Kajian Ekonomi Karbon Biru Ekosistem Mangrove (Studi Kasus di Taman Wisata Alam Jering Menduyung, Bangka Barat)

Abstract

Paris Agreement merupakan sebuah komitmen internasional untuk menurunkan suhu bumi di bawah 2° C. Pemerintah Indonesia berkomitmen menurunkan emisi CO2 dengan penurunan emisi pada tahun 2030 sebesar 31,89% hingga 43,20% dibandingkan dengan baseline dalam dokumen Enhanced NDC. Perlu dilakukan percepatan di setiap daerah baik oleh pemerintah daerah, dinas terkait, perguruan tinggi, dan masyarakat dalam pengukuran stok karbon dan potensi penurunan emisi CO2. Hal ini bertujuan agar jasa ekosistem mangrove, salah satunya yaitu jasa karbon dapat memberikan manfaat ekonomi secara langsung kepada perekonomian suatu wilayah melalui skema perdagangan karbon. Perdagangan karbon dapat memberikan alternatif pendanaan untuk pengelolaan berkelanjutan. Potensi perdagangan karbon sendiri menjadi tantangan sekaligus peluang bagi karbon biru terutama mangrove dalam pemanfaatan jasa eksosistem simpanan karbon sehingga memberikan manfaat ekonomi, sosial, sekaligus ekologi. Provinsi Kepulauan Bangka Belitung memiliki landscape lahan berbentuk pulau-pulau kecil. Pulau Bangka merupakan salah satu pulau yang ada di area paling rentan terhadap perubahan iklim. TWA Jering Menduyung merupakan salah satu area hutan mangrove yang dikelola dalam kawasan hutan konservasi yang terletak di Kabupaten Bangka Barat. Selain manfaat ekonomi secara langsung melalui jasa karbon mangrove, hutan mangrove juga bermanfaat secara tidak langsung bagi ekosistem pesisir dan masyarakat pesisir terutama nelayan tangkap dan budidaya. Saat ini, TWA Jering Menduyung berfungsi sebagai kawasan konservasi dan wisata.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis potensi stok karbon dan emisi/serapan gas rumah kaca akibat aktivitas antropogenik perubahan penggunaan lahan di hutan mangrove kawasan hutan konservasi TWA Jering Menduyung, Bangka Barat, Kepulauan Bangka Belitung. Selain itu, tujuan penelitian ini yaitu menganalisis nilai ekonomi total dari ekosistem mangrove di TWA Jering Mendutyung. Tujuan akhir penelitian ini yaitu menganalisis kebijakan pengelolaan ekosistem mangrove berbasis penurunan emisi. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli-September 2023. Pengambilan data karbon menggunakan metode non destruktif dan alometrik untuk above ground biomass dan analisa laboratium C organik untuk tanah mangrove. Metode analisis Citra Satelit Landsat dan Sentinel digunakan untuk penghitungan perubahan tutupan lahan dan potensi emisi. Periode waktu yang digunakan untuk penghitungan potensi emisi hutan mangrove yaitu 10 tahun (tahun 2013 hingga 2023). Penelitian dilakukan dengan metode studi kasus menggunakan metode pengambilan contoh purpossive sampling. Data primer digunakan dengan instrumen kuisioner, observasi, dan interview. Data sekunder digunakan dalam penentuan nilai jasa ekosistem mangrove dengan metode benefit transfer dari penelitian lain. Kebijakan pengelolaan kawasan TWA Jering Menduyung berbasis penurunan emisi skema Result Based Payment menggunakan pendekatan analisis sistem dinamik.

Hasil penelitian menunjukkan potensi melepaskan emisi akibat deforestasi sebesar 6,70 ton CO2/tahun dan degradasi 1.495,51 ton CO2/tahun. Laju deforestasi di yaitu 0,01 ha/tahun, sedangkan laju degradasi sebesar 3,36 ha/tahun. Total potensi emisi perubahan tata guna lahan, deforestasi, dan degradasi sebesar 1.507,65 ton CO2/tahun. Sedangkan potensi total serapan emisi sebesar 7.512,66 ton CO2/tahun. Sehingga diperoleh potensi serapan emisi total kawasan (total serapan emisi – total pelepasan emisi) sebesar 6.005,01 ton CO2/tahun.

Seluruh nilai manfaat ekosistem mangrove diagregasi per tahun. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli 2023. Hasil penelitian diperoleh nilai ekonomi total sebesar Rp 5.317.169.489.198 dengan luas area mangrove 1.350,74 hektar, atau sebesar Rp 3.936.486.288 per hektar. Direct use value diperoleh sebesar Rp 25.022.093.250, terdiri atas nilai provisioning Rp 25.002.293.250 dan nilai cultural Rp19.800.000. Indirect use value diperoleh sebesar Rp 5.286.102.864.455, terdiri atas nilai supporting Rp 2.674.465.200.000 dan regulating Rp 135.593.469.262. Existence value sebesar Rp 3.542.322.167 dan bequest value sebesar Rp 2.502.209.325. Potensi nilai ekonomi karbon kawasan tersebut sebesar Rp193.661.732,14/tahun (apabila harga karbon USD 5/ton CO2). Berdasarkan penghitungan biaya proyek karbon, diperoleh harga emisi di kawasan TWA Jering Menduyung sebesar Rp 161.537 /ton CO2e. Dengan demikian potensi nilai ekonomi karbon TWA Jering Menduyung sebesar Rp 970.031.300/tahun (breakeven point).

Model Result Based Payment (RBP) diasumsikan selama 20 tahun periode komitmen (2024-2043). Jika TWA Jering Menduyung akan dilakukan pengelolaan dengan pemanfaatan jasa karbon, secara agregat model RBP akan meningkatkan stok karbon sehingga terjadi peningkatan penyerapan emisi (aksi mitigasi) sebesar 377.682,77 ton CO2e. Sementara itu, potensi kontribusi net sink TWA Jering Menduyung pada Net Zero Emission (NZE) 2060 diprediksi sebesar 847.454 ton CO2e (0,01%) dari target penurunan emisi sebesar 1.239 juta ton CO2e (NDC Indonesia). Net Present Value model Result Based Payment (RBP) sebesar Rp 7.310.254.985 dan gross BCR sebesar 1,12. Nilai NPV RBP > 0 dan BCR>1 menunjukkan model pengembangan pemanfaatan jasa karbon untuk pengelolaan ekosistem mangrove layak dilakukan secara ekonomi.