Konsentrasi Logam Berat dalam Sedimen di Jalur Arus Lintas Indonesia

Abstract

Sistem Arus Lintas Indonesia (Arlindo) berperan sebagai media distribusi sedimen dan polutan di perairan Indonesia karena menjadi jalur transportasi utama yang menghubungkan Samudra Pasifik dan Samudra Hindia. Sedimen laut berfungsi sebagai indikator akumulasi logam berat yang bersifat toksik, persisten, dan dapat terakumulasi dalam rantai makanan. Informasi terkait kandungan dan tingkat kontaminasi logam berat dalam sedimen di wilayah jalur Arlindo masih terbatas. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan konsentrasi logam berat (Pb, Ni, Fe, dan Cu) dalam sedimen serta mengevaluasi tingkat kontaminasi logam berat dalam sedimen di jalur Arlindo. Sampel diambil pada lima stasiun pengamatan, mencakup Selat Makassar, Selat Obi, Laut Sawu, dan Laut Halmahera. Pola arus di keempat lokasi pengamatan dipengaruhi oleh Arlindo dan angin muson. Hasil menunjukkan akumulasi konsentrasi tertinggi logam berat dalam sedimen secara berurutan adalah Fe>Ni>Cu>Pb dengan rentang nilai 18.654–37.302 mg/kg, 29,89–1.426 mg/kg, 13,07–23,76 mg/kg, dan <0,0009–18,65 mg/kg. Logam Pb, Cu, dan Fe memiliki konsentrasi tertinggi pada jalur utama Arlindo, sedangkan Ni tertinggi pada jalur sekunder. Berdasarkan Igeo, EF, CF, dan PLI, sedimen pada lokasi menunjukkan kategori tidak tercemar hingga tercemar sedang. Sumber alami mendominasi masukkan logam berat dalam sedimen daripada antropogenik.

The Indonesian Throughflow (ITF) acts as a conduit for the distribution of sediment and pollutant in Indonesian waters because it is the main transportation route connecting the Pacific Ocean and the Indian Ocean. Marine sediment is an indicator of heavy metal accumulation which are toxic, persistent, and can bioaccumulate in the food chain. However, information on the concentration and contamination levels of heavy metal in sediment along the ITF pathway remains limited. This study aims to describe the concentration of Pb, Ni, Fe, and Cu in sediment and evaluate the level of heavy metal contamination in the ITF pathway. Samples were collected at five stations, Makassar Strait, Obi Strait, Sawu Sea, and Halmahera Sea. Current patterns at these four locations are influenced by the ITF and monsoon winds. The results show that the highest accumulated concentrations of heavy metals in sediments in ITF were Fe>Ni>Cu>Pb with concentration ranges of 18.654–37.302 mg/kg, 29,89–1.426 mg/kg, 13,07–23,76 mg/kg, and <0,0009–18,65 mg/kg. Pb, Cu, and Fe showed the highest levels along the main ITF route, while Ni is highest along the secondary route. Based on the assessment of Igeo, EF, CF, and PLI, sediment is classified as unpolluted to moderately polluted. Natural processes dominate the input of heavy metals into sediments rather than anthropogenic sources