Please use this identifier to cite or link to this item: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/167423
Full metadata record
DC FieldValueLanguage
dc.contributor.advisorNuryartono, Nunung
dc.contributor.advisorRifin, Amzul
dc.contributor.authorWahyudi, Imam
dc.date.accessioned2025-08-07T09:48:37Z
dc.date.available2025-08-07T09:48:37Z
dc.date.issued2016
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/167423
dc.description.abstractIndonesia adalah negara agraris yang menjadikan sektor pertanian memiliki peran penting terhadap perekonomian nasional. Kontribusi sektor pertanian terhadap nilai PDB pada tahun 2014 mencapai sebesar 14.43 % (BPS 2014). Sektor pertanian disamping untuk memenuhi kebutuhan pangan dalam negeri, juga dapat sebagai pemasukan (devisa) negara bila terjadi surplus produksi. Ketergantungan pada impor pangan (food trap) akibat produktivitas pertanian dalam negeri yang cenderung melambat sehingga menyebabkan jumlah impor bertambah. Sektor pertanian tanaman pangan Indonesia pada tahun 2014 mengalami defisit neraca perdagangan sebesar US$ -7.45 milyar, tanaman hortikultura defisit US$ -1.12 milyar dan sektor peternakan mengalami defisit sebesar US$ -3.2 milyar. Upaya meningkatkan produksi tanaman pangan dan hortikultura, dalam rangka mengurangi ketergantungan impor pangan (food trap), dapat dilakukan apabila pemerintah mengetahui potensi daerah yang menghasilkan tanaman tersebut. Potensi komoditas sektor pertanian di daerah dapat diidentifikasi dengan melihat kemiripan potensi wilayah, sehingga kebijakan dalam pembangunan pertanian khususnya tanaman pangan dan hortikultura dapat difokuskan pada wilayah yang potensi. Potensi komoditas sektor pertanian dapat diidentifikasi dengan menggunakan analisis pengelompokan (cluster analysis). Kelompok yang terbentuk mempelihatkan adanya kemiripan karakteristik wilayah tersebut dengan wilayah lain dalam kelompoknya. Salah satu metode cluster yang digunakan adalah top-down clustering (k-means). Kabupaten/Kota yang menjadi obyek penelitian ada sebanyak 511. Komoditas yang digunakan sebagai variabel adalah komoditas sorghum, beras, kedelai, jagung, ubi kayu, kacang tanah, kentang, bawang merah, bawang putih, cabe, jeruk, anggur dan apel. Seleksi awal wilayah potensi didapatkan 268 Kabupaten/Kota yang memiliki produksi minimal 1 komoditas dari 13 komoditas diatas rata-rata produksi Kabupaten/Kota. Penggunaan analisis kelompok (cluster analysis) terhadap 268 Kabupaten/Kota didapatkan klaster terbaik yaitu dengan melihat nilai deviasi standar dalam klaster (Sw) yang terkecil dan deviasi standar antar klaster (Sb) yang optimum atau nilai Sw/Sb terkecil. Hasil pengolahan dengan melakukan 8 kali simulasi kelompok, nilai terkecil pada jumlah klaster yang terbentuk sebanyak 7 klaster yaitu dengan nilai Sw/Sb sebesar 0.569, dimana Sw =65 229.90 dan Sb = 114 707.55. Hasil ini menjadikan pengelompokan sebanyak 7 klaster dianggap sebagai pengelompokan yang terbaik pada metode k-mean. Klaster yang terbentuk tersebut adalah klaster I sebanyak 154 Kabupaten, klaster II sebanyak 2 Kabupaten, klaster III sebanyak 1 Kabupaten, klaster IV sebanyak 8 Kabupaten, klaster V sebanyak 24 Kabupaten, klaster VI sebanyak 75 Kabupaten serta klaster VII sebanyak 4 Kabupaten. Setiap klaster memiliki karakteristik dominan komoditasnya. Sektor basis atau unggulan dari klaster yang terbentuk pada tanaman pangan dan hortikultura, dapat dilakukan dengan menggunakan analisis Location Quotient (LQ). Ketujuh klaster yang terbentuk yang menjadi sektor basis tanaman pangan dan hortikultura dengan nilai Location Quotient (LQ)>1. Klaster I komoditas dengan nilai LQ>1 adalah komoditas padi, jagung, kentang, jeruk siam, apel dan anggur. Klaster II komoditas unggulannya adalah jagung, ubi kayu, kacang tanah, bawang putih, cabe dan buah anggur. Klaster III dengan komoditas ubi kayu. Klaster IV komoditan unggulannya adalah kedelai, jagung, ubi kayu, kacang tanah, kentang, cabe dan apel. Klaster V komoditas sorghum, padi, kedelai, bawang merah, cabe, jeruk dan apel. Klaster VI komoditas unggulan adalah sorghum, padi, kedelai, jagung, kacang tanah, kentang, bawang merah, bawang putih dan cabe. Sementara klaster VII dengan komoditas unggulan ubi kayu, kacang tanah dan cabe. Strategi perwilayahan berdasarkan klaster yang terbentuk dengan menggunakan Klassen typology. Pertumbuhan komoditas tanaman pangan dan hortikultura pada tingkat maju dan tumbuh cepat dari 13 komoditas ada 6 komoditas yaitu pada klaster I; padi dan jagung. Klaster II komoditas ubi kayu. Klaster III komoditas ubi kayu dan padi. Klaster IV dengan komoditas jagung, ubi kayu dan cabe. Klaster V dengan komoditas padi dan apel. Klaster VI memiliki komoditas padi, jagung dan bawang merah. Klaster VII hanya komoditas ubi kayu. Komoditas relatif tertinggal pertumbuhannya ada sebanyak 7 komoditas yakni; sorghum, kentang, kedelai, kacang tanah, bawang putih, jeruk dan anggur. Kendala utama dalam mengusahakan tanaman pangan dan hortikultura, hasil survei tanaman padi palawija dan hortikultura (BPS 2014), adalah serangan hama tanaman, tingginya biaya operasional, iklim, kondisi tanah dan bencana alam.
dc.publisherIPB Universityid
dc.subject.ddcManajemen Produksi Dan Operasiid
dc.titleCluster Potensi Kabupaten/Kota Di Indonesia Dalam Pengembangan Komoditas Tanaman Pangan dan Hortikulturaid
dc.subject.keywordHortikulturaid
dc.subject.keywordImporid
dc.subject.keywordKlasterid
dc.subject.keywordSektor Unggulanid
dc.subject.keywordProduksiid
dc.subject.keywordTanaman Panganid
dc.subject.keywordAnalisis Klassen Typologyid
dc.subject.keywordAnalisis Sektor Basisid
dc.subject.keywordTop-Down Clustering (K-Means)id
dc.subject.keywordLocation Quontient (Lq)id
Appears in Collections:MT - Business

Files in This Item:
File SizeFormat 
E4516IMW.pdf
  Restricted Access
2.82 MBAdobe PDFView/Open


Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.