Induksi Apoptosis Sel Khamir oleh Temulawak (Curcuma xanthorrhiza) Hasil Fermentasi Menggunakan Aspergillus oryzae

Abstract

Ekstrak temulawak (Curcuma xanthorrhiza) memiliki berbagai aktivitas farmakologis, salah satunya adalah antikanker. Penambahan metode fermentasi oleh mikroba dapat meningkatkan kandungan senyawa bioaktif ekstrak tanaman. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh fermentasi oleh Aspergillus oryzae pada temulawak terhadap kemampuan induksi apoptosis sel khamir (Saccharomyces cerevisiae) sebagai model sel mamalia. Metode yang digunakan pada penelitian ini meliputi fermentasi temulawak oleh A. oryzae, ekstraksi temulawak, uji petite, pengamatan aktivitas mitokondria, dan deteksi apoptosis sel. Data yang diperoleh dari hasil perhitungan frekuensi koloni petite mendapati bahwa konsentrasi 25 ppm memiliki frekuensi koloni petite tertinggi untuk kedua ekstrak nonfermentasi dan ekstrak fermentasi dengan frekuensi koloni petite perlakuan ekstrak nonfermentasi lebih tinggi dibandingkan dengan ekstrak fermentasi. Aktivitas mitokondria pada ekstrak nonfermentasi 25 ppm lebih rendah dibandingkan ekstrak fermentasi 25 ppm. Deteksi apoptosis dan fragmentasi DNA pada ekstrak fermentasi 25 ppm pula lebih tinggi dibandingkan ekstrak nonfermentasi 25 ppm.

Javanese turmeric (Curcuma xanthorrhiza) extract has various pharmacological activities with anticancer being one of its activities. The addition of fermentation by microbes can increase the bioactive compound contents of plant samples. This research aims to analyze the effect of Aspergillus oryzae fermentation on Javanese turmeric’s capacity to induce apoptosis on yeast cells (Saccharomyces cerevisiae) as a model for mammalian cells. The methods used in this research consist of fermentation by A. oryzae, simplicia extraction, petite assay, mitochondria activity observation, and detection of cell apoptosis. Results from the petite assay revealed that the concentration with highest petite colony frequency is at 25 ppm which applies for both the nonfermented extract and fermented extract in which treatment with nonfermented extract resulted in a higher petite colony frequency compared to fermented extract. Mitochondrial activity of nonfermented extract 25 ppm showed a lower activity compared to fermented extract 25 ppm. In addition, detection of apoptosis and fragmented DNA was higher in fermented extract 25 ppm compared to nonfermented extract 25 ppm.