Efektivitas Biosorben Berbasis Sekam Padi yang Terlapisi Pati Singkong untuk Penjerapan Logam Besi pada Air Limbah

Abstract

Logam besi (Fe) merupakan salah satu logam berat yang bersifat toksik sehingga perlu dilakukan upaya penanganan yang tepat untuk menurunkan konsentrasinya di dalam air agar tidak membahayakan makhluk hidup maupun ekosistem. Penelitian ini mengkaji efektivitas karbon aktif dari sekam padi yang dimodifikasi dengan pati singkong untuk biosorben sebagai penjerap ion Fe dalam air limbah. Karbon aktif dihasilkan melalui proses karbonisasi dan aktivasi KOH dengan hasil karakterisasi menunjukkan kadar air 4,07%, kadar abu 10,40%, daya serap iodin 1862,32 mg/g, dan kadar zat mudah menguap 51,52%. Parameter kadar air dan daya serap iod telah memenuhi SNI 06-3730-1995. Formulasi optimal diperoleh pada rasio 5:1 dengan massa karbon aktif 2,50 g dan pati singkong 0,50 g. Formulasi ini menghasilkan kapasitas adsorpsi sebesar 0,11809 mg/g dan efisiensi sebesar 86,57%. Studi isoterm menunjukkan bahwa karbon aktif murni mengikuti model Langmuir, sedangkan komposit mengikuti model Temkin.

Iron metal (Fe) was one of the heavy metals that was toxic, so it was necessary to make appropriate handling efforts to reduce its concentration in the environment so as not to endanger living things and ecosystems. This study examined the effectiveness of activated carbon from rice husk modified with cassava starch as a biosorbent for Fe ion sorption in wastewater. Activated carbon was produced through carbonization and KOH activation process with characterization results showing moisture content of 4.07%, ash content of 10.40%, iodine absorbency of 1862.32 mg/g, and volatile substance content of 51.52%. The parameters of water content and iodine absorption had met SNI 06-3730-1995. The optimal formulation was obtained at a ratio of 5:1 with a mass of 2.50 g activated carbon and 0.50 g cassava starch. This formulation produced an adsorption capacity of 0.11809 mg/g and an efficiency of 86.57%. The isotherm study showed that pure activated carbon followed the Langmuir model, while the composite followed the Temkin model.