Please use this identifier to cite or link to this item: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/166640
Full metadata record
DC FieldValueLanguage
dc.contributor.advisorMulyani, Yeni Aryati
dc.contributor.advisorRachmawati, Eva
dc.contributor.authorAnanda, Ade Rizky
dc.date.accessioned2025-08-04T14:56:09Z
dc.date.available2025-08-04T14:56:09Z
dc.date.issued2025
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/166640
dc.description.abstractBurung memiliki nilai kebermanfaatan dan keberagaman dalam memerankan berbagai fungsi di lingkungan, salah satunya sebagai objek wisata atau disebut avitourism. Avitourism merupakan perjalanan wisata mengamati dan menganalisis burung pada habitat alaminya. Avitourism telah mengalami peningkatan dalam 10 tahun terakhir dan mengundang pengunjung dari berbagai latar belakang pengetahuan. Meningkatnya pengunjung dapat memicu adanya perilaku yang tidak terarah seperti membuang sampah sembarangan, membuat kebisingan, memberikan makan burung liar dan perilaku yang mengganggu burung lainnya sehingga berdampak pada degradasi habitat dan perubahan populasi burung pada suatu kawasan. Mengatasi dampak tersebut, maka diperlukan adanya suatu program yang mendukung keberlanjutan dan konservasi terhadap populasi burung melalui perencanaan interpretasi avitourism. Perencanaan interpretasi avitourism dapat merumuskan program interpretasi yang memberikan informasi lebih mendalam terkait populasi burung dengan tujuan menumbuhkan rasa kepedulian pengunjung akan pentingnya konservasi terhadap burung sehingga menghasilkan perilaku yang lebih konservatif di alam. Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika merupakan pusat pariwisata bahari yang menjadi salah satu habitat burung di pulau Lombok. Pengunjung kawasan ini mencapai ±922.542 orang/tahunnya dan berpotensi mengakibatkan perubahan populasi burung akibat adanya perilaku-perilaku yang kurang konservatif. Sebagai upaya dalam melestarikan populasi burung, penting untuk melakukan kajian perencanaan interpretasi avitourism sehingga dapat memberikan rekomendasi program yang terintegrasi di KEK Mandalika. Berdasarkan latar belakang tersebut, tujuan penelitian ini adalah (1) mengidentifikasi potensi dan sebaran burung sebagai objek interpretasi avitourism di KEK Mandalika; (2) memetakan potensi jalur interpretasi avitourism; (3) mendeskripsikan preferensi pengunjung terkait perencanaan intepretasi avitourism; dan (4) menyusun program interpretasi avitourism. Pengambilan data dilaksanakan pada bulan Juli – Agustus 2024 di delapan jalur pengamatan burung yaitu Mangrove Novotel, Mangrove Gerupuk, Mangrove Songgong, Perkebunan Gerupuk, Perkebunan Merese, Bukit Merese, Kampung Nelayan dan Kampung Wisata yang berada di KEK Mandalika. Pengamatan burung menggunakan metode Daftar Jenis Mackinnon. Setiap jenis burung diidentifikasi endemisitas, status konservasi, status migrasi, keunikan (morfologi, suara), keterkaitannya dengan budaya dan frekuensi perjumpaan melalui studi pustaka. Data burung dianalisis menggunakan metode skoring untuk penilaian potensi objek interpretasi avitourism dan analisis spasial untuk sebaran jenisnya. Pengambilan data jalur menggunakan metode observasi lapang dan data sekunder menggunakan Google Earth Pro 7.3.3. Data jalur dianalisis menggunakan metode skoring berdasarkan jumlah objek interpretasi, kondisi jalur, sarana dan prasarana. Jalur potensial dianalisis menggunakan metode spasial untuk pemetaannya. Data karakteristik dan preferensi pengunjung diperoleh melalui kuesioner yang disebar kepada 100 responden yang dibagi menjadi dua kriteria yaitu tidak pernah melakukan pengamatan burung dan pernah melakukan pengamatan burung. Data responden dianalisis menggunakan statistik deskriptif persentase. Penyusunan perencanaan program interpretasi avitourism di KEK Mandalika menggunakan enam elemen model interpretasi yaitu what, why, who, how/when/where dan implementation and operation. Hasil penelitian menunjukkkan bahwa terdapat 37 jenis burung berpotensi sebagai objek interpretasi avitourism dari 63 jenis burung yang ditemukan pada delapan jalur pengamatan di KEK Mandalika. Objek interpretasi avitourism tersebut terdiri dari 13 jenis burung yang memiliki status konservasi tinggi, 12 jenis burung endemik, 13 jenis burung pengicau, delapan jenis burung berukuran besar, 10 jenis burung berwarna cerah, 14 jenis burung migrasi, enam jenis burung berkaitan dengan budaya dan delapan jenis burung yang memiliki frekuensi perjumpaan tinggi. 65% dari total kekayaan jenis burung tersebar di jalur Mangrove Novotel dan ditemukan paling aktif pada pagi hari pukul 06.00-10.00 WITA. Tingginya kekayaan jenis burung di jalur tersebut karena beragamnya tipe habitat seperti mangrove, lahan basah dan semak serta lokasi jalur yang jauh dari aktivitas pengunjung sehingga minimnya gangguan terhadap burung. Puncak aktivitas burung terjadi pada pagi hari sedangkan pada siang hari aktivitas burung berkurang. Tiga jalur berpotensi sebagai jalur interpretasi avitourism dari delapan jalur eksisting yang ada di KEK Mandalika, yaitu jalur Mangrove Novotel, Mangrove Songgong dan Bukit Merese. Ketiga jalur direkomendasikan bagi masing-masing kategori pengamat, diantaranya jalur Mangrove Novotel direkomendasikan bagi pengamat pemula, menengah dan lanjut, Mangrove Songgong serta Bukit Merese direkomendasikan bagi pengamat lanjut. Responden kategori pengamat dan non pengamat didominasi oleh laki-laki usia 19-59 tahun, tingkat pendidikan S1, latar belakang pekerjaan pegawai swasta dengan nominal pendapatan Rp.1.000.000,00-Rp.3.000.000,00, tertarik untuk mengamati burung dan hanya pada responden kategori pengamat yang diantaranya tergabung kelompok pengamat burung (40%). Responden kategori pengamat memiliki minat terhadap jenis burung yang memiliki keunikan morfologi, suara dan jenis burung langka, media interpretasi berupa papan objek interpretasi serta jumlah orang 2-3/kelompok. Responden non berpengalaman memiliki minat terhadap jenis burung kicau, besar dan warna bulu cerah, teknik interpretasi langsung menggunakan pemandu serta jumlah orang 4-5/kelompok. Kedua kelompok pengunjung memiliki minat yang sama terhadap cara mengamati di habitat alami burung, informasi terkait jenis-jenis burung, lama waktu pengamatan kurang dari 3 jam, aktivitas tambahan untuk menikmati keindahan panorama dan harga program tidak lebih dari Rp.500.000,00. Program interpretasi avitourism yang dirancang berjumlah lima berdasarkan potensi masing-masing jalur interpretasi, diantaranya jalur Mangrove Novotel memiliki tiga program yaitu program untuk pengamat pemula, program untuk pengamat menengah dan program untuk pengamat lanjut. Jalur Mangrove Songgong dan Bukit Merese memiliki program untuk pengamat lanjut.
dc.description.sponsorship
dc.language.isoid
dc.publisherIPB Universityid
dc.titlePerencanaan Interpretasi Avitourism Di Kawasan Ekonomi Khusus Mandalika Nusa Tenggara Baratid
dc.title.alternative
dc.typeTesis
dc.subject.keywordPengunjungid
dc.subject.keywordAvitourismid
dc.subject.keywordKEK Mandalikaid
dc.subject.keywordpelestarian burungid
dc.subject.keywordprogram interpretasiid
Appears in Collections:MT - Multidiciplinary Program

Files in This Item:
File Description SizeFormat 
cover_P0502222057_a5c76f816d4942edb7faae0e9ae80c2e.pdfCover315.1 kBAdobe PDFView/Open
fulltext_P0502222057_0a93c069503641c4a020bc27e32b3945.pdf
  Restricted Access
Fulltext2.73 MBAdobe PDFView/Open


Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.