Please use this identifier to cite or link to this item:
http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/167605Full metadata record
| DC Field | Value | Language |
|---|---|---|
| dc.contributor.advisor | Oktaviani, Rina | |
| dc.contributor.advisor | Daryanto, Heny K. | |
| dc.contributor.author | Rahmah, Lia Nur Alia | |
| dc.date.accessioned | 2025-08-07T09:55:39Z | |
| dc.date.available | 2025-08-07T09:55:39Z | |
| dc.date.issued | 2016 | |
| dc.identifier.uri | http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/167605 | |
| dc.description.abstract | Salah satu komoditas yang berpotensi dikembangkan untuk komoditas ekspor adalah lobster, yang dikenal dengan nama daerah udang barong. Berdasarkan Boesono et al. (2011), udang karang (Spiny lobster, Panulirus sp.) termasuk komoditi perikanan laut yang mempunyai peranan penting sebagai komoditas ekspor dari jenis udang-udangan (Crustacea). Indonesia merupakan negara penghasil lobster terbesar ke-5 setelah Kanada, Amerika Serikat, Australia, dan Bahama (USDA 2009). Selain itu, lobster merupakan komoditas perikanan yang mempunyai nilai ekonomi tinggi dan telah dikenal sebagai salah satu komoditi mewah. Berdasarkan Jones (2008) pasar ekspor lobster Indonesia mencakup sejumlah negara di kawasan Asia Tenggara. Hong Kong dan Taiwan menjadi pasar utama, walaupun ada juga produk yang dijual langsung ke kawasan utara Cina, Singapura, dan Jepang. Berdasarkan uraian diatas, lobster memiliki potensi yang besar untuk dikembangkan. Terlebih lagi, terdapat kecenderungan meningkatnya konsumsi dunia terhadap produk hasil perikanan. Hal tersebut menjadi peluang bagi Indonesia untuk mengembangkan ekspor lobsternya di pasar Internasional. Namun demikian, Indonesia harus menghadapi berbagai tantangan di tengah ketatnya persaingan pada era globalisasi perdagangan ini. Terlebih lagi, volume ekspor lobster Indonesia mengalami penurunan dalam beberapa tahun terakhir. Pada tahun 2014 telah terjadi penurunan ekspor segar dan beku sebesar 38%, dari semula 5 ribu ton menjadi 3.2 ribu ton. Selain itu, nilai ekspor lobster pada tahun 2014 pun ikut menurun cukup signifikan sebesar 40% dari tahun sebelumnya (BPS 2015c). Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk (1) mengidentifikasi posisi daya saing lobster Indonesia di pasar internasional (2) menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi aliran perdagangan lobster Indonesia ke negara-negara tujuan ekspor (3) merumuskan strategi alternatif pengembangan ekspor lobster Indonesia. Penelitian ini menggunakan analisis RCA (Revealed Comparative Advantage) dan EPD (Export Product Dynamict) untuk mengidentifikasi posisi daya saing lobster Indonesia di pasar internasional. Faktor-faktor yang memengaruhi aliran perdagangan lobster ke negara tujuan ekspor dianalisis menggunakan fungsi permintaan ekspor dengan data panel. Jenis data yang digunakan dalam menjawab kedua tujuan tersebut adalah data sekunder berupa data time series dengan rentang waktu 2005-2014 dan data cross section dari beberapa negara tujuan utama ekspor lobster Indonesia. Adapun dalam merumuskan strategi alternatif pengembangan ekspor lobster, penelitian ini menggunakan metode Analytical Hierarchy Process (AHP) dengan melibatkan pendapat para pakar. Hasil analisis menggunakan metode RCA menunjukkan bahwa Indonesia memiliki kinerja daya saing yang paling baik di negara Hongkong. Sementara itu di negara Taiwan, Cina, Malaysia, dan Australia daya saing lobster Indonesia juga cukup baik, walaupun pada beberapa periode penelitian nilai indeks RCA di negaranegara tersebut masih bernilai kurang dari 1 (RCA<1). Adapun di negara Jepang, Amerika Serikat, dan Singapura daya saing lobster Indonesia menunjukkan hasil yang lemah karena kalah saing dalam memasok lobster dengan negara pengekspor lainnya. Hasil analisis EPD menunjukkan bahwa hanya pasar Amerika Serikat dan Taiwan yang berada di posisi yang paling diinginkan (Rising Star). Pasar negara Singapura, Malaysia, dan Australia perlu mendapatkan perhatian lebih karena berada dalam posisi Lost Opportunity, lobster Indonesia tidak kompetitif di negaranegara tersebut sehingga pasar yang tersedia diisi oleh negara lain. Pasar Cina berada dalam posisi Falling Star diduga karena terjadinya perlambatan pertumbuhan Ekonomi Cina yang berdampak pada penurunan permintaan produk impor. Sementara itu, daya saing lobster Indonesia di negara Jepang dan Hongkong berada posisi Retreat karena pasar telah mengalami kejenuhan. Berdasarkan hasil estimasi data panel menggunakan fungsi permintaan ekspor, semua faktor yang memengaruhi aliran perdagangan ekspor lobster Indonesia ke negara tujuan (GDP per kapita, jarak ekonomi, nilai tukar, harga ekspor, dan perjanjian perdagangan bebas) berpengaruh secara signifikan terhadap nilai ekspor lobster. Sementara itu, berdasarkan hasil perbandingan berpasangan menggunakan metode AHP, rekomendasi alternatif strategi yang diprioritaskan dalam pengembangan ekspor lobster Indonesia adalah pengembangan infrastuktur dan teknologi pembesaran, kemudian disusul regulasi perdagangan, dan peningkatan kualitas produk. | |
| dc.publisher | IPB University | id |
| dc.subject.ddc | Manajemen Strategi | id |
| dc.title | Analisis Aliran Perdagangan dan Strategi Pengembangan Ekspor Lobster Indonesia | id |
| dc.subject.keyword | Daya Saing | id |
| dc.subject.keyword | Export Product Dynamic (Epd) | id |
| dc.subject.keyword | Fungsi Permintaan Ekspor | id |
| dc.subject.keyword | Lobster | id |
| dc.subject.keyword | Revealed Comparative Advantage (Rca) | id |
| dc.subject.keyword | Strategi | id |
| dc.subject.keyword | Analytical Hierarchy Process (Ahp) | id |
| Appears in Collections: | MT - Business | |
Files in This Item:
| File | Size | Format | |
|---|---|---|---|
| R52LNAR.pdf Restricted Access | 2.44 MB | Adobe PDF | View/Open |
Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.