Monitoring Perubahan Tutupan Lahan di Kabupaten Bengkulu Tengah

Abstract

Perubahan tutupan lahan merupakan fenomena dinamis yang mencerminkan antara faktor alam dan aktivitas manusia. Pertumbuhan penduduk, urbanisasi, pembangunan, ekspansi pertanian serta kebijakan penggunaan lahan merupak faktor penyebab terjadinya perubahan tutupan lahan. Dampak perubahan tutupan lahan di Indonesia yang mengalami perubahan signifikan menyebabkan deforestasi, degradasi, peningkatan emisi karbon dan penurunan keanekargaman hayati. Monitoring perubahan tutupan lahan diperlukan sebagai bahan evaluasi dan dasar membuat kebijakan. Penggunaan teknologi penginderaan jauh memiliki kemampuan untuk monitoring perubahan tutupan lahan. Penerapan teknologi penginderaan jauh memiliki berbagai keunggulan untuk monitoring perubahan tutupan lahan di Indonesia yang bervariasi antar wilayah dan rentan waktu. Pemanfaatan citra satelit Landsat dalam pemantauan tutupan lahan digunakan karena memiliki keunggulan rekaman historis Panjang sejak 1972, cakupan wilayah luas, multispectral yang mendukung perhitungan indeks, mudah diakses dan memiliki resolusi spasial menengah (30m) yang sangat cocok untuk pemantauan skala regional. Kabupaten Bengkulu Tengah sebagai wilayah pemekaran perlu dilakukan monitoring sebagai bahan perbaikan dan penentuan kebijakan. Penelitian ini bertujuan untuk monitoring tutupan lahan Kabupaten Bengkulu Tengah dengan teknologi penginderaan jauh. Kabupaten Bengkulu Tengah secara administratif terbentuk pada tahun 2008. Sejak terbentuk, wilayah ini mengalami dinamika pembangunan dan perubahan tutupan lahan. Monitoring perubahan tutupan lahan di Kabupaten Bengkulu Tengah menggunakan citra Landsat 5 pada tahun 2008 dan Landsat 8 2024. Software yang digunakan dalam pengolah penelitian ini ArcGIS 10.8, Erdas Imagine 2015 dan Microsoft Office 2019. Pengumpulan bahan penelitian dengan mengunduh citra, peta administrasi Peta Rupa Bumi Indonesia dan peta tutupan lahan. Citra landsat terlebih dahulu dilakukan koreksi geometrik dengan metode Nearest Neighbour. Koreksi radiometrik dengan teknik histogram matching untuk mengoreksi perbedaan sensor Landsat 5 dan Landsat 8 yan memiliki waktu perekaman berbeda sehingga digital number Landsat 5 dengan landsat 8. Citra komposit Landsat yang menggunakan band SWIR-NIR-RED. Citra terkoreksi selanjutnya dilakukan klasfikasi tutupan lahan dengan metode yang umum digunakan yaitu maximum likelihood classification. Hasil klasifikasi terdapat 9 kelas tutupan lahan setelah itu dilakukan Post Classification Comparison untuk melihat perubahan tutupan lahan. Perubahan tutupan lahan di Kabupaten Bengku;u Tengah didominasi peningkatan semak belukar dan perkebunan sedangkan terjadi penurunan pada tutupan hutan lahan kering primer. Deteksi perubahan Change Vector Analysis menggunakan indeks NDVI dan NDBI. Indeks NDVI menggunakan band RED dan NIR mampu mengindikasikan jumlah klorofil pada vegetasi dan Indeks NDBI mengindikasi lahan terbangun. Indeks NDVI dan NDBI digunakan untuk mengukur besaran dan arah perubahan. Besaran perubahan diukur dari selisih nilai (?NDVI dan ?NDBI). Besaran perubahan memiliki panjang vector menyatakan tingkat perubahan. Arah perubahan menyatakan jenis perubahan yang dikelompokan menjadi empat kelas berdasarkan sudut arah yang dibentuk vektor besaran yaitu kuadaran I-IV. Hasil besaran dan arah perubahan dengan thresholding 0-0,157 (tidak signifikan) menghasilkan 16 kriteria CVA. Kriteria tersebut dikelompokkan menjadi 5 kategori perubahan antara lain tidak berubah, akresi, pemulihan vegetasi, abrasi dan degradasi. Pendekatan CVA dengan ambang batas statistik (berdasarkan nilai statistik training area) menghasilkan akurasi klasifikasi yang lebih tinggi, dengan akurasi keseluruhan (OA) sebesar 90% dan nilai Kappa 0,88, dibandingkan pendekatan berbasis nilai statistic raster yang memperoleh akurasi 88% dan nilai Kappa 0,85. Perbedaan ini menunjukkan bahwa pendekatan dengan training area lebih stabil dan efektif dalam mendeteksi perubahan tutupan lahan. Total luas perubahan yang teridentifikasi dengan CVA mencapai 72.354,75 ha, sementara dengan CVA training hanya 62.117,61 ha. Kategori perubahan terbesar adalah pemulihan vegetasi dan akresi, menunjukkan adanya proses revegetasi dan pembangunan lahan. Perbedaan hasil ini menunjukkan bahwa pendekatan statistik pada CVA lebih sensitif dalam menangkap dinamika perubahan lahan di Kabupaten Bengkulu Tengah. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pendekatan integratif CVA dan indeks spektral dapat dijadikan alat analisis spasial-temporal yang andal dalam mendukung perencanaan tata ruang dan kebijakan pengelolaan lahan berkelanjutan, khususnya di wilayah pemekaran yang rentan terhadap konversi lahan.