Please use this identifier to cite or link to this item: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/167072
Title: Strategi Pengembangan Bisnis Furnitur Bambu Cv.Suratin Bamboo Untuk Pasar Dalam Negeri
Authors: Sanim, Bunasor
Maulana, Agus
Hidayah, Nurul
Issue Date: 2013
Publisher: IPB University
Abstract: Pemanfaatan hasil hutan kayu di Indonesia semakin lama semakin meningkat untuk kebutuhan berbagai macam industri hingga berdampak pada pemanfaatan yang tidak seimbang dengan kemampuan hutan menyediakan kayu dan merehabilitasinya. Hal tersebut berakibat pada terkurasnya sumber-sumber kayu dan menurunnya kualitas hutan dan lingkungan. Beberapa industri yang berbasis kayu sebenarnya dapat disubstitusi dengan bahan baku lain yang lebih lestari dan ramah lingkungan. Bambu merupakan kelompok hasil hutan bukan kayu yang potensial dapat mensubstitusi industri berbasis kayu. Penggunaan bambu sebagai substitusi kayu untuk beberapa industri yang biasa menggunakan kayu berpengaruh positif terhadap kualitas dan kelestarian hutan. Indonesia merupakan negara penghasil bambu terbesar ketiga di dunia setelah India dan China, dimana dari 1400 jenis bambu di dunia sekitar lebih dari 11% atau 160 jenis berada di Indonesia. Salah satu penggunaan bambu untuk substitusi kayu adalah dalam industri furnitur CV. Suratin Bamboo adalah salah satu perusahaan yang memproduksi furnitur bambu. Penjualan furnitur bambu CV. Suratin Bamboo terus meningkat dari tahun ke tahun, namun sebagian besar penjualannya berasal dari ekspor. Prosentase penjualan ekspor dan lokal produk furnitur bambu di CV. Suratin Bamboo rata-rata adalah 70% 30%. Krisis ekonomi Amerika dan Eropa berdampak pada menurunnya permintaan ekspor. Ketidakstabilan ekonomi dan politik mancanegara menjadikan perusahaan tidak dapat terus-menerus mengandalkan pasar ekspor tetapi juga harus memikirkan potensi pasar dalam negeri. Tujuan penelitian ini adalah untuk: 1) menganalisis kondisi lingkungan internal dan eksternal yang mempengaruhi pengembangan bisnis furnitur bambu CV. Suratin Bamboo untuk pasar dalam negeri, 2) merumuskan strategi untuk dikembangkan dalam upaya pengembangan bisnis furnitur bambu CV. Suratin Bamboo untuk pasar dalam negeri; 3) menentukan strategi prioritas yang tepat yang dapat diterapkan oleh CV. Suratin Bamboo dalam upaya pengembangan bisnis furnitur bambu untuk pasar dalam negeri. Penelitian ini dilaksanakan bulan Oktober hingga Desember 2012 berlokasi di CV. Suratin Bamboo, Bogor. Data yang digunakan mencakup data primer dan sekunder. Data primer pada penelitian ini diperoleh dari wawancara dengan responden. Data sekunder pada penelitian ini diperoleh dari Badan Pusat Statistik, data internal perusahaan, dan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Bogor. Pemilihan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling dengan jumlah responden 8 orang. Analisis data yang digunakan meliputi: analisis deskriptif, analisis lingkungan internal-eksternal; analisis Strengths, Weaknesses, Opportunities, Threats (SWOT), dan analisis Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM). B Berdasarkan analisis faktor strategis eksternal didapatkan 5 faktor strategis peluang dan 4 faktor strategis hambatan. Faktor strategis peluang tersebut antara lain: 1) deklarasi Bambu Nasional sebagi pendukung kebijakan; 2) indonesia merupakan pasar yang potensial; 3) kebudayaan Indonesia yang beraneka ragam; 4) masyarakat kelas menengah Indonesia yang terus meningkat; 5) Indonesia merupakan negara penghasil bambu terbesar ketiga di dunia. Sedangkan faktor strategis ancaman adalah: 1) kesepakatan ACFTA; 2) pengurusan hak paten yang sulit; 3) budaya masyarakat Indonesia yang lebih menyukai produk impor; 4) rendahnya jumlah dan kemampuan desainer nasional. Analisis faktor strategis internal menghasilkan 7 faktor strategis kekuatan dan 6 faktor strategis kelemahan. Faktor strategis kekuatan perusahaan adalah: 1) pembagian kerja dan deskripsi pekerjaan sudah jelas; 2) loyalitas karyawan tinggi; 3) mampu menghasilkan 3 jenis kualitas produk sesuai dengan segmen pasar; 4) menyediakan jasa penjemputan konsumen, pengiriman, dan pemasangan barang; 5) produk berkualitas; 6) bahan baku mudah didapat; 7) penerapan SOP (Standard Operational Procedure) pada proses pembuatan furnitur bambu. Faktor strategis kelemahan perusahaan adalah: 1) pengambilan keputusan masih didominasi oleh pemilik; 2) sebagian besar karyawan berpendidikan rendah; 3) kurangnya tenaga pemasar dan tidak ada target; 4) harga lebih tinggi dari pesaing; 5) keterbatasn modal; 6) pengembangan hanya sedikit Analisis SWOT 4 kuadran menunjukkan posisi perusahaan berada pada kuadran I yaitu pertumbuhan. Tiga alteratif strategi yang dirumuskan untuk diterapkan oleh perusahaan, yaitu: membuat inovasi produk; membuka outlet penjualan baru; dan menciptakan merek produk. Urutan strategi prioritas terhadap ketiga alternatif tersebut adalah strategi inovasi produk sebagai prioritas pertama. Prioritas kedua adalah strategi penciptaan merek produk dan prioritas terakhir adalah strategi pembukaan outlet penjualan baru.
URI: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/167072
Appears in Collections:MT - Business

Files in This Item:
File SizeFormat 
R4613NUH.pdf
  Restricted Access
1.17 MBAdobe PDFView/Open


Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.