Please use this identifier to cite or link to this item:
http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/168434| Title: | Kualitas Estrus Pada Domba Garut Setelah Sinkronisasi Estrus Dengan Prostaglandin, Progesterone Dan Kombinasinya |
| Other Titles: | Estrus quality of garut sheep after estrus synchronization using prostaglandin, progesterone, and their combination |
| Authors: | Setiadi, Mohamad Agus Setiadi, Dedi Rahmat Cristovao, Adelaide Jose Pereira |
| Issue Date: | 2025 |
| Publisher: | IPB University |
| Abstract: | Sinkronisasi estrus merupakan teknik penyerentakkan estrus pada sekelompok hewan dengan menggunakan preparat hormon sehingga menimbulkan estrus dan ovulasi. Penelitian ini menggunakan hormon prostaglandin (PGF2a) dan progesteron dengan tiga metode yaitu CIDR (Controlled Internal Drug Release) yang diimplan, CIDR yang dikombinasi dengan PGF2a dan PGF2a injeksi ganda. Tujuan dari penelitian ini yaitu membandingkan ketiga metode sinkronisasi estrus tersebut untuk mendapatkan kualitas estrus yang terbaik dan keberhasilan kebuntingan setelah sinkronisasi estrus. Penelitian dilaksanakan di Unit Rehabilitasi Reproduksi (URR) Sekolah Kedokteran Hewan dan Biomedis Institut Pertanian Bogor, menggunakan domba garut betina sebanyak lima belas ekor dan satu penjantan sebagai pengusik sekaligus sebagai pemacek. Deteksi estrus dilakukan tiga kali sehari selama lima hari berturut-turut. menggunakan estrus detector (Draminski® Estrous Detector for Sheep) dengan mengukur hambatan arus listrik lendir vagina. Betina yang mengalami standing heat dikawinkan satu kali saja dengan pejantan yang sudah diseleksi. Pemeriksaan kebuntingan dilakukan 30 hari setelah hewan dikawinkan. Data hambatan arus listrik hasil pengamatan ditabulasi dan di cocokkan dengan tanda-tanda estrus yang terjadi. Pengamatan folikel dilakukan setiap hari dengan menggunakan ultrasonografi untuk menghitung jumlah dan ukuran folikel yang diamati. Parameter yang diukur pada pemeriksaan estrus meliputi onset estrus, lama estrus, dan pola perubahan arus listrik lendir vagina. Selain itu kecocokan kualitas estrus dibandingkan dengan perkembangan folikel berdasarkan pemeriksaan ultrasonografi dan juga keberhasilan kebuntingan yang dilakukan dengan menggunakan alat yang sama. Respon estrus maksimal (100%) didapatkan pada semua perlakuan. Terdapat perbedaan dalam onset estrus maupun durasi estrus. Onset estrus pada masing-masing kelompok CIDR tunggal 54 jam, kelompok CIDR+PGF2a 41 jam dan injeksi ganda PGF2a 49,4 jam. Sementara itu, durasi estrus pada masing-masing kelompok, CIDR 30,6 jam, CIDR+PGF2a 29,8 jam dan injeksi ganda PGF2a 22,4 jam. Selain itu hambatan arus listrik lendir vagina pada masing-masing kelompok, CIDR 208 O, CIDR+PGF2a 189 O dan injeksi ganda PGF2a 305 O. Ukuran folikel dari perlakuan terakhir (H0) ke standing heat pada masing-masing kelompok berbeda nyata (p<0.05) sedangkan jumlah folikel hanya berbeda nyata (p<0.05) pada kelompok CIDR. Keberhasilan kebuntingan pada sinkronisasasi dengan CIDR dan injeksi ganda PGF2a masing-masing 100%, dibandingkan dengan kombinasi CIDR+PGF2a hanya 40%. Dapat disimpulkan bahwa ketiga metode sinkronisasi dapat menghasilkan respon estrus terbaik dengan karakteristik yang sedikit berbeda. |
| URI: | http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/168434 |
| Appears in Collections: | MT - Veterinary Science |
Files in This Item:
| File | Description | Size | Format | |
|---|---|---|---|---|
| cover_B3501231801_c63b1d2c53df4dd8b690ce7a45f27b5e.pdf | Cover | 391.38 kB | Adobe PDF | View/Open |
| fulltext_B3501231801_0810fd06da5742a7b7eb147d2df98c70.pdf Restricted Access | Fulltext | 1.34 MB | Adobe PDF | View/Open |
Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.