Please use this identifier to cite or link to this item: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/165538
Title: Pemberdayaan Komunitas Petani Melalui Program Kemitraan Agribisnis Paprika (Studi Kasus Kampung Pasirlangu, Desa Pasirlangu, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung, Propinsi Jawa barat)
Authors: Sumarti, Titik
Widianto
Issue Date: 2008
Publisher: IPB University
Abstract: Proses pekembangan agribisnis di Indonesia ditempuh dengan tiga tahapan. Tiga tahapan tersebut adalah agribisnis berbasis sumberdaya, agribisnis berbasis investasi, dan agribisnis berbasis inoyasi. Bila ditinjau dari sudut sosiologi, proses tiga tahapan tersebut cenderung mendukung petani kaya dan menyingkirkan petani miskin. Proses perkembangan agribisnis ini masih dipengaruhi oleh pendekatan pertumbuhan ekonomi. Menurut Pranadji, pendekatan pertumbuhan ekonomi tersebut terbukti sudah tidak relevan lagi untuk mengetahui tingkat kesejahteraan masyarakat. Pembuktian gagalnya pendekatan pertumbuhan ekonomi ini dapat dilihat dari sebuah contoh kasus di Aceh. Menurut Pranadji, di Kabupaten Aceh Besar di suatu kecamatan, gambaran penduduknya mengalami kemiskinan yang gawat justru pada wilayah kecamatan yang tingkat pendapatan rata-rata perkapitanya paling tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa pembangunan tersebut telah mengakibatkan adanya kesenjangan antara lapisan masyarakat, karena pembangunan hanya dirasakan segelintir orang saja. Perspektif pertumbuhan ekonomi yang meninggalkan permasalahan kesenjangan, ketidakadilan, dan ketidakmerataan dalam pembagian manfaat, menyebabkan berkembangnya berbagai alternatif pandangan, diantaranya people-centered development. People-centered development merupakan paradigma yang menitikberatkan pada pemberdayaan masyarakat. Pemberdayan masyarakat ini dapat dijadikan pendekatan dalam proses perkembangan agribisnis, sehingga proses perkembangan agribisnis dengan tiga tahap tersebut dapat lebih memihak pada petani kecil. Pembangunan pertanian salah satu tujuannya adalah untuk pemerataan hasil pembangunan. Pembangunan pertanian saat ini berusaha dicapai melalui perkembangan agribisnis. Saat ini, telah banyak program pengembangan agribisnis yang bertujuan untuk memberdayakan petani tetapi kurang berhasil, contohnya adalah program KUAT (Kelompok Usaha Agribisnis Terpadu) dan corporate farming, yang terbukti belum mampu mengatasi permasalahan di tingkat petani. Ketidakberhasilan program-program tersebut terjadi karena dalam penerapannya program tersebut masih bersifat top-down serta partisipasi dan kreativitas individu petani masih kurang optimal akibat adanya konsolidasi manajemen. Oleh karena itu, peneliti ingin mencoba mengkaji secara lebih jauh mengenai bentuk kemitraan yang telah terjalin antara petani dengan perusahaan swasta. Peneliti ingin mengetahui apakah bentuk kemitraan yang terjalin tersebut merupakan jalan keluar dalam usaha pemberdayaan masyarakat. Penelitian ini dilakukan di Kampung Pasirlangu, Desa Pasirlangu, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung, Propinsi Jawa Barat. Komunitas petani kampung Pasirlangu telah mengadakan suatu pola kemitraan dengan PT. Joro dan Saung Mirwan. Bentuk kemitraan tersebut diwadahi oleh suatu lembaga yang bernama Bina Tani Mandiri. Bina Tani Mandiri dibentuk untuk memberikan tempat bagi petani untuk menyelesaikan permasalahan, baik mengenai input, bimbingan teknis ataupun pemasaran. Langkah pengembangan kemitraan yang dilakukan oleh Bina Tani Mandiri merupakan pendekatan direktif. Pendampingan yang dilakukan oleh konselor dari Bina Tani Mandiri hanya sebagai bimbinga teknis, jadi pola komunikasi yang berjalan adalah komunikasi satu arah, yaitu bila warga memiliki permasalahan, maka pembimbinglah yang berhak memberikan keputusan, tanpa menghiraukan pengalaman, ketrampilan dan pengetahuan mereka sebagai petani. Sistem kemitraan yang dijalankan tersebut membuat kemitraan yang dijalankan mremiliki interaksi yang negatif. Interaksi yang negatif tersebut merupakan keadaan dimana para petani saling berpencar dan menghindari berhubungan dengan perusahaan mitra. Keadaan ini, membuat para petani berusaha mencari alternatif lain untuk pemecahan masalah mereka, baik mengenai modal, pemasaran, maupun teknik budidaya. Melemahnya pengaruh Bina Tani Mandiri ini juga disebabkan oleh terdapatnya pesaing mereka, antara lain PT. East West dan Toko Buana Tani. Selain itu juga saat ini telah banyak inovasi dari dalam komunitas lokal yang dapat membuat mereka terlepas dari pihak luar. Contoh inovasi tersebut antara lain ramuan nutrisi yang lebih murah yang diciptakan oleh Bapak sutardi. Kegagalan Bina Tani Mandiri tersebut dalam memberdayakan para petani dapat dilihat dari dua komponen dalam pemberdayaan, yaitu partisipasi dan kemandirian. Dalam proses pengembangan kemitraan tersebut sudah dapat dilihat bahwa Bina Tani Mandiri gagal memenuhi keadaan yang sesuai untuk terciptanya partisipasi. Keadaan tersebut antara lain adalah petani merasa bahwa keberadaan Bina Tani Mandiri sudah tidak penting lagi bagi mereka, para petani merasa keikutsertaan mereka dalam Bina tani Mandiri tidak membawa perubahan, dan Bina Tani Mandiri gagal menciptakan keadaan dimana seseorang dapat berpartisipasi. Bina Tani Mandiri hanya mementingkan para petani yang memiliki potensi modal untuk memulai usaha paprika. Komponen yang lain adalah kemandirian. Bila dilihat dari tingkat kemandirian para warga Pasirlangu memiliki ciri-ciri petani mandiri. Ciri-ciri tersebut adalah para petani sudah memiliki alternatif penghasilan yang dapat digunakan bila pertanian paprika mereka mengalami kegagalan, para petani Kampung Pasirlangu juga telah berhasil menghimpun dana yang digunakan untuk perkembangan pertanian paprika, dan juga para petani Kampung Pasirlangu telah berhasil mengembangkan kelembagaan yang mereka gunakan untuk mendukung usahatani mereka. Tingkat kemandirian yang telah berhasil di capai oleh para petani Kampung Pasirlangu tersebut merupakan buah dari prosesbukanlah hasil dari proses kemitraan. Proses kemitraan hanya memberdayakan masyarakat sampai pada tahap pemberian pengetahuan dan keterampilan. Untuk pengembangan jejaring dan kelembagaan, dicapai oleh warga Pasirlangu melalui berbagai modal dan potensi yang dimiliki, contohnya adalah modal-modal sosial yang telah berhasil memfasilitasi para petani dalam keberlangsungan usahataninya. Dengan potensi-potensi yang dimiliki tersebut warga Pasirlangu sudah tidak lagi tergantung pada pihak luar, dan mereka berhasil meningkatkan posisi tawar mereka terhadap pihak luar.
URI: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/165538
Appears in Collections:UT - Communication and Community Development

Files in This Item:
File Description SizeFormat 
A08wid.pdf
  Restricted Access
Fulltext36.61 MBAdobe PDFView/Open


Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.