Please use this identifier to cite or link to this item:
http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/167867Full metadata record
| DC Field | Value | Language |
|---|---|---|
| dc.contributor.advisor | Nuryartono, Nunung | |
| dc.contributor.advisor | Novianti, Tanti | |
| dc.contributor.author | Nisurahmah, Andini | |
| dc.date.accessioned | 2025-08-07T10:11:11Z | |
| dc.date.available | 2025-08-07T10:11:11Z | |
| dc.date.issued | 2018 | |
| dc.identifier.uri | http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/167867 | |
| dc.description.abstract | Salah satu komoditas andalan subsektor perkebunan Indonesia adalah kakao. Produksi kakao Indonesia mayoritas diekspor dalam bentuk unfermented beans. Pemerintah Indonesia pada April 2010 memberlakukan bea keluar biji kakao. Tujuan kebijakan ini untuk menjamin ketersediaan bahan baku biji kakao domestik untuk perusahaan dalam negeri dengan harga terjangkau. Industri kakao domestik perlu berkembang, namun produksi biji kakao mengalami penurunan. Harga merupakan faktor penting yang menentukan pendapatan petani, sehingga tujuan penelitian ini melihat hubungan harga pada level petani, harga domestik, dan harga internasional serta menganalisis pengaruh kebijakan bea keluar kakao terhadap industri pengolahan kakao. Metode penelitian ini menggunakan VAR/VECM untuk mengetahui hubungan harga domestik dan internasional. Porter’s diamond untuk melihat dampak kebijakan bea keluar yang dikeluarkan oleh pemerintah terhadap daya saing industri pengolahan kakao. Data yang digunakan dalam penelitian, yaitu harga internasional biji kakao bulanan dari ICCO, harga domestik bulanan biji kakao spot Makassar dari Bappebti, harga patokan ekspor dan tarif bea keluar bulanan, harga biji kakao tingkat petani dari APKAI, kuesioner terstruktur berdasarkan diamond porter. Berdasarkan hasil dan pembahasan berdasarkan uji VECM, pada hubungan jangka panjang, harga internasional memiliki dampak signifikan terhadap harga domestik. Berdasarkan uji IRF menunjukkan bahwa guncangan pada harga internasional direspon secara positif oleh harga kakao domestik sementara bea keluar direspon negatif oleh harga domestik. Hasil FEVD menyatakan bahwa kontribusi terbesar guncangan berasal dari harga internasional. Harga internasional ditransmisikan dengan sempurna ke harga domestik. Petani memiliki risiko yang tinggi ditunjukkan oleh nilai koefisien varians yang lebih tinggi dibandingkan harga domestik dan internasional. Petani menghadapi ketidakpastian sehingga tidak ada insentif untuk merawat kebun kakao. Tidak adanya insentif menjadi salah satu penyebab penurunan produksi biji kakao yang pada akhirnya berdampak pada industri pengolahan kakao. Dampak bea keluar biji kakao terhadap industri kakao secara nasional meningkatkan kapasitas terpasang industri karena meningkatnya investasi pengolahan biji kakao. Model berlian porter memperlihatkan bahwa kebijakan bea keluar dapat meningkatkan persaingan industri dalam negeri, serta berkembangnya industri terkait produk turunan berbasis produk olahan kakao. Namun peningkatan tersebut tidak diiringi oleh aktivitas hulu yang ditandai dengan penurunan produksi biji kakao sehingga terjadi kekurangan supply bahan baku biji kakao untuk industri dalam negeri. Kurangnya strategi industri domestik dalam menghadapi fenomena kekurangan supply bahan baku menyebabkan jumlah perusahaan dalam negeri berkurang karena kalah bersaing. | |
| dc.publisher | IPB University | id |
| dc.subject.ddc | Manajemen Keuangan | id |
| dc.title | Dampak Bea Keluar Kakao Terhadap Industri Kakao Di Indonesia | id |
| dc.subject.keyword | Bea Keluar | id |
| dc.subject.keyword | Daya Saing | id |
| dc.subject.keyword | Hubungan Harga | id |
| dc.subject.keyword | Industri Kakao | id |
| dc.subject.keyword | Uji Vecm | id |
| Appears in Collections: | MT - Business | |
Files in This Item:
| File | Size | Format | |
|---|---|---|---|
| R56ANN.pdf Restricted Access | 2.19 MB | Adobe PDF | View/Open |
Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.