Please use this identifier to cite or link to this item:
http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/167841Full metadata record
| DC Field | Value | Language |
|---|---|---|
| dc.contributor.advisor | Satria, Arif | |
| dc.contributor.advisor | Hascaryo, Budhi | |
| dc.contributor.author | Somantri, Gun Gumelar | |
| dc.date.accessioned | 2025-08-07T10:09:27Z | |
| dc.date.available | 2025-08-07T10:09:27Z | |
| dc.date.issued | 2017 | |
| dc.identifier.uri | http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/167841 | |
| dc.description.abstract | Sumber daya alam Indonesia merupakan aset pembangunan penting yang sangat besar untuk dijadikan pilar pembangunan Indonesia. Menurut Bakosurtanal (2006), sebagai negara kepulauan terluas, Indonesia memiliki jumlah pulau mencapai 17.504 dan garis pantai mencapai 104.000 km dengan total luas dua pertiga merupakan lautan. Berdasarkan data FAO (2014), Indonesia menempati peringkat ke-4 untuk produksi perikanan tangkap meningkat ke urutan 2 pada tahun 2012 dan berada di peringkat ke-4 untuk produksi perikanan budidaya di dunia pada tahun 2007. Keadaan tersebut semestinya menjadikan sektor perikanan menjadi sektor yang potensial di Indonesia. Potensi kelautan perikanan tangkap menurut BAPPENAS tahun 2016 mencapai 6,5 juta ton pertahun, dan angka tersebut merupakan jumlah tangkapan yang diperbolehkan oleh negara. Kajian FAO dalam laporan bertajuk "2016: The State of World Fisheries dan Aquaculture" menggambarkan tren kenaikan konsumsi produk perikanan. Peningkatan konsumsi ikan di dunia yang semakin meningkat setiap tahunnya merupakan peluang tersendiri bagi pelaku industri perikanan. PT. Pahala Bahari Nusantara (PBN) merupakan perusahaan yang bergerak dibidang ekspor produk perikanan terutama produk tuna, tongkol, dan cakalang di Indonesia merupakan salah satu pelaku usaha yang menangkap peluang bisnis tersebut. PBN merupakan perusahaan yang setiap tahunnya mampu mengolah 30.000 MT dan kedepannya akan terus melihat peluang untuk memperluas kapsitas perusahaan secara bertahap tanpa mengesampingkan prioritas ramah lingkungan. Kemampuan tersebut dapat digunakan untuk terus bertahan dengan lingkungan bisnis yang terus berubah seiring pertumbuhan, perubahan gaya hidup, dan tingkat persaingan yang semakin ketat di lingkup lokal, regional, maupun internasional. Untuk membentuk strategi pengembangan model bisnis yang baik, diperlukan suatu metode yang dapat digunakan perusahaan untuk menghasilkan value yang terbaik atau gambaran model bisnis yang dapat dijadikan kerangka kerja suatu perusahaan. Penelitain ini bertujuan untuk, 1) memetakan model bisnis PBN dengan pendekatan Business Model Canvas (BMC), 2) mengidentifikasi faktor eksternal dan internal apa saja yang memepengaruhi BMC PBN, 3) Bagaimana BMC PBN dimasa mendatang. Penelitian dilakukan dengan metode deskriptif. Data yang digunakan berupa data primer dan data sekunder. Pengumpulan data dilakukan melalui metode observasi, wawancara, kuseioner, dan studi literatur. Pengambilan contoh dilakukan secara non-probability sampling dengan teknik purposive. Responden yang digunakan terdiri dari responden internal (manajemen PBN) dan responden kesternal (pakar) yang terdiri dari praktisi dan akademisi/peneliti. Hasil penelitian ini menunjukan PBN memiliki visi dan misi untuk menjadi perusahaan perikanan yang diandalkan dan terpercaya dalam ranah dunia, tanpa mengesampingkan prioritas ramah lingkungan. Perusahaan ini berusaha untuk menghasilkan produk berkualitas tinggi dengan harga yang tetap kompetitif, dan selalu menjaga serta meningkatkan hubungan bisnis jangka panjang dan kemitraan di pasar global. Pemetaan model bisinis PBN memperlihatkan, 1) costumer segment adalah produsen tuna kaleng (Spanyol, Mexico, Italy, Jepang, Portugal dan Thailand) dan produsen pakan ternak (Jawa dan Sumatra), 2) value proposition di setiap produknya berupa kualitas, sertifikasi produk, harga bersaing, dan kontinuitas, 3) channels yang digunakan adalah penjualan langsung dengan tenaga penjual, penjualan web, dan media massa, 4) customer relationship yang dilakukan adalah personal assistance dan communities, 5) revenue streams adalah penjualan produk utama dan produk sampingan, 6) key resources yang dibutuhkan adalah sumber daya fisik, sumber daya manusia, dan sumber daya intelektual, 7) key activities meliputi kegiatan pemasaran, kegiatan produksi, kegiatan manajemen SDM, dan kegiatan pelayanan, 8) key partnership adalah pemasok tuna segar, pemasok bahan lain, dan penyedia layanan cold-storage, dan 9) cost structure yang di hasilkan adalah biaya operasional, biaya pemasraan, biaya pelayanan, biaya CSR, dan biaya gaji. Berdasarkan hasil identifikasi 9 elemen tersebut maka pola model bisnis yang digunakan PBN termasuk kedalam pola model bisnis unbundling (terurai). Pola tersebut digambarkan dengan 3 jenis bisnis secara fundamental berbeda namun saling berhubungan satu sama lain (terintegrasi), yaitu hubungan pelanggan, inovasi produk, dan bisnis infrastruktur. Faktor internal yang mempengaruhi model bisnis PBN terdiri dari 4 aspek, yakni, 1) product dipengaruhi kualitas, kuantitas, bahan baku, proses produksi dan SDM, 2) infrastructure management yang di pengaruhi logistik, keterampilan SDM, teknologi, dan motivasi kerja, 3) customer interface yang dipengaruhi jarak, informasi media, dan kedekatan personal, 4) financial aspect, yang dipengaruhi oleh kemampuan modal perusahaan, harga jual produk, pengelolaan keuangan, dan hubungan baik dengan penanam modal. Urutan menunjukan tingkat aspek yang mempengaruhi faktor internal terhadap model bisnis PBN. Besarnya faktor yang mempengaruhi model bisnis berdasarkan 4 aspek menurut Osterwelder (2010), adalah kekuatan pasar 25,76%, kekuatan ekonomi makro 25,21%, kekuatan industri 24,82%, dan tren kunci 24,21%. Kerangka yang digunakan untuk mengembangkan BMC perusahaan adalah visi dan misi perusahaan, hasil evaluasi 9 elemen model bisnis, analisis lingkungan internal dan eksternal, dan pola model bisnis saat ini. Berdasarkan ketentuan tersebut maka elemen yang dikembangkan pada model bisnis ini adalah elemen value proposition. Elemen ini dikembangkan dengan menambah aktivitasnya yakni "canning" untuk menciptakan tuna kaleng siap konsumsi. Rencana ini masih dianggap relevan dalam 5 tahun kedepan, dengan dorongan para pelanggan saat ini untuk membuat produk jadi (end customer) mereka di Indonesia. Tahapan awal pembuatan tersebut dimulai dengan mengerjakan brand produk pelanggan yang ada. Hasil ini sejalan dengan apa yang disarankan oleh evaluasi Tolo Branca 3.3, yakni mencari peluang dengan tambahan pelanggan yang memiliki prospek yang baik. Selain itu, perusahaan mendapat dorongan dari pelanggan untuk menciptakan produk tuna kaleng langsung di PBN. | |
| dc.publisher | IPB University | id |
| dc.subject.ddc | Manajemen Strategi | id |
| dc.title | Analisis Model Bisnis Pada Pt.Pahala Bahari Nusantara Dengan Menggunakan Pendekatan Bisnis Model Kanvas | id |
| dc.subject.keyword | Bisnis Model Kanvas | id |
| dc.subject.keyword | Model Binsis | id |
| dc.subject.keyword | Industri Tuna | id |
| dc.subject.keyword | Analisis Swot | id |
| Appears in Collections: | MT - Business | |
Files in This Item:
| File | Size | Format | |
|---|---|---|---|
| R53GGS.pdf Restricted Access | 13.03 MB | Adobe PDF | View/Open |
Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.