Studi Morfofungsi Skeleton Kaki Depan Orangutan Kalimantan (Pongo pygmaeus)

Abstract

The skeletal characteristics of the bornean orangutan (P. pygmaeus), one of the great apes that lives arboreal in the tropical rainforests of Southeast Asia, have not been widely reported. This information is important for studying orangutan behavior in supporting conservation efforts. This study aims to analyze the anatomical features of the forelimb skeleton of bornean orangutan to understand how the adaptations support their arboreal and locomotion behaviors, especially in climbing and brachiation. Comparative morphological analysis was conducted using skeletal specimens of bornean orangutans and several other primate species to identify structural adaptations that are typical of arboreal movement. The results showed that orangutans have distinctive characteristics in their forelimbs, such as long bones, flexible joints, strong muscle attachment areas, allowing a wide range of motion to support the ability to explore complex forest canopies. These adaptations not only support the typical arboreal locomotion style, but also contribute significantly to conservation efforts for this endangered species.

Karakteristik kerangka orangutan kalimantan (P. pygmaeus), salah satu kera besar yang hidup secara arboreal di hutan hujan tropis Asia Tenggara, belum banyak dilaporkan. Informasi tersebut penting untuk mempelajari perilaku orangutan dalam mendukung upaya konservasi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan morfologi kerangka kaki depan orangutan kalimantan yang mendukung perilaku lokomosi arboreal, khususnya dalam aktivitas memanjat dan bergerak di antara ranting pohon. Analisis morfologi komparatif dilakukan dengan menggunakan spesimen kerangka orangutan kalimantan dan beberapa spesies primata lainnya guna mengidentifikasi adaptasi struktural yang khas terhadap pergerakan arboreal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa orangutan memiliki ciri khas pada kaki depannya, seperti tulang yang panjang, sendi yang fleksibel, area perlekatan otot yang kuat, sehingga memungkinkan rentang gerak yang luas untuk mendukung kemampuan dalam menjelajahi tajuk hutan yang kompleks. Adaptasi ini tidak hanya mendukung gaya lokomosi arboreal yang khas, tetapi juga berkontribusi penting dalam upaya konservasi spesies yang terancam punah ini.