Please use this identifier to cite or link to this item:
http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/166131| Title: | Ekologi Burung Cendrawasih Merah (Paradisaea rubra, Daudin 1800) di Kepulauan Raja Ampat |
| Other Titles: | Ecology of Red Bird of Paradise (Paradisaea Rubra, Daudin 1800) in Raja Ampat |
| Authors: | Hernowo, Jarwadi Budi Setiawan, Yudi Budhiana, Rhama |
| Issue Date: | 2025 |
| Publisher: | IPB University |
| Abstract: | Paradisaea rubra (Daudin 1800) atau cendrawasih merah adalah jenis burung yang telah menjadi suvenir populer di dunia sejak tahun 1500-an (Beehler dan Laman 2020). Cendrawasih merah Pulau Waigeo dan Pulau Batanta, memiliki hubungan keunikan dan masih menjadi misteri terkait penyebarannya yang dipengaruhi oleh lingkungannya. Penelitian terkait ekologi cendrawasih merah masih sangat minim dilakukan. Tidak banyak informasi mendalam terkait hubungan perilaku dengan lingkungannya seperti bagaimana burung ini dalam memilih kebutuhan lek nya. Cendrawasih merah menggunakan hutan dataran rendah perbukitan sebagai habitat utamanya (pakan, berlindung, kawin) dengan rentang ketinggian 63-310 mdpl. Tidak semua pohon digunakan sebagai lek (Raunsay 2020). Pada cendrawasih merah, lek merupakan area spesifik pada pohon yang digunakan oleh jantan dalam proses perkawinan untuk menarik betina melalui tarian yang menampilkan bulu-bulu indah dengan gerakan-gerakan yang khas (Frith 1976; Bradbury et al. 1981; Beehler 1987; Bradbury dan Vehrencamp 2013). Berdasarkan penelitian ini, faktor yang paling mempengaruhi pemilihan tempat untuk lek adalah ketinggian, kelerengan, dan tutupan tajuk. Cendrawasih merah lebih suka menggunakan pohon tertinggi di hutan atau pohon di tepi lereng di puncak bukit. Ketinggian dan lokasi spesifik tersebut meningkatkan sinyal suara saat memanggil untuk menarik perhatian betina. Indeks tutupan kanopi menunjukkan berkisar antara 38,93% - 69,19%, dengan posisi pohon terletak pada puncak bukit. Pohon lek memiliki tipe arsitektur leeuwenburg, roux, dan rouh, yang memiliki sistem percabangan yang mendukung gerakan tarian. Jenis pohon pakan yang teridentifikasi disekitar pohon lek merupakan sumberdaya penting yang dibutuhkan dalam mempertahankan pohon lek. Di Kampung Warkesi, Saporkren dan Wailebet, diketahui populasi tertinggi terdapat di Wailebet dengan 21 individu. Sepanjang pengamatan diketahui struktur populasi cendrawasih merah dapat dibedakan menjadi muda (juvenile), dewasa muda (sub-adult), dan dewasa (adult). Nisbah kelamin jantan dan betina cendrawasih merah dari seluruh lokasi pengamatan adalah 2,3:1. Strategi untuk memastikan terpilih oleh betina, jantan perlu mengetahui dengan pasti lokasi yang dapat membantu mengoptimalkan pensinyalan. Pohon yang memiliki faktor ketinggian (tempat dan tinggi pohon), tajuk yang sedikit terbuka, dan dipengaruhi aspek kelerengan, kemungkinan akan lebih disukai oleh cendrawasih merah sebagai lek. Pendekatan kesesuaian habitat dilakukan untuk mengidentifikasi lokasi dengan kriteria diatas di Pulau Waigeo dan Batanta. Berdasarkan pendekatan tersebut, lokasi dengan kesesuaian yang tinggi di pulau Waigeo hanya 13% (40.462 ha), dan 10% (4.186 ha) di pulau Batanta. Hal ini menegaskan pentingnya penelitian lanjutan terkait ekologi cendrawasih merah untuk perencanaan aksi konservasi yang lebih efektif sebagai upaya mempertahankan keberadaannya. |
| URI: | http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/166131 |
| Appears in Collections: | MT - Forestry |
Files in This Item:
| File | Description | Size | Format | |
|---|---|---|---|---|
| cover_E3501221002_ae44c23a2fbc4fbd9a50281ac7794d09.pdf | Cover | 800.81 kB | Adobe PDF | View/Open |
| fulltext_E3501221002_78222aea76024cec85b6e9d92daafe8c.pdf Restricted Access | Fulltext | 3.66 MB | Adobe PDF | View/Open |
| lampiran_E3501221002_bd4d8534ca114e378b36bc05618b08aa.pdf Restricted Access | Lampiran | 809.02 kB | Adobe PDF | View/Open |
Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.