Please use this identifier to cite or link to this item: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/167674
Title: The Dairy Value Chain, Inclusive Business Model, And Inclusiveness Improvement Of Southern Bandung Dairy Cooperative (Kpbs) Pangalengan
Authors: Daryanto, Arief
Sukardi
Ramadanti, Annisa
Issue Date: 2017
Publisher: IPB University
Abstract: Potensi sektor susu di Indonesia datang dari sisi permintaan dan penawaran. Terdapat peluang bagi peternak skala kecil untuk tumbuh memenuhi permintaan susu dan produk olahan susu yang meningkat di Indonesia. Model Bisnis Inklusif (IBM) merupakan metode yang sesuai untuk pengembangan peternak skala kecil. KPBS Pangalengan merupakan sebuah contoh lembaga yang mengimplementasikan IBM. KPBS Pangalengan terpilih karena peringkat tingginya atau ukuran besarnya dan usia tuanya, lokasinya di Jawa Barat, banyaknya jumlah peternak skala kecil, serta pendirian MCP otomatis dan unit-unit bisnis otonom. KPBS Pangalengan beroperasi dalam sebuah sistem rantai nilai susu dan memiliki model bisnisnya sendiri yang memiliki karakter IBM. Penelitian tentang rantai nilai susu, model bisnis, dan inklusivitas KPBS Pangalengan diharapkan bermanfaat, khususnya untuk pengembangan peternak skala kecil. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan menganalisis rantai nilai susu, model bisnis, dan inklusivitas KPBS Pangalengan saat ini, serta area pengembangan yang memungkinkan bagi inklusivitas KPBS Pangalengan. Masing-masing analisis menggunakan VCM, BMC, dan Prinsip-prinsip NBM. Penelitian ini mengombinasikan analisis kualitatif dan kuantitatif. Analisis kuantitatif digunakan hanya pada analisis inklusivitas, sedangkan sisanya dianalisis secara kualitatif. Data primer dikumpulkan melalui observasi, wawancara, dan kuesioner, sedangkan data sekunder diperoleh melalui record observation serta dari manajer dan staf KPBS Pangalengan. Berdasarkan hasil penelitian ini, terdapat tendensi penurunan produksi susu segar di tingkat peternak yang menjadi kritis bagi aktor-aktor rantai. Industri Pengolahan Susu (IPS) terlihat sebagai aktor terkuat (pemimpin rantai) karena dominasinya di sepanjang rantai. Terdapat isu revolusi pasar modern di mata rantai perdagangan susu, namun peternak hanya dapat mencapai pasar modern melalui IPS. KPBS Pangalengan tidak hanya mengelola susu segar dari peternak ke pengolah susu, namun juga memproduksi produk-produk olahan susu. Hal ini baik bagi KPBS Pangalengan terutama saat harga susu dunia turun dan standar susu segar yang dibebankan menjadi lebih rumit. Model bisnis perspektif konsumen lainnya memiliki paling banyak kelemahan meskipun perannya penting untuk mengurangi ketergantungan tinggi terhadap IPS. Kelemahannya terutama dalam hal dukungan teknologi informasi (IT) pada elemen Hubungan Pelanggan dan diversifikasi potensial yang belum dikaji dan dilaksanakan oleh KPBS Pangalengan. Inklusivitas KPBS Pangalengan secara berurutan memiliki kekurangan dalam area pengukuran hasil, kolaborasi sepanjang rantai, dan hubungan pasar yang efektif. Kekurangan dalam area-area tersebut terutama disebabkan oleh kurangnya kolaborasi antar aktor-aktor dalam rantai. Kekurangan ini juga tercermin dalam analisis rantai nilai dan model bisnis KPBS Pangalengan dalam hal kurangnya duking IT (traceability system, e-meeting, dan Customer Relationship Management atau CRM) pada sektor hilir rantai. Terdapat empat area pengembangan yang memungkinkan bagi inklusivitas KPBS Pangalengan, yaitu area produksi susu segar, area dukungan IT untuk sektor hilir, area diversifikasi potensial yang belum dijalankan oleh KPBS Pangalengan, dan area pengukuran hasil. Area-area tersebut dapat dikembangkan melalui pengembangan produk, proses, fungsional, dan intersektoral. Area pengukuran hasil dapaat dikembangkan melalui pertemuan bersama secara berkala antar aktor kunci dan mitra-mitra tertentu rantai susu. Pertemuan bersama secara berkala ini dapat diadopsi dalam konsep agrowisata dan kafe susu KPBS Pangalengan. Peningkatan produksi susu segar, dukungan IT untuk sektor hilir, diversifikasi potensial (konsep agrowisata dan kafe susu), serta pertemuan bersama secara berkala sebaiknya dapat diwujudkan dalam rantai susu dan model bisnis KPBS Pangalengan. Hal-hal tersebut penting untuk peningkatan inklusivitas peternak skala kecil.
URI: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/167674
Appears in Collections:MT - Business

Files in This Item:
File SizeFormat 
R53ANN.pdf
  Restricted Access
8.07 MBAdobe PDFView/Open


Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.