MODEL STRATEGI PENGUATAN KINERJA INOVASI TEKNOLOGI AGROINDUSTRI DI MASA PERUBAHAN

Abstract

Peleburan beberapa lembaga, badan, dan unit kementerian yang berbasis penelitian dan pengembangan sedang terjadi. Peleburan beberapa organisasi tersebut bertujuan untuk meningkatkan kualitas inovasi dan penggabungan anggaran penelitian dan pengembangan agar menjadi lebih memberikan output riset yang berkualitas, terutama dalam inovasi teknologi yang berkaitan dengan agroindustri. Namun, kondisi perubahan organisasi yang disebabkan oleh peleburan, sering membuat proses inovasi stagnan atau melambat. Padahal proses inovasi merupakan kegiatan utama pada organisasi yang berbasis riset dan pengembangan, yang nantinya akan mempengaruhi kinerja inovasi. Faktor organisasi seperti dukungan manajerial, manajemen sumberdaya dan infrastruktur, serta manajemen sumberdaya manusia telah dipercaya sebagai faktor kunci untuk memperkuat kompetensi khusus periset. Sementara pada masa peleburan organisasi juga rentan terhadap hilangnya aliran pengetahuan terutama pengetahuan teknologi karena perpindahan personel dan aset dalam kelompok penelitian, hal tersebut juga akan berpengaruh terhadap kemampuan eksploratif dan eksploitatif. Selain itu kapabilitas absorptif dan adaptif periset akan berpengaruh terhadap fleksibilitas periset untuk melakukan proses inovasi di dalam kondisi yang dinamis akibat pada masa perubahan organisasi. Fenomena peleburan organisasi riset pemerintah juga masih jarang terjadi. Oleh sebab itu sangat penting untuk mengidentifikasi faktor penting dan menyusun strategi dalam penguatan kinerja inovasi khususnya teknologi agroindustri di masa perubahan. Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk (1) mengidentifikasi dan menyusun hirarki antar faktor organisasi dan individu yang berpengaruh terhadap proses dan kinerja inovasi, (2) menganalisis pengaruh antar faktor organisasi dan individu baik yang bersifat langsung maupun tidak langsung terhadap proses dan kinerja inovasi, (3) merumuskan pondasi mikro dalam setiap faktor yang paling signifikan guna menyusun strategi penguatan kinerja inovasi teknologi agroindustri di masa perubahan. Penelitian ini mengaplikasikan mixmethod untuk menjawab setiap tujuan penelitian. Aplikasi teknik Interpreive Structural Modelling digunakan untuk mendapatkan model hirarki hubungan antar faktor organisasi dan individu dalam penguatan kinerja inovasi. Teknik Structural Equation Modelling digunakan untuk menganalisis signifikansi setiap hubungan antar faktor (organisasi & individu) yang berpengaruh baik langsung maupun tidak langsung terhadap kinerja inovasi. Pada tujuan penelitian yang terakhir, penelitian ini menggunakan analisis konten dari dua studi kasus yang berhubungan langsung dengan inovasi yang berkaitan dengan teknologi agroindustri. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa faktor organisasi (seperti dukungan manajerial, manajemen sumberdaya dan infrastruktur, dan manajemen sumberdaya manusia) tergolong dalam independent cluster yang memiliki daya dorong kuat. Dalam makna lain, faktor-faktor tersebut menunjukkan peran dominan dalam sistem penguatan proses dan kinerja inovasi. Faktor individu periset (seperti kompetensi khusus, kemampuan eksploratif & eksploitatif, dan kapabilitas absorptif & adaptif) menjadi faktor yang mentransmisikan arus informasi di seluruh sistem serta sangat dipengaruhi faktor-faktor organisasi. Faktor individu periset tergolong dalam linkage cluster. Dari hasil pengujian 10 hipotesis hubungan antar faktor, hampir seluruh hipotesis menunjukkan hubungan yang signifikan terkecuali hubungan langsung antara knowledge vacuum terhadap kompetensi khusus. Hasil tersebut mengkonfirmasi dari penelitian sebelumnya bahwa hilangnya pengetahuan atau proses bisnis di sebuah organisasi akibat peleburan hanya akan mempengaruhi kemampuan eksploratif dan eksploitatif seseorang serta kapabilitas dalam beradaptasi. Kemampuan eksploratif dan eksploitatif merupakan variabel yang paling berpengaruh (0,66) dibandingkan kapabilitas absorptif-adaptif (0,18) terhadap pembentukan kompetensi khusus periset yang nantinya memperkuat proses inovasi, khususnya kemampuan berjejaring. Dukungan manajerial merupakan variabel yang paling dominan dalam faktor organisasi dalam sistem penguatan kinerja inovasi, dan diperkuat dengan manajemen sumberdaya manusia yang berkomitmen untuk melakukan pemetaan kompetensi dan pelatihan kompetensi teknologi secara rutin. Hasil analisis studi kasus mengkonfirmasi hasil yang didapatkan dari model structural equation modelling bahwa selama ini periset memanfaatkan jejaring eksternal (jumlah nodes total 55) untuk melakukan proses inovasi dan memenuhi target kinerja inovasi. Serta dirumuskan bahwa dukungan manajerial yang lebih berkomitmen pada keadilan penggunaan fasilitas inovasi dan penyederhanaan inovasi, lebih meningkatkan kinerja inovasi periset. Konsistensi implementasi kebijakan juga menjadi pondasi mikro periset dalam mencapai target kinerja inovasi. Implikasi akademis pada penelitian ini adalah knowledge vacuum diketahui memiliki efek positif yang tidak langsung terhadap kompetensi khusus periset melalui kemampuan eksploratif & eksploitatif. Hal ini berbeda dari penelitian sebelumnya yang selalu menunjukkan hubungan yang positif. Periset sebagai individu yang memiliki capaian tinggi, akan selalu berusaha memenuhi target kinerja. Lebih jauh, efek knowledge vacuum perlu ditelaah dari sisi jangka panjang. Implikasi manajerial juga menitikberatkan bahwa pihak manajemen harus memiliki dukungan penuh dan berkomitmen terhadap aktivitas proses inovasi periset khususnya dalam hal penyederhanaan birokrasi yang menjadi lebih fleksibel serta pengembangan kompetensi periset. Secara umum, dukungan manajerial perlu diimplementasikan pada tingkat maturitas tertinggi untuk mengurangi kemungkinan terjadinya knowledge vacuum dan meningkatkan kompetensi khusus periset. Tingkat maturitas tertinggi menekankan ko-kreasi yaitu keterlibatan periset pada setiap kebijakan dan agar kebijakan yang dihasilkan sesuai dengan kebutuhan periset

The merger of several public research organizations aims to improve the quality of innovation, this also merging of research and development budgets to provide better quality research output, especially in technological innovation related to agro-industry. However, the conditions of organizational change caused by the merger often cause the innovation process to stagnate or slow down. In fact, the innovation process is the main activity in organizations based on research and development, which also will affect innovation performance. Organizational factors such as managerial support, resource and infrastructure management, and human resource management have been believed to be key factors in strengthening researchers' specific competencies. While during the merger, the organization is also vulnerable to the loss of knowledge flow, especially technological knowledge due to the transfer of personnel and assets in the research group, this will also affect the exploratory and exploitative capabilities. In addition, the absorptive and adaptive capabilities of researchers will affect the flexibility of researchers to carry out the innovation process in dynamic conditions due to the period of organizational change. The phenomenon of the merger of government research organizations is also still rare. Therefore, it is very important to identify important factors and develop strategies in strengthening innovation performance, especially agro-industrial technology during the change period. Based on the description above, this study aims to (1) identify and compile a hierarchy structure between organizational and individual factors that influence the innovation process and performance, (2) analyze the influence between organizational and individual factors, both direct and indirect, on the innovation process and performance, (3) formulate the micro foundations in each of the most significant factors in order to compile a strategy for strengthening the performance of agro-industrial technology innovation during organizational changes due to merger. This study applies mix-method to answer the three research objectives. Application of Interpretive Structural Modelling used to obtain a hierarchical model of the relationship between organizational and individual factors in strengthening innovation performance. Then the technique Structural Equation Modelling used to analyze the significance of each relationship between factors (organization & individual) that have a direct or indirect effect on innovation performance. To answer the last research objective, this study uses content analysis of two case studies that are directly related to innovation related to agro-industrial technology. The results of this study indicate that organizational factors (such as managerial support, resource and infrastructure management, and human resource management) are included in independent cluster which has a strong driving force. In other words, these factors show a dominant role in the process reinforcement system and innovation performance. Individual factors of researchers (such as special competence, explorative & exploitative capabilities, and absorptive & adaptive capabilities) become factors that transmit information flows throughout the system and are greatly influenced by organizational factors. Individual factors of researchers are included in linkage cluster. From the results of testing 10 hypotheses of relationships between factors, almost all hypotheses showed a significant relationship except for the direct relationship between knowledge vacuum towards distinctive competency. The results confirm previous research that the loss of knowledge or business processes in an organization due to mergers will only affect a person's explorative and exploitative abilities and adaptability. Explorative and exploitative abilities are the most influential variables (0,66) compared to absorptive-adaptive capabilities (0,18) towards the formation of specific competencies of researchers which will later strengthen the innovation process, especially networking capabilities. Managerial support is the most dominant variable in organizational factors in the innovation performance strengthening system and is strengthened by human resource management that is committed to conducting competency mapping and routine technology competency training. The results of the case study analysis confirm the results obtained from the model of structural equation modelling that so far researchers have utilized external networks (number of nodes total 55) to carry out the innovation process and meet the innovation performance targets. In addition, managerial support that is more committed to the fairness of the use of innovation facilities and simplification of bureaucracy related to research activities, further improves researcher’s innovation performance. Consistency in policy implementation is also a micro foundation for researchers in achieving innovation performance targets. The theoretical implications of this research is knowledge vacuum has been known to have an indirect positive effect on researchers' distinctive competency through explorative & exploitative abilities. This is different from previous studies that always showed a negative relationship. Researchers as individuals who have high achievements will always try to meet performance targets. However, the effect of knowledge vacuum needs to be examined from a long-term perspective. Then the managerial implications also emphasize that management must have full support and commitment to the activities of the researcher innovation process, especially in terms of simplifying the bureaucracy to be more flexible and developing researcher’s technical competencies.