Please use this identifier to cite or link to this item: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/168401
Full metadata record
DC FieldValueLanguage
dc.contributor.advisorArdiansyah, Muhammad-
dc.contributor.advisorAnwar, Syaiful-
dc.contributor.authorKurniawan, Fajar-
dc.date.accessioned2025-08-08T04:04:31Z-
dc.date.available2025-08-08T04:04:31Z-
dc.date.issued2025-
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/168401-
dc.description.abstractPenelitian ini mengkaji perencanaan penggunaan lahan rendah emisi sebagai bagian, dari upaya mitigasi perubahan iklim, khususnya pengurangan emisi gas rumah kaca (GRK) dari sektor LULUCF (Land Use, Land Use Change and Forestry). Pulau Rupat dipilih sebagai lokasi penelitian karena memiliki dominansi ekosistem gambut yang luas, yakni sekitar 77,39% dari total wilayah daratan 152.371 ha. Wilayah ini mengalami deforestasi dan kebakaran hutan yang signifikan pada periode 2015-2020, menjadikannya kawasan yang rentan terhadap pelepasan emisi karbon sekaligus strategis untuk pengendalian emisi berbasis perubahan lahan. Tujuan utama penelitian ini adalah merumuskan arahan perencanaan penggunaan lahan yang mendukung penurunan emisi GRK di Pulau Rupat. Penelitian dilakukan melalui identifikasi perubahan penggunaan lahan historis (tahun 2000, 2010, dan 2020), pemodelan prediksi perubahan lahan hingga tahun 2040, serta estimasi emisi karbon berdasarkan skenario Business As Usual (BAU) dan skenario Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Bengkalis 2022- 2042. Pendekatan yang digunakan meliputi analisis spasial dan metode stock difference untuk menghitung emisi karbon dari perubahan stok biomassa. Pemodelan proyeksi dilakukan dengan pendekatan Cellular Automata-Artificial Neural Network (CA-ANN) meggunakan plugin MOLUSCE pada perangkat lunak QGIS, dengan tingkat akurasi model sebesar 0,83. Hasil analisis menunjukkan adanya perubahan penggunaan lahan yang signifikan dari hutan rawa sekunder menjadi perkebunan dan pertanian lahan kering, terutama pada periode 2010-2020, di mana luas lahan perkebunan mencapai 39.166 ha pada tahun 2020. Tren ini diprediksi akan terus berlanjut hingga 2040 tanpa intervensi kebijakan ruang. Estimasi emisi dalam skenario BAU mencapai 3,95 juta ton CO2, sedangkan pada skenario RTRW hanya sebesar, 2,06 juta ton CO2, menunjukkan pengurangan sebesar 47,85%. Penelitian ini merekomendasikan strategi mitigasi, seperti pengembangan ekowisata di kawasan lindung dan pemanfaatan lahan tidak produktif untuk budidaya paludikultur. Pendekatan ini mendukung target nasional pengurangan emisi sekaligus menjaga fungsi ekologis Pulau Rupat. Hasil penelitian diharapkan menjadi dasar pertimbangan teknis dan ilmiah bagi perencanaan wilayah rendah emisi di daerah gambut.-
dc.description.sponsorshipnull-
dc.language.isoid-
dc.publisherIPB Universityid
dc.titlePerencanaan Penggunaan Lahan Rendah Emisi di Pulau Rupatid
dc.title.alternativenull-
dc.typeTesis-
dc.subject.keywordEmisi GRKid
dc.subject.keywordRTRWid
dc.subject.keywordmolusceid
dc.subject.keywordmodel prediksiid
dc.subject.keywordLULUCFid
Appears in Collections:MT - Agriculture

Files in This Item:
File Description SizeFormat 
cover_A1506211005_4bc75e942b4b4f078b70f84b1cfe5902.pdfCover5.79 MBAdobe PDFView/Open
fulltext_A1506211005_1ff96f32b0bf4d59add135a620fa58eb.pdf
  Restricted Access
Fulltext3.88 MBAdobe PDFView/Open
lampiran_A1506211005_14989fb8f5984db3a8e649353a144e49.pdf
  Restricted Access
Lampiran5.15 MBAdobe PDFView/Open


Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.