Analisis Perubahan Tutupan Lahan Terhadap Kejadian Kebakaran Hutan dan Simpanan Karbon di Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Jambi

Abstract

Perubahan iklim merupakan tantangan global yang memberikan dampak signifikan terhadap berbagai sektor, termasuk sektor kehutanan. Kabupaten Tanjung Jabung Timur (Tanjabtim), Provinsi Jambi, merupakan salah satu wilayah dengan tutupan hutan yang relatif luas, namun menghadapi tingkat kebakaran hutan dan lahan yang cukup tinggi. Kondisi ini berdampak pada perubahan tutupan lahan yang signifikan dari tahun ke tahun. Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa peningkatan luas tutupan lahan perkebunan secara konsisten diiringi oleh penurunan luasan hutan alam. Dinamika perubahan tutupan lahan ini dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk aspek ekonomi, sosial, serta kebijakan pembangunan yang diterapkan pemerintah. Salah satu faktor utama dalam alih fungsi lahan di wilayah ini adalah pergeseran fokus pembangunan daerah, dari sektor pertanian pangan (seperti padi) menuju sektor perkebunan, terutama kelapa sawit. Perubahan ini turut menyebabkan penurunan luas vegetasi alami serta peningkatan emisi gas rumah kaca (GRK) yang berkontribusi terhadap krisis iklim. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dinamika perubahan tutupan lahan di Kabupaten Tanjabtim selama periode 2000–2023, memetakan wilayah rawan kebakaran hutan dan lahan, serta menghitung emisi karbon berdasarkan jenis tutupan lahan yang mengalami perubahan. Metode yang digunakan meliputi pendekatan penginderaan jauh berbasis cloud computing dengan memanfaatkan citra satelit Landsat 5, 7, dan 8 serta algoritma Random Forest (RF) melalui platform Google Earth Engine (GEE). Data hotspot diperoleh dari sensor Moderate Resolution Imaging Spectroradiometer (MODIS) dengan tingkat kepercayaan (confidence level) lebih dari 80%. Perhitungan emisi akibat perubahan tutupan lahan (Land Use Land Cover Change atau LULCC) mengacu pada pedoman yang ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perubahan tutupan lahan terbesar selama periode 2000–2023 terjadi pada konversi lahan pertanian menjadi perkebunan, dengan peningkatan luas sebesar 565,27%, diikuti oleh peningkatan luas hutan tanaman sebesar 205,16%. Daerah dengan tingkat kerawanan kebakaran tertinggi meliputi Kecamatan Muara Sabak Barat, Dendang, dan Sadu. Titik-titik kerawanan kebakaran sebagian besar terjadi pada tutupan lahan berupa semak belukar dengan kedalaman gambut berkisar antara 100 hingga 200 cm. Simpanan karbon tertinggi ditemukan pada tahun 2022 sebesar 40.866.219 ton C per tahun.

Climate change is a global challenge that significantly impacts various sectors, including the forestry sector. Tanjung Jabung Timur Regency, located in Jambi Province, is one of the regions with relatively extensive forest cover, yet it faces a deforestated of forest and land fires occurences. This condition has led to considerable land cover changes from year to year. Previous studies clearly showed that the expansion of plantation areas has consistently been accompanied by a decline in natural forest cover. The dynamics of land cover change are influenced by multiple factors, including economic, social, and government development policy aspects. A major driver of land-use conversion in this region is the shift in regional development priorities from food crop agriculture (such as rice) to the plantation sector, particularly oil palm plantation. This transition has contributed to the reduction of natural vegetation cover and the increase in greenhouse gas (GHG) emissions, exacerbating the climate crisis. This study aims to analyze the dynamics of land cover change over the 2000–2023 period, map areas prone to forest and land fires, and calculate carbon emissions based on the types of land cover that have changed. The research employed a remote sensing approach using cloud computing technology, utilizing Landsat 5, 7, and 8 satellite imagery and the Random Forest (RF) algorithm through the Google Earth Engine (GEE) platform. Hotspot data were obtained from the Moderate Resolution Imaging Spectroradiometer (MODIS) sensor with a confidence level greater than 80%. Carbon emission calculations due to Land Use Land Cover Change (LULCC) referred to the guidelines issued by the Directorate General of Climate Change Control. The results of the study show that the largest land cover change during the 2000–2023 period was the conversion of agricultural land into plantations, with an area increase of 565.27%, followed by a 205.16% increase in industrial forest plantations. The areas with the highest fire vulnerability include Muara Sabak Barat, Dendang, and Sadu District. Fire-prone hotspots were predominantly found in shrubland areas with peat depth ranging from 100 to 200 cm. The highest carbon stock observed in 2022 was 40,866,219 tons of carbon per year.