Please use this identifier to cite or link to this item:
http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/167321Full metadata record
| DC Field | Value | Language |
|---|---|---|
| dc.contributor.advisor | Hartoyo, Sri | |
| dc.contributor.advisor | Maulana, Tb.Nur Ahmad | |
| dc.contributor.author | Paramitha, Adhy Listya | |
| dc.date.accessioned | 2025-08-07T09:45:18Z | |
| dc.date.available | 2025-08-07T09:45:18Z | |
| dc.date.issued | 2013 | |
| dc.identifier.uri | http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/167321 | |
| dc.description.abstract | Initial public offering (IPO) atau go publik merupakan alternatif sumber pendanaan melalui peningkatan ekuitas perusahaan dengan cara menawarkan saham kepada masyarakat. Undang-undang No. 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal mendefinisikan penawaran umum sebagai kegiatan penawaran efek yang dilakukan oleh emiten untuk menjual efek kepada masyarakat berdasarkan tata cara yang diatur dalam undang-undang dan peraturan pelaksanaannya. Efek yang dimaksud adalah surat berharga yaitu surat pengakuan hutang, surat berharga komersial, saham, obligasi, tanda bukti hutang, unit penyertaan kontrak investasi kolektif, kontrak berjangka atas efek dan setiap derivatif dari efek. Penetapan harga saham perdana menjadi perhatian utama oleh para analis keuangan karena hal ini berkorelasi dengan sukses atau tidaknya penawaran saham perdana atau initial public offering (IPO). Initial public offering (IPO) yang mengalami oversubscribe maka initial public offering (IPO) tersebut dapat dikatakan sukses, yakni jumlah saham yang diminta investor lebih besar daripada jumlah saham yang ditawarkan. Akan tetapi, para pemilik perusahaan menginginkan agar dapat meminimalisasi undervalue karena terjadinya undervalue akan menyebabkan transfer kemakmuran (wealth) dari pemilik kepada para investor. (Daljono, 2000) Metode yang biasa digunakan oleh para calon emiten dan analis keuangan di dalam menilai harga saham perdana/IPO serta memprediksi kecenderungan harga setelah pencatatan di bursa adalah dengan metode tradisional yakni metode discounted cash flow (DCF) dan metode relative valuation (RV). Metode ini biasa digunakan oleh seluruh calon emiten yang ingin mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari uraian penetapan harga penawaran yang terdapat pada prospektus calon emiten dimana prospektus adalah informasi atau dokumen penting dalam proses penawaran umum, baik saham maupun obligasi. Kedua metode ini masih belum mampu memprediksi harga saham perdana yang ditawarkan secara wajar. Hal ini dikarenakan secara empiris sebagian besar saham setelah penawaran umum atau initial public offering (IPO) pada Bursa Efek Indonesia (BEI) yang menggunakan metode discounted cash flow dan relative valuation cenderung mengarah undervalue. Berdasarkan uraian di atas, terdapat masalah dalam menentukan harga IPO dimana metode discounted cash flow dan relative valuation yang digunakan emiten dianggap belum mampu dalam menentukan harga saham secara tepat. Dalam hal ini, metode real option dan free cash flow to firm diharapkan mampu dalam menentukan harga saham perdana secara wajar. Penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari perusahaan yang sudah go publik dan tercatat di bursa efek Indonesia periode 2008-2012. Untuk periode tahun 2008 – 2012 terdapat 102 perusahaan yang melakukan IPO di BEI. Berdasarkan pembatasan yang telah disebutkan diperoleh 54 perusahaan yang akan dijadikan obj penelitian. Data sekunder pada penelitian ini berupa prospektus dan laporan keuangan emiten yang melakukan IPO pada periode yang ditentukan, dan publikasi resmi lainnya. Penelitian ini menggunakan metode valuation, yaitu Free Cash Flow to Firm dan Real Option untuk menganalisis nilai harga saham perdana. Metode analisis yang digunakan untuk memprediksi harga saham akan undervalue atau overvalue adalah dengan metode analisis regresi logistik. PT. Tiphone Mobile Indonesia, Tbk digunakan sebagai salah satu perusahaan yang mewakili keseluruhan perusahaan yang dianalisis. Perusahaan ini melakukan IPO pada tahun 2011. Dengan harga penawaran Rp. 310 per lembar saham. Metode yang dipakai dalam menentukan valuasi saham yaitu metode free cash flow to firm dan real option. Berdasarkan pemakaian kedua metode tersebut, didapatkan Perhitungan dengan menggunakan free cash flow to firm (FCFF), memberikan nilai sebesar Rp. 372 per lembar saham, sedangkan dengan metode real option (RO) memberikan penilaian sebesar Rp. 637 per lembar saham. Harga yang ditawarkan PT. Tiphone Mobile Indonesia, Tbk adalah Rp. 310 per lembar saham. Harga penawaran tersebut berada di bawah harga saham dari kedua metode di atas. Oleh karena itu, harga penawaran saham perdana PT. Tiphone Mobile Indonesia, Tbk yang ditawarkan pada harga Rp. 310 per lembar saham saat IPO dapat dikatakan berada di bawah harga wajarnya (undervalued). Hasil perhitungan melalui metode FCFF diperoleh 39 emiten yang mengalami undervalue, 13 emiten mengalami overvalue dan 2 emiten fairly price pada harga prediksi pra listing dengan menggunakan metode free cash flow to firm. Pada metode Real Option diperoleh 47 emiten yang mengalami undervalue dan 7 emiten mengalami overvalue. Hasil dari regresi logistik pada model free cash flow to firm dan Real Option, secara keseluruhan kedelapan variabel bebas yaitu ekuitas, aset, hutang, tenor, JIBOR, lembar saham, implied volatilitas dan dummy berpengaruh signifikan dalam menjelaskan harga saham perdana di Bursa Efek Indonesia periode 2008-2012. Secara parsial pada metode FCFF terdapat satu variabel mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan yaitu ekuitas. Kemudian terdapat dua variabel mempunyai pengaruh negatif dan signifikan yaitu variabel tenor dan dummy. Pada model real option secara parsial dapat dilihat bahwa terdapat satu variabel mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan yaitu implied volatilitas. Kemudian terdapat dua variabel mempunyai pengaruh negatif dan signifikan yaitu variabel tenor dan lembar saham. Daya prediksi model dari metode free cash flow to firm mampu memprediksi sebesar 83.30 persen dan metode real option mampu memprediksi model sebesar 90.7 persen. Berdasarkan model prediksi tersebut dapat disimpulkan bahwa model prediksi yang dapat dipergunakan untuk memprediksi harga saham IPO adalah model prediksi dengan metode real option karena memiliki tingkat presisi harga yang lebih tinggi dibandingkan dengan metode free cash flow to firm | |
| dc.publisher | IPB University | id |
| dc.subject.ddc | Manajemen Keuangan | id |
| dc.title | Analisis Valuasi Harga Saham Perdana Dengan Metode Free Cash Flow To Firm" dan "Real Option" Pada Bursa Efek Indonesia" | id |
| dc.subject.keyword | Ipo | id |
| dc.subject.keyword | Free Cash Flow To Firm | id |
| dc.subject.keyword | Real Option | id |
| dc.subject.keyword | Bei | id |
| dc.subject.keyword | Analisis Biaya Modal Rata-Rata Tertimbang (Wacc) | id |
| Appears in Collections: | MT - Business | |
Files in This Item:
| File | Size | Format | |
|---|---|---|---|
| R4713ALP.pdf Restricted Access | 1.7 MB | Adobe PDF | View/Open |
Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.