Please use this identifier to cite or link to this item: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/165525
Full metadata record
DC FieldValueLanguage
dc.contributor.advisorAgusta, Ivanovich-
dc.contributor.authorUlhak, Dipa-
dc.date.accessioned2025-07-22T01:18:14Z-
dc.date.available2025-07-22T01:18:14Z-
dc.date.issued2008-
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/165525-
dc.description.abstractTujuan penelitian ini adalah, pertama, untuk mengkaji struktur sosial atau pola hubungan eksploitatif pada sistem pertanian bawang merah. Kedua, mengkaji degradasi lingkungan dan krisis ekologi pada sistem pertanian bawang merah. Penelitian ini dilakukan di Desa Larangan, Kecamatan Larangan, Kabupaten Brebes, Provinsi Jawa Tengah dengan metodologi kualitatif. Pegumpulan data dilakukan dengan metode triangulasi data: wawancara mendalam, pengamatan berpartisipasi dan penelusuran dokumen. Eksploitasi adalah sebuah konsepsi yang menunjuk pada adanya individu, kelompok atau kelas yang secara tidak adil atau tidak wajar menarik keuntungan dari kerja orang lain, atau menyebabkan kerugian pada orang lain (Lewis dalam Scott, 1983). Krisis ekologi adalah krisis hubungan antara manusia (petani)-dan kebudayaannya dengan lingkungan hidup tempat mereka berlindung, bermukim, dan mengeksploitasi sumber-sumber alam. Eksploitasi petani dan krisis ekologi sebagai topik penelitian ini menjadikan kondisi geografi dan kondisi sosial ekonomi di Desa Larangan sebagai "panggung" pengkajian. Secara geografis, Desa Larangan yang memiliki lahan subur berupa pesawahan sekitar 97,4 persen dibentuk dari abu vulkanik dan sebagian lagi dari pecahan batu beku memiliki potensi besar dalam pertanian bawang merah. Contohnya, produksi bawang merah Kecamatan Larangan sebanyak 71.893 ton yang diperoleh dari 11 desa pada tahun 2006, sebanyak 17.975 ton diantaranya diperoleh dari Desa Larangan (sumbangan terbesar dibandingkan dengan desa lain). Potensi besar tersebut, ternyata belum menghantarkan penduduknya pada taraf hidup yang lebih baik. Kondisi ini bisa dilihat dari masih adanya warga yang tidak mampu menyekolahkan anak-anaknya karena faktor ekonomi (2,10 persen). Tercatat pula 33,99 persen keluarga di Desa Larangan termasuk keluarga pra sejahtera. Kesenjangan sosial antara petani kaya dan miskin pun terlihat dari kepemilikan lahan, dimana banyak petani Desa Larangan yang tidak memiliki lahan (39,9 persen). Kalaupun memiliki lahan, banyak petani yang berlahan sempit (24,7 persen berlahan 0,10,2 ha dan 18,6 persen berlahan 0,210,50 ha). Makin luas lahan, makin sedikit orang yang memilikinya (0,5 persen yang berlahan lebih besar dari satu ha), mereka itulah orang-orang kaya. Hasil penelitian ini mengungkapkan permasalahan yang menghimpit petani, yaitu, adanya eksploitasi yang mengakibatkan mengalirnya surplus dari petani kepada pemilik lahan, calo, juragan bawang, rentenir dan penjual pestisida. Eksploitasi tersebut dipicu oleh keterbatasan petani dalam mengakses sumberdaya. Masalah lain, krisis ekologi yang dipicu oleh penggunaan pestisida/pupuk anorganik yang melebihi dosis sehingga mengakibatkan resistensi hama dan menurunnya kesuburan lahan. Selajutnya, petani menghadapi tiga resiko yaitu resiko harga jual rendah, resiko gagal panen, dan resiko kesehatanid
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB Universityid
dc.titleEksploitasi Petani dan Krisis Ekologi: Studi Kasus Sistem Pertanian Bawang Merah di Desa Larangan, Kecamatan Larangan, Kabupaten Brebes, Provinsi Jawa Tengah.id
dc.typeUndergraduate Thesisid
Appears in Collections:UT - Communication and Community Development

Files in This Item:
File Description SizeFormat 
A08dul.pdf
  Restricted Access
Fulltext35.43 MBAdobe PDFView/Open


Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.