Pengembangan Hutan Kota berdasarkan Sebaran Polutan Udara dan Urban Heat Island di Kota Cilegon

Abstract

Aktivitas antropogenik aktivitas industri dan peningkatan jumlah transportasi berdampak pada munculnya fenomena Urban Heat Island (UHI) dan terbentuknya polutan udara. Kota Cilegon merupakan salah satu kota industri terbesar di Indonesia serta memiliki pelabuhan utama penghubung antara Pulau Jawa dan Pulau Sumatera. Penelitian ini bertujuan menganalisis sebaran polutan udara dan UHI di Kota Cilegon, serta menentukan lokasi prioritas pengembangan hutan kota di Kota Cilegon berdasarkan sebaran polutan udara dan UHI dengan peta tutupan lahan sebagai acuan penentuan lokasinya. Data tutupan lahan diperoleh menggunakan citra Sentinel 2, data suhu permukaan diperoleh dengan mengolah citra Landsat 8, dan data polutan udara berupa CO, SO2, NO2, dan O3 diperoleh dari citra Sentinel-5P. Lokasi prioritas pengembangan hutan kota dikategorikan ke dalam tiga kelas prioritas, prioritas 1 seluas 190,60 ha, prioritas 2 seluas 2662,64 ha, dan prioritas 3 seluas 4119,80 ha. Kecamatan Citangkil paling direkomendasikan untuk dilakukan pengembangan hutan kota.

Anthropogenic activities of industrial activities and an increase in the number of transportations have an impact on the emergence of the Urban Heat Island (UHI) phenomenon and the formation of air pollutants. Cilegon City is one of the largest industrial cities in Indonesia and has a main port connecting Java Island and Sumatra Island. This study aims to analyze the distribution of air pollutants and UHI in Cilegon City, and determine the priority locations for urban forest development in Cilegon City based on the distribution of air pollutants and UHI with the land cover map as a reference for determining the location. Land cover data was obtained using Sentinel 2 imagery, surface temperature data was obtained by processing Landsat 8 imagery, and air pollutant data in the form of CO, SO2, NO2, and O3 was obtained from Sentinel-5P imagery. Priority locations for urban forest development are categorized into three priority classes, priority 1 covering 190,60 ha, priority 2 covering 2662,64 ha, and priority 3 covering 4119,80 ha. Citangkil subdistrict is the most recommended area for urban forest development.