Karimun (BBK) area, a national strategic zone, has strong potential to boost the national economy. However, its main problem is declining competitiveness. Previous studies show that FTZ BBK draws investment, but spillover effects in nearby areas are not yet optimal. This case study gives empirical evidence from BBK between 2011–2021. During this time, the region faced the COVID-19 pandemic, but no research has examined leading sector in regional development. This research aimed to: 1) identify leading sectors in the BBK area pre-pandemic (2011–2018) and during the pandemic (2019–2021); 2) analyze inter-sectoral and inter-regional linkages at the provincial level; 3) propose strategy priorities for BBK development. Methods included Location Quotient, Shift Share Analysis, Klassen Typology, Input-Output (IO)/Interregional Input-Output (IRIO) analysis, and Analytical Hierarchy Process (AHP). Data used: 1) time series data on gross regional domestic product (GRDP) based on constant prices in BBK (2011–2021); 2) Indonesia's 2016 IO/IRIO tables from the Central Bureau of Statistics; 3) questionnaires and in-depth interviews with select respondents. Analysis showed that from 2011 to 2021, leading sectors shifted. Before the pandemic (2011-2018), manufacturing, tourism, and trade/services sectors dominated. Since then, the digital economy, agriculture, logistics, construction/real estate, and health have proven more resilient. Future regional development policies should consider a multi-sectoral approach (a combination of leading and resilient sectors). Analysis IO/IRIO results reveal key sectors: Processing Industry, Electricity and Gas, Trade, Accommodation, and Information and Communication. Riau Islands' exports and imports mostly involve its nearby provinces. Local economies are influenced by demand shocks from other Sumatra provinces. The AHP results show that land preparation and permits are priority initiatives (0.122), followed by institutional reinforcement (0,111) and simplified requirements (0,071). As an archipelago, the enhancement of basic Infrastructure is also essential (0.052), mainly to improve connectivity. The next priority should be to improve the quality of human resources (0,051), fostering a favorable environment for investment. The outcomes of this investigation are expected to enrich the corpus of regional studies literature and provide valuable insights in assessing the efficacy of FTZ policies.

Keywords: free trade zone; leading and resilient sectors; inter-sectoral and inter-regional linkages, strategy priorities