Please use this identifier to cite or link to this item: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/165567
Title: Keragaman Konsumsi Pangan Pada Keluarga Inti Dan Keluarga Luas Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya (Studi Kasus Di Kelurahan Kebon Kalapa, Kecamatan Bogor Barat, Kotamadya Bogor, Provinsi Jawa Barat)
Authors: Hartoyo
Husaini, Mahdin Anwar
Mursalim
Issue Date: 1993
Publisher: IPB University
Abstract: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara tingkat pendidikan formal, tingkat pengetahuan gizi ibu rumahtangga, tingkat pendapatan, dan besar keluarga dengan keragaman konsumsi pangan pada keluarga inti dan keluarga luas. Penelitian dilakukan dari bulan Agustus sampai Okto-ber 1992, dengan unit analisa (sampel) adalah keluarga. Pengambilan sampel dilakukan secara acak dari populasi terpilih pada keluarga inti maupun keluarga luas dengan jumlah masing-masing sebanyak 30 keluarga. Data primer yang meliputi Tingkat pendidikan formal, tingkat pengetahuan gizi ibu rumahtangga, tingkat penda-patan, dan besar keluarga dikumpulkan berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan langsung menggunakan daftar per-tanyaan. Recall dilakukan selama 4 hari berturut-turut pada setiap keluarga untuk mengetahui keragaman pangan da-lam konsumsi keluarga. Sedangkan data monografi kelurahan diperoleh dari pemerintahan setempat dengan wawancara dan pengamatan. Data yang terkumpul dianalisa secara deskriptif. Un-tuk melihat hubungan tingkat pendidikan formal, tingkat pengetahuan gizi, tingkat pendapatan, dan besar keluarga terhadap keragaman pangan dalam konsumsi keluarga, diguna-kan metode uji Korelasi Spearman. Untuk mengetahui perbe-daan keragaman konsumsi pangan antara keluarga inti dan keluarga Luas, dilakukan uji Khi Khuadrat, sedangkan un-tuk mengetahui perbedaan 4 variabel yang diteliti diguna-kan uji Beda Dua Nilai Tengah. Konsumsi pangan masyarakat di perkotaan, umumnya ti-dak dipengaruhi oleh musim, karena pangan yang tersedia dalam keluarga diperoleh dengan cara membeli. Sehingga terbentuknya ragam jenis pangan dalam konsumsi keluarga diduga lebih disebabkan oleh pengaruh sosial ekonomi se-perti tingkat pendidikan formal, tingkat pengetahuan gizi ibu rumahtangga, tingkat pendapatan dan besar keluarga. Keragaman konsumsi pangan diukur berdasarkan Beda Je-nis Konsumsi (BJK). Pada keluarga inti, rata-rata ragam jenis pangan dalam konsumsi keluarga berada pada kisaran 7-8 BJK. Kera-9 BJK, sedangkan pada keluarga luas 7 gaman konsumsi pangan tersebut berdasarkan uji Khi Khua-drat menunjukkan perbedaan yang tidak nyata. Tingkat pendidikan formal ibu rumahtangga yang diukur dengan lamanya (tahun) belajar pada keluarga inti dan ke-luarga luas menunjukkan perbedaan yang tidak nyata. Nilai rata-rata tingkat pengetahuan gizi ibu rumahtangga untuk keluarga inti adalah 69,13, sedangkan untuk keluarga luas sebesar 67,30. Uji Beda Nilai Tengah untuk tingkat penge-tahuan gizi di kedua kelomok keluarga tersebut menunjukkan perbedaan yang tidak nyata. Berdasarkan analisa statistik dengan uji Korelasi Spearman yang dilakukan terhadap 60 keluarga, ternyata tingkat pendidikan formal dan tingkat pengetahuan gizi mempengaruhi keragaman pangan dalam konsumsi keluarga. Ke-cenderungan peningkatan ragam jenis konsumsi pangan terse-but seiring dengan tingkat pendidikan dan tingkat penge-tahuan gizi yang semakin tinggi. Besar keluarga diukur dengan jumlah anggota (banyak-nya orang) dan unit konsumen (diukur berdasarkan kebutuhan energi orang dewasa laki-laki berumur 20 sampai 59 tahun). Besar keluarga rata-rata untuk semua keluarga sampel ada-lah 6 orang atau setara dengan 4,33 unit konsumen (72,17 % dari jumlah anggota yang merupakan anggota keluarga dewa-sa). Pada keluarga inti, yang rata-rata besar keluarganya adalah 5 orang atau setara dengan 3,49 unit konsumen (69,80%), menunjukkan perbedaan yang nyata dibanding-kan dengan keluarga luas yang memiliki rata-rata besar keluarga 7 orang atau setara dengan 5,18 unit konsumen (74,00%). Rata-rata tingkat pendapatan absolut keluarga per bulan dari seluruh keluarga adalah Rp 265.837, sedangkan tingkat pendapatan per kapita sebesar Rp 47.707 dan ting-kat pendapatan per unit konsumen Rp 65.944. Untuk keluarga inti, rata-rata tingkat pendapatan absolut keluarga adalah Rp 288.182 dan keluarga luas Rp 243.492. Menurut uji Beda Dua Nilai Tengah, tingkat pendapatan tersebut menunjukkan perbedaan yang nyata. Sedangkan menurut tingkat pendapatan per kapita adalah Rp 50.044 dan per unit konsumen adalah Rp 70.841 untuk keluarga inti, menunjukkan perbedaan yang tidak nyata dibandingkan dengan rata-rata tingkat penda-patan keluarga luas, yaitu per kapita Rp 45.371 dan per unit konsumen Rp 61.048. Tingkat pendapatan tersebut berdasarkan analisa dari seluruh keluarga maupun menurut keluarga inti dan keluarga luas menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap keragaman pangan dalam konsumsi keluarga. Semakin tinggi tingkat pendapatannya, baik tingkat pendapatan per kapita maupun per unit konsumen, maka akan semakin beragam pangan yang dikonsumsi keluarga. Berdasarkan hasil analisa tersebut, maka upaya yang perlu dilakukan agar konsumsi pangan keluarga lebih bera-gam adalah selain meningkatkan kemampuan daya beli terha-dap pangan, juga penyebarluasan informasi gizi melalui berbagai media secara kontinyu untuk peningkatan pengeta-huan gizi.
URI: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/165567
Appears in Collections:UT - Family and Consumer Sciences

Files in This Item:
File Description SizeFormat 
A93mur.pdf
  Restricted Access
Fulltext39.97 MBAdobe PDFView/Open


Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.