Please use this identifier to cite or link to this item: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/165827
Full metadata record
DC FieldValueLanguage
dc.contributor.advisorKinseng, Rilus A-
dc.contributor.advisorMuljono, Pudji-
dc.contributor.authorViktor, Yulianus-
dc.date.accessioned2025-07-25T07:56:12Z-
dc.date.available2025-07-25T07:56:12Z-
dc.date.issued2024-
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/165827-
dc.description.abstractMenurut Badan Pusat Statistik (BPS), kemiskinan merupakan masalah besar yang dihadapi negara sedang berkembang, termasuk Indonesia. Hal ini Berlihat dari jumlah penduduk miskin di Indonesia yang masih cukup tinggi. Menurut data BPS, pada tahun 2023. jumlah penduduk miskin di Indonesia mencapai 25,90 juta jiwa. Faktor-faktor yang mempengaruhi kemiskinan berkaitan dengan karakteristik individu seperti usia, pendidikan, jenis pekerjaan, dan jenis kelamin. Pandangan gereja tentang kemiskinan itu tidak tunggal, tetapi bervariasi. teologi kemakmuran/teologi sukses menekankan bahwa hidup berkelimpahan secara materi, sehat, dan sukses itu merupakan tanda diberkati Tuhan. Teologi kemakmuran mengatakan bahwa kemiskinan merupakan kutuk dan merupakan tanda bahwa orang yang miskin itu kurang beriman. Pandangan teologi kemakmuran tentu berbeda dengan teologi pembebasan dan teologi yang umum dianut oleh gereja-gereja. Teologi pembebasan atau teologi umum tidak mengukur berkat dari Tuhan melalui kemakmuran materi. Menurut teologi pembebasan, kemiskinan adalah masalah struktural dan politik. Oleh karena itu, teologi pembebasan berusaha untuk memerdekakan individu miskin dan terpinggirkan, yaitu dengan melepaskan mereka dari eksploitasi dan tekanan politik. Gereja secara umum, seperti gereja utama (gereja mainstream), memandang kemiskinan bukanlah kutukan, melainkan akibat dari masalah struktural, politik, dan diskriminasi. Banyak cara yang dilakukan supaya angka kemiskinan terus mengalami penurunan. Dibutuhkan peran berbagai pihak dalam upaya pengentasan kemiskinan, salah satunya adalah gereja. Kemiskinan juga menjadi ranah dimana gereja berkiprah untuk mewujudkan kemakmuran, yaitu dengan berperan dalam membangun dan meningkatkan perekonomian di masyarakat. Namun, realitanya masih banyak gereja yang belum berperan dalam pengentasan kemiskinan. Gereja dapat berperan dalam proses pengentasan kemiskinan warganya antara lain dengan menyampaikan pengajaran yang mendorong tumbuhnya etos kerja yang baik pada warganya. Warga gereja seharusnya memiliki etos kerja yang baik. Apabila warga gereja memiliki etos kerja Kristen yang baik, maka etos kerja tersebut dapat memberikan pengaruh yang positif terhadap kinerja. Namun dalam kenyataannya belum semua warga gereja memiliki etos kerja yang baik. Tujuan penelitian ini adalah, pertama menganalisis pengaruh tingkat religiusitas, etos kerja, usia, pendidikan, pekerjaan dan jenis kelamin terhadap Mingkat kemiskinan. Tujuan penelitian yang kedua adalah menganalisis pandangan gereja-gereja di Cianjur tentang kemiskinan dan perannya dalam pengentasan kemiskinan. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode campuran (mixed methods) yang menggabungkan penelitian kuantitatif dan kualitatif. Waktu pelaksanaan penelitian lapangan berlangsung selama 3 bulan, mulai dari bulan Januari hingga Maret tahun 2023, dengan lokasi penelitian di Desa Sindangjaya dan Desa Kertajaya, Kecamatan Ciranjang, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Dalam penelitian ini, gereja dipilih secara sengaja (purposive) 5 denominasi gereja. Populasi penelitian terdiri dari anggota gereja yang berusia 20-60 tahun dari kelima gereja yang telah dipilih. Jumlah keseluruhan populasi dari 5 gereja yang menjadi subjek penelitian adalah sebanyak 843 orang. Dalam penelitian ini. Gitetapkan sebanyak 100 sampel responden dari total 843 orang tersebut. Proses penentuan dan penghitungan jumlah sampel dari setiap gereja dilakukan secara proporsional dan dipilih secara acak. Metode pengolahan data kuantitatif dilakukan dengan menggunakan program SPSS Versi 20. Analisis data kualitatif dilakukan dengan model interaktif yang meliputi kondensasi data (data condensation), penyajian data (data display), dan penarikan kesimpulan (conclusions drawing). Data kuantitatif dianalisis dengan melakukan uji statistik regresi logistik (binary logistic). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa berdasarkan standar BPS, maka ada 18 responden (18 persen) yang masuk kategori miskin dan sebanyak 82 responden (82 persen) masuk kategori tidak miskin. Sebagian besar responden memiliki tingkat religiusitas yang tinggi (72 persen) dan responden yang memiliki tingkat religiusitas yang rendah (28 persen). Sebagian besar responden memiliki tingkat etos kerja yang tinggi (71 persen) dan responden yang memiliki tingkat etos kerja yang rendah (29 persen). Variabel independen yang berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat kemiskinan ada tiga yaitu religiusitas, usia, dan pekerjaan. Variabel indpenden yang tidak signifikan yaitu etos kerja, pendidikan, dan jenis kelamin. Kelima gereja memiliki pandangan yang beragam mengenai kemiskinan. Beberapa gereja menekankan faktor-faktor ekonomi dan sosial. sebagai penyebab kemiskinan, sementara yang lain menghubungkannya dengan aspek spiritual dan teologi. Beberapa gereja memiliki program-program yang aktif dalam upaya pengentasan kemiskinan. Namun, ada juga beberapa gereja yang belüm memiliki program khusus untuk tujuan pengentasan kemiskinan. Mengingat hasil penelitian yang menunjukkan bahwa tiga variabel independen, yaitu religiusitas, usia, dan pekerjaan, memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tingkat kemiskinan, disarankan pihak terkait, termasuk gereja-gereja, untuk fokus pada penguatan aspek-aspek ini dalam upaya mengurangi kermiskinan. Selain itu, penting untuk diakui bahwa pandangan beragam antara gereja-gereja mengenai kemiskinan, oleh karena itu, kolaborasi dan dialog antar gereja dapat menjadi langkah yang produktif dalam merancang program-program pengentasan kemiskinan yang lebih efektif dan relevan dengan konteks sosial dan teologis masing-masing gereja. Gereja-gereja yang telah aktif dalam upaya pengentasan kemiskinan dapat berfungsi sebagai model yang dapat diikuti oleh gereja lain yang masih belum memiliki program khusus untuk tujuan tersebut. Untuk mengurangi kemiskinan dengan lebih efektif, penting bagi gereja-gereja dan pihak terkait untuk menggali lebih dalam variabel-variabel yang berpengaruh dan berkolaborasi dalam mengembangkan program-program yang tepat sasaran.id
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB Universityid
dc.titlePeran Gereja dalam Pengentasan Kemiskinan (Kasus di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat)id
dc.typeThesisid
dc.subject.keyworddesaid
dc.subject.keywordetos kerjaid
dc.subject.keywordgerejaid
dc.subject.keywordkemiskinanid
dc.subject.keywordreligiusitasid
Appears in Collections:MT - Human Ecology

Files in This Item:
File Description SizeFormat 
2024yvi.pdf
  Restricted Access
Fulltext30.26 MBAdobe PDFView/Open


Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.