Please use this identifier to cite or link to this item: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/166671
Title: Dua Dekade Ekspansi Sawit, Perubahan Struktur Agraria dan Penghidupan Komunitas Dayak Hibun di Desa Gunam, Kalimantan Barat
Other Titles: Two Decades of Oil Palm Expansion: Agrarian Structure and Livelihood Transformations of the Dayak Hibun Community in Gunam Village, West Kalimantan
Authors: Abdulkadir, Rr. Melani
Kolopaking, Lala M.
Pandelaki, Tirza
Issue Date: 2025
Publisher: IPB University
Abstract: Komunitas adat yang dikenal dengan nilai dan praktik hidup yang lekat dan selaras dengan alam rentan ketika dihadapkan pada pembangunan yang menggeser peran dan nilai adat, disertai tekanan pasar lewat perkembangan komoditas global seperti kelapa sawit. Hal ini secara signifikan merubah ruang hidup komunitas, termasuk perubahan fungsi hutan adat dan tembawang yang memiliki nilai kultural serta relasi sosial produksi. Selanjutnya terjadi transformasi struktur penghidupan di mana komunitas adat menjadi aktor penting dalam rantai pasok pasar komoditas kelapa sawit. Penelitian ini bertujuan untuk (1) Menganalisa trajektori perubahan struktur agraria di Desa Gunam, dan peran adat di dalam perubahan tersebut serta (2) menganalisa dinamika penghidupan komunitas dayak Hibun selama dua dekade ekspansi perkebunan kelapa sawit di Desa Gunam. Landasan analisa dalam penelitian ini berangkat dari penelusuran sosio-ekologis atas transformasi lanskap, yaitu perubahan sistem pertanian, perubahan penguasaan lahan dan relasi sosio-ekologis. Pendekatan ekonomi-politik agraria yang dikembangkan oleh Bernstein dan kerangka kerja penghidupan yang dikembangkan Scoones digunakan sebagai alat analisa. Metode penelitian yang digunakan adalah pendekatan campuran (mixed-methods), yang menggabungkan metode kualitatif dan kuantitatif. Teknik pengumpulan data kualitatif dilakukan dengan memanfaatkan observasi lapangan, transek, wawancara mendalam, dan diskusi kelompok terfokus /FGD) untuk menggali pemahaman kontekstual atas transformasi agraria yang terjadi. Teknik nonprobability sampling seperti snowball sampling digunakan untuk menentukan aktor kunci dan informan yang memiliki pengetahuan mendalam terhadap isu yang diteliti. Peneliti juga mengumpulkan dokumen, artefak, serta materi audio dan visual sebagai bagian dari triangulasi data dan untuk menangkap dinamika lokal yang tidak selalu tercermin dalam data statistik. Pengumpulan data kuantitatif diperoleh melalui survei terhadap 31 rumahtangga petani Dayak Hibun. Survei ini menghasilkan data numerik mengenai kegiatan rumah tangga di bidang pertanian dan non-pertanian, pendapatan dan pengeluaran, serta akses, dan relasi terhadap tanah, hutan, dan sumber daya penghidupan lainnya. Data kuantitatif ini tidak hanya mendukung temuan kualitatif, tetapi juga berfungsi untuk mengklasifikasikan rumah tangga berdasarkan penguasaan aset penghidupan dan strategi penghidupan. Penelitian ini menunjukkan bahwa perubahan struktur agraria telah terjadi sejak pertengahan 1970an. Pertama, introduksi kelapa sawit sejak tahun 1975 di Kabupaten Sanggau. Kedua, Undang-undang pemerintahan Desa tahun 1979 melalui proses unifikasi kampung yang menggeser fungsi penguasaan dan pengelolaan adat. Trajektori perubahan struktur agraria pada komunitas Dayak Hibun di Desa Gunam yang paling signifikan ditunjukkan lewat industrialisasi pedesaan melalui skema PIR-Plasma dan KKPA mendorong masuknya kapitalisme agrarian, menggeser kepemilikan lahan ke tangan kapitalis dan melegalisasi proses komodifikasi subsisten. Kondisi ini menghasilkan tiga konsekuensi yaitu Pertama, konflik agraria sebagai reaksi ketidakadilan skema HGU. Masyarakat menilai bahwa lahan mereka dirampas secara tidak adil. Pasca konflik, kondisi rantai pasok bergeser pada pengelolaan kebun kelapa sawit mandiri dengan mekanisme rantai pasok yang dikuasai oleh tengkulak. Kedua, masifnya alih fungsi hutan dan lahan pangan ke sawit (sawit rakyat/mandiri) menyebabkan degradasi hutan dan lahan, sebagai penanda komodifikasi subsistensi: hutan tembawang, kebun karet, dan ladang berpola rotasi ditebang dan diganti menjadi komoditas pasar yang monokultur yaitu sawit. Ketiga, ketimpangan penguasaan dan kepemilikan atas tanah dalam komunitas Dayak Hibun memunculkan diferensiasi kelas agraria dari kelas petani kapitalis skala kecil, produsen menengah, hingga buruh tani. Pada kondisi penghidupan perubahan struktur agraria memengaruhi penghidupan masyarakat. Akses dan penguasaan terhadap modal penghidupan (lahan, finansial, aset produktif, tenaga, jaringan sosial) menjadi faktor penentu strategi penghidupan masyarakat. Kompetisi ini menghasilkan berbagai posisi rumah tangga, dari yang berada pada kondisi survival, konsolidasi diversifikasi, konsolidasi ekstensifikasi, intensifikasi, hingga akumulasi. Rumah tangga dalam situasi ekstensifikasi umumnya mampu mengembangkan budidaya dan mendiversifikasi komoditas melalui perluasan lahan atau pembukaan usaha baru, didukung oleh ketersediaan sumber daya keuangan. Konsolidasi diversifikasi lebih mungkin terjadi, misalnya dengan membuka warung, dan cenderung lebih bertahan dibanding kelompok dalam situasi survival. Situasi akumulasi, konsolidasi diversifikasi, intensifikasi, maupun ekstensifikasi umumnya ditempati oleh petani tipe 3 dan 4 yang menguasai lahan lebih dari 5 hektar. Sebaliknya, rumah tangga petani tipe 1 cenderung berada dalam situasi survival, berfokus pada pemenuhan kebutuhan jangka pendek dan bergantung pada sumber daya alam yang semakin terbatas. Intensifikasi ditemukan pada petani tipe 2 dan 3 yang mengoptimalkan hasil usaha melalui perbaikan teknik dan peningkatan produktivitas. Temuan ini menunjukkan bahwa monokultur sawit umumnya hanya dapat dilakukan oleh petani tipe 3 dan 4, sedangkan petani tipe 1 dan 2 yang berpenghasilan terbatas justru bergantung secara patronase pada rumah tangga pemilik modal besar. Pada tataran komunitas, adat sebagai nilai budaya tetap kuat, terutama dalam praktik gotong royong seperti kelompok Odi/ penghari. Di sisi lain, adat sebagai institusi formal melemah karena pergeseran batasan kewenangan dalam struktur pemerintahan desa. Adat menonjol dilihat sebagai jaring pengaman sosial rumah tangga dalam kondisi rentan / survival.
URI: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/166671
Appears in Collections:MT - Human Ecology

Files in This Item:
File Description SizeFormat 
cover_I3503201001_f2f3438e15264915accdef1bbe3ee97d.pdfCover802.72 kBAdobe PDFView/Open
fulltext_I3503201001_50730e3794d64036a5b881956f78cd8b.pdf
  Restricted Access
Fulltext2.84 MBAdobe PDFView/Open
lampiran_I3503201001_1101e5aa927f4531816a9457da4816f6.pdf
  Restricted Access
Lampiran1.61 MBAdobe PDFView/Open


Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.