Perbandingan Perdagangan antara Reptil Hasil Penangkaran dengan Tangkapan Liar sebagai Hewan Peliharaan di DKI Jakarta

Abstract

Penelitian ini mengkaji topik yang masih sedikit diteliti, yakni perdagangan reptil peliharaan di DKI Jakarta dengan menekankan pada sumber pasokan reptil yang berupa hasil penangkaran dan tangkapan liar. Pengumpulan data mencakup wawancara, kuesioner, dan studi literatur, yang dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif melalui uji korelasi. Hasil penelitian menunjukkan tren meningkatnya minat terhadap reptil pada tahun 2024, dengan 130 spesies yang dijual (71 kadal, 36 kura-kura, dan 23 ular). Kadal diketahui semakin populer, sementara kura-kura dan ular justru mengalami penurunan. Spesies populer termasuk iguana, leopard gecko, biawak air, ball python, ular piton, sulkata, dan kura brazil. Sekitar 80% reptil yang dijual merupakan hasil penangkaran karena keragamannya, harganya yang terjangkau, dan risiko pemeliharaan yang lebih rendah. Rantai pasok reptil hasil penangkaran dan tangkapan liar sangat berbeda serta dibedakan lebih lanjut berdasarkan asal reptil, yakni lokal atau diimpor. Sebagian besar pemilik reptil di DKI Jakarta merupakan laki-laki berusia 17-35 tahun dengan pendidikan minimal SMA. Penelitian ini juga mengidentifikasi adanya korelasi antara pendapatan bulanan dan tingkat pendidikan dengan preferensi sumber reptil.

This study explores the reptile pet business in DKI Jakarta, Indonesia, focusing on the legal sources of captive-bred (CB) and wild-caught (WC) species, an area often overlooked despite the industry's size. Data collection involved interviews, questionnaires, and literature reviews, analyzed qualitatively and quantitatively through correlation tests. Findings reveal a growing trend of reptile ownership in 2024, with 130 species sold (71 lizards, 36 turtles, and 23 snakes). Lizards’ popularity grows while turtles and snakes’ decline. Popular species include iguanas, leopard geckos, water monitor lizards, ball pythons, reticulated pythons, sulcata, and red-eared sliders. About 80% of reptiles sold are captive-bred, favored for their variety, affordability, and lower risks. The supply chains for CB and WC reptiles differs, varying further based on whether reptiles are locally sourced or imported. Most reptile owners in DKI Jakarta are males aged 17-35, typically has at least a senior high school education. The study also identifies a correlation between monthly income and education level with preferences for reptile sources.