Please use this identifier to cite or link to this item:
http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/167942| Title: | Analisis Daya Saing Industri Teh Indonesia |
| Authors: | Rifin, Amzul Djohar, Setiadi Nurohman |
| Issue Date: | 2018 |
| Publisher: | IPB University |
| Abstract: | Penelitian ini bertujuan mengukur dan menganalisis daya saing industri teh Indonesia di dunia berdasarkan kinerja perdagangan internasional. Ada empat langkah yang dilakukan secara berkesinambungan untuk mencapai tujuan tersebut. Pertama, mengukur daya saing teh Indonesia dengan Relative Trade Advantage (RTA), kedua mengidentifikasi faktor-faktor determinan daya saing melalui survei kepada stakeholder industri teh, ketiga menganalisis faktor-faktor determinan dengan Model Diamond Porter, dan keempat menggambarkan perubahan faktor-faktor determinan daya saing teh Indonesia. Tingkat daya saing industri teh Indonesia merupakan kemampuan industri teh dalam negeri untuk bertahan dalam persaingan dalam pasar global. Pada tahun 2015, volume ekspor teh Indonesia hanya sekitar 4% dari total ekspor teh dunia sebesar 1.757 juta kg (Internasional Tea Committee, 2015). Sementara itu, nilai ekspor teh terus mengalami penurunan dari tahun 2007 hingga 2016 dengan ratarata penurunan tiap tahun sebesar 1%. Di sisi lain, nilai impor teh pada periode yang sama mengalami kenaikan dengan rata-rata 3% per tahun. Dengan modal fenomena tersebut, penelitian ini ingin menunjukkan seberapa besar daya siang teh Indonesia dalam kurun waktu 10 tahun tersebut. Daya saing yang dimaksud ditunjukkan oleh nilai RTA yang perhitungannya menggunakan data eksporimpor dari UN-Comtrade.Dari hasil perhitungan, tingkat daya saing teh Indonesia,yang ditunjukkan oleh nilai RTA, selama sepuluh tahun tersebut berada di atas level 0 yang berarti teh Indonesia lebih berdaya saing jika dibandingkan dengan komoditas dalam negeri lainnya. Penelitian ini juga membandingkan daya saing teh Indonesia pada tahun 2010 dan 2016. Dua tahun ini dipilih berdasarkan tiga pertimbangan. Pertama, nilai ekspor teh tahun 2010 mencapai titik tertinggi, sementara tahun 2016 ekspor teh Indonesia nilainya terendah dalam kurun waktu 2007-2016. Kedua, di tahun 2010 belum ada kebijakan Ppn 10%, sementara di tahun 2016 sudah diterapkan. Ketiga, ditahun 2010 belum ada regulasi dari Uni Eropa yang melarang masuknya teh dengan antrakuinon 0,02%, sementara di tahun 2016 sudah diterapkan. Survei dan wawancara mendalam dilakukan pada 12 responden dari perusahaan BUMN, swasta, pemerintah, asosiasi, dan lembaga penelitian. Pertanyaan yang diajukan adalah bagaimana faktor-faktor determinan memengaruhi kinerja industri teh Indonesia. Faktor-faktor tersebut diadaptasi dari Model Diamond Porter yang terdiri dari 6 faktor dengan sejumlah subfaktor di dalamnya. Hasilnya menunjukkan bahwa penerapan PPn perkebunan 10% dan regulasi pembatasan masuknya teh ke Uni Eropa menjadi perhatian utama seluruh responden karena menghambat kinerja daya saing industri teh. Sementara itu, faktor yang mendukung daya saing industri teh tampak dari berkembangnya industri agrowisata dan perusahaan minuman siap saji teh. |
| URI: | http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/167942 |
| Appears in Collections: | MT - Business |
Files in This Item:
| File | Size | Format | |
|---|---|---|---|
| E58NUR.pdf Restricted Access | 1.9 MB | Adobe PDF | View/Open |
Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.