Penerapan Metode Seismik Refleksi Multichannel Untuk Mengkaji Stratifikasi Temperatur Di Perairan Waipoga Papua

Abstract

Penggunaan refleksi seismik untuk mengukur suhu kolom air belum banyak diperhatikan karena sering dianggap sebagai gangguan yang tidak diinginkan (noise). Namun, beberapa penelitian menunjukkan bahwa refleksi di dalam kolom air menyimpan data yang berarti, termasuk informasi kuantitatif seperti suhu dan salinitas yang dapat diperoleh melalui inversi data seismik. Inversi data seismik dapat dilakukan karena refleksi kolom air muncul akibat adanya perbedaan impedansi akustik antara lapisan-lapisan, yang dipengaruhi oleh variasi kecepatan suara dan densitas, yang pada gilirannya dipengaruhi oleh suhu dan salinitas. Metode ini melibatkan pengukuran suhu, salinitas, kedalaman air, serta data seismik 2D. Penelitian ini bertujuan menganalisis stratifikasi vertikal penampang melintang (cross section) hasil inversi di perairan Waipoga, Papua menggunakan data seismik dan data Conductivity Temperature Depth (CTD). Data seismik memiliki lintasan sepanjang 58 kilometer, dengan 120 receiver channels, digunakan untuk menganalisis kolom air Waipoga di Papua. Data CTD diperoleh dari empat lokasi stasiun yang tersebar di sepanjang jalur seismik. Akurasi metode inversi akustik berkisar antara 0,03 hingga 0,1? untuk suhu dan antara 0,01 hingga 0,1 psu untuk salinitas. Pengukuran seismik yang diperoleh langsung di lapangan dan data seismik sintetis menggunakan data CTD mempunyai korelasi 0,03.

The use of seismic reflection to measure water column temperature has not received much attention because it is often considered an unwanted signal. However, some studies indicate that reflections within the water column contain significant data, including quantitative information such as temperature and salinity, which can be obtained through seismic data inversion. Seismic data inversion is possible because water column reflections occur due to differences in acoustic impedance between layers, which are influenced by variations in sound speed and density, which in turn are affected by temperature and salinity. This method involves measuring temperature, salinity, water depth, and 2D seismic data. This study aimed to analyze the vertical stratification of cross-sections from inversion results in Waipoga Waters, Papua, using seismic data and Conductivity Temperature Depth (CTD) data. The seismic data, collected along a 58-kilometer track with 120 receiver channels, is used to analyze the Waipoga water column in Papua. CTD data is obtained from four station locations distributed along the seismic track. The accuracy of the inversion method ranges from 0,03 to 0,10°C for temperature and from 0,01 to 0,10 psu for salinity. The correlation between seismic measurements obtained directly in the field and synthetic seismic data using CTD data is satisfactory, around 0,03.