Please use this identifier to cite or link to this item: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/167564
Full metadata record
DC FieldValueLanguage
dc.contributor.advisorMaarif, M Syamsul
dc.contributor.advisorAffandi, M Joko
dc.contributor.authorSeptyawardani, Eri
dc.date.accessioned2025-08-07T09:53:30Z
dc.date.available2025-08-07T09:53:30Z
dc.date.issued2016
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/167564
dc.description.abstractPelabuhan peti kemas adalah salah satu jenis pelabuhan yang khusus melayani pengiriman logistik yang telah dikemas dalam bentuk peti. Keberadaan pelabuhan, khususnya pelabuhan peti kemas, sangat penting bagi perkembangan ekonomi di daerah bahkan untuk negara. Terdapat tiga kerangka komponen utama dalam proses bongkar muat yang harus dijaga interaksinya, yaitu: input, proses dan output. Dalam pelabuhan peti kemas, input merupakan kedatangan kapal peti kemas dan kedatangan peti kemas itu sendiri. Untuk prosesnya adalah berupa pelayanan terhadap kapal dan proses bongkar muat peti kemas. Sedangkan output berupa jumlah peti kemas yang terangkut. Proses bongkar muat peti kemas memiliki indikator yang berfungsi untuk mengukur produktivitas sekaligus menjadi indikator kualitas pelayanan peti kemas. Secara umum kualitas pelayanan peti kemas diukur sampai seberapa lama proses bongkar muat peti kemas tersebut dilaksanakan. Semakin cepat pelaksanaan bongkar muat dilaksanakan maka akan membuat pihak pelayaran semakin puas. Kinerja pihak operator pelabuhan dan juga alat bongkar muat adalah faktor utama dalam proses bongkar muat. Operasional bongkar mengutamakan posisi kerja operator, dikarenakan kecepatan bongkar muat menggunakan crane (alat bongkar muat) sepenuhnya berada pada kendali operator. Dengan beban dan resiko kerja yang berat, menjadi operator dituntut untuk selalu maksimal dan meminimalkan kesalahan dalam setiap pekerjaannya. PT XYZ merupakan perusahaan terminal kontainer kelas dunia yang bekerjasama dengan pengelola pelabuhan bertaraf internasional Mitsui Co.Ltd dan PSA Internasional. Terminal kontainer ini adalah proyek besar Perusahaan Pelabuhan Indonesia (Pelindo II) untuk mewujudkan pembangunan pelabuhan bertaraf internasional di Indonesia. Dilengkapi dengan kapasitas 4,5 juta TEUs, (twenty-foot equivalent unit) sehingga memungkinkan kapal petikemas kelas Triple E melewati Indonesia tanpa perlu transshipment di pelabuhan lain. Hingga sekarang kapal Triple E merupakan kelas terbesar dari kapal petikemas dengan kemampuan membawa hingga 12.000–15.000 TEUs. Fasilitas terminal pelabuhan existing di Pelabuhan Tanjung Priok hanya melayani kapal dengan kapasitas maksimum 6.000 TEUs, sedangkan tren pertumbuhan penggunaan kapal petikemas di dunia menggunakan kapal dengan kapasitas >10.000 TEUs dalam rangka mengurangi biaya logistik per TEUs, sehingga untuk melayani kapal Direct Call dengan ukuran besar harus disiapkan fasilitas yang memadai. Terkait tingginya aktivitas bongkar muat tersebut maka dibutuhkannya perencanaan yang matang dengan dilakukannya tiga kali percobaan operasional (simulasi) bongkar muat pada PT XYZ sebelum pelaksaan operasional dimulai secara resmi. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode deskriptif dan desain komparatif. Total sample yang diambil sebesar 15 orang operator. Teknik pengolahan data dalam penelitian ini adalah menggunakan uji sign test, uji anova, wawancara dengan responden dan melakukan cross tab untuk mengetahui kondisi karakteristik responden (operator) dalam hubungannya dengan dampak percobaaan operasional bongkar muat yang dirasakan responden (operator). Berdasarkan tujuannya bahwa penelitian ini berhasil menganalisis perbedaan dari 3 kali percobaan operasional bongkar muat pada PT XYZ. Terdapat perbedaan yang signifikan yang terjadi dari tiga kali percobaan yang dilakukan. Hasil rata – rata per boks yang didapat pada bulan Mei hanya 11 boks per jam, Juli 17 boks per jam dan Agustus 20 boks per jam. Tetapi hasil dari rata – rata perboks per jam tersebut masih dibawah standar yang ditetapkan oleh perusahaan yaitu 27 – 30 boks per jam. Padahal PT XYZ sudah menggunakan sistem pada proses bongkar muat, yaitu Terminal Operating System dengan nama COSMOS. Seharusnya dengan menggunakan sistem tersebut, operator dilapangan dapat langsung mengetahui letak yang tepat untuk kontainer sesuai sifat kontainer dan jadwal pengirimannya serta waktu bongkar muat akan menjadi lebih singkat. Oleh sebab itu implikasi manajerial yang dirumuskan untuk dapat memenuhi target yang ditetapkan oleh perusahaan adalah melakukan perbaikan percobaan lanjutan dengan memperhatikan berbagai kesalahan operasional percobaan bongkar muat yang masih terjadi dan pengenalan yang lebih baik terhadap alat dan sistem yang digunakan serta percobaan lanjutan tersebut tidak perlu memperhitungkan karakteristik operator baik itu usia, tingkat pendidikan dan pengalaman bekerja. Sebab percobaan lanjutan memerlukan adanya pelatihan yang cukup agar operator lebih menguasai sistem yang digunakannya.
dc.publisherIPB Universityid
dc.subject.ddcManajemen Produksi Dan Operasiid
dc.titleEvaluasi Percobaan Operasional Bongkar Muat Dengan Sistem Cosmos Pada Pt.Xyzid
dc.subject.keywordEvaluasi Percobaanid
dc.subject.keywordPercobaan Bongkar Muatid
dc.subject.keywordTerminal Operating System (Tos)id
dc.subject.keywordCosmosid
dc.subject.keywordUjji Anovaid
dc.subject.keywordUji Cross Tabid
Appears in Collections:MT - Business

Files in This Item:
File SizeFormat 
E47ERS.pdf
  Restricted Access
2.58 MBAdobe PDFView/Open


Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.