Please use this identifier to cite or link to this item: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/165473
Title: Analisis Komunikasi Antarbudaya pada Karyawan Bagian Produksi (Kasus pada Karyawan Etnis Sunda di PT. Yasunli Abadi Utama Plastic, Legok Tangerang)
Authors: Agung, Sarwititi S.
Wijayanti
Issue Date: 2006
Publisher: IPB University
Abstract: Keberagaman etnis dalam tenaga kerja yang saat ini tidak bisa dihindari seperti yang terjadi di PT. YAUP merupakan hal yang menarik untuk dikaji. Adanya perbedaan latar belakang etnis budaya tersebut menciptakan tantangan tersendiri dalam berkomunikasi baik dalam tugas maupun dalam hubungan pribadi. Oleh karena itu, penelitian ini dimaksudkan untuk menganalisis bagaimana efektivitas komunikasi antara etnis Sunda dengan etnis lainnya dalam konteks organisasi. Tujuan dari penelitian ini adalah (1) mendeskripsikan efektivitas komunikasi antarbudaya dalam tugas dan pribadi (2) menganalisis faktor-faktor yang dapat mempengaruhi efektivitas komunikasi dalam tugas dan hubungan pribadi. Unit analisis dalam penelitian ini adalah karyawan (individu) yang beretnis Sunda di PT. YAUP. Rancangan penelitian dilakukan dengan survei. Pengambilan sampel dilakukan dengan acak sederhana pada karyawan Etnis Sunda dengan meminta penilaiannya terhadap karyawan beretnis lainnya yaitu Jawa, Batak, Madura dan Nias dalam melakukan komunikasi baik tugas ataupun pribadi. Hasil penelitian menunjukan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas komunikasi Etnis Sunda dengan masing-masing etnis yang ditanyakan, berbeda. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi komunikasi antarbudaya baik dalam tugas maupun pribadi adalah kesamaan karakteristik (jenis kelamin, umur, pendidikan, status dan masa kerja), norma budaya, sosialisasi individu (makna diri, nilai individu dan orientasi pribadi), pengalaman bersama (banyaknya konteks pengalaman, lamanya pengalaman, frekuensi pengalaman), kemiripan budaya, persepsi negatif dan kecocokan untuk tetap berkomunikasi. Komunikasi yang paling efektif terjalin antara karyawan Etnis Sunda dengan Etnis Jawa. Hal ini karena hampir setengah jumlah karyawan PT. YAUP, Legok beretnis Jawa. Namun, dalam bekerja kesempatan untuk berkomunikasi sangat sedikit maka maka dari semua variabel tidak ada satu pun yang berhubungan dengan efektivitas komunikasi antara karyawan Etnis Sunda dengan Etnis Jawa dalam tugas. Kesempatan yang paling memungkinkan untuk saling berkomunikasi dilakukan di luar pabrik. Itu pun masih terkait dengan peraturan perusahaan yang mengatur waktu dan kelompok karyawan mana yang istirahat atau pulang terlebih dahulu dan setelahnya. Jumlah karyawan etnis Jawa yang banyak menyebabkan kesempatan untuk saling berinteraksi atau frekuensi pengalaman berinteraksi lebih tinggi dibandingkan dengan frekuensi interaksi dengan etnis lainnya. Hal inilah yang menyebabkan hanya variabel frekuensi pengalaman berinteraksi dengan etnis Jawa yang berpengaruh terhadap efektivitas komunikasi kedua etnis tersebut. Berbeda dengan efektivitas komunikasi dengan etnis Jawa, terhadap etnis Batak, hanya orientasi pribadi yang mempengaruhi efektivitas komunikasi antara etnis Sunda dan Batak. Hasil pengumpulan data menunjukan bahawa orientasi karyawan etnis Sunda cenderung individualistik. Begitu juga dengan orientasi pribadi karyawan etnis Batak yang dipandang "ceplas-ceplos" tidak mempedulikan orang-orang disekelilingnya, lebih mempedulikan tujuan diri sendiri yaitu bekerja untuk mendapatkan penghasilan. Kesamaan orientasi pribadi tersebutlah yang mempengaruhi efektivitas komunikasi tugas antara karyawan etnis Sunda dengan etnis Batak. Pada komunikasi pribadi, karyawan etnis Sunda merasa agak enggan, namun, dengan adanya kesamaan status dalam bekerja menyebabkan kepercayaan diri karyawan etnis Sunda tumbuh untuk berkomuniasi pribadi dengan etnis Batak. Komunikasi tugas yang terjalin antara Etnis Sunda dengan Etnis Madura dapat dikategorikan cukup efektif. Seperti halnya pada komunikasi tugas yang terjadi dengan etnis Jawa, dengan etnis Madura pun kesempatan untuk berkomunikasi tugas sangat sedikit. Peraturan yang ketat tersebut ditambah dengan jumlah etnis Madura yang tidak banyak yaitu hanya 10 orang, menyebabkan tidak ada satu pun variabel yang mempengaruhi tingkat efektivitas komunikasi tugas antara etnis Sunda dengan etnis Madura. Komunikasi pribadi yang terjalin antara etnis Sunda dengan etnis Madura tidak seefektif komunikasi pribadi antara etnis Jawa dan Batak, tetapi keunggulannya, terdapat lima variabel yang mempengaruhi efektivitas komunikasi pribadi kedua etnis tersebut. Kelima variabel tersebut yaitu (1) makna diri, dimana karyawan Etnis Sunda cenderung memiliki makna diri yang independen yaitu bebas dari pengaruh lingkungan, bekerja keras demi tujuannya, bebas berekspresi dan berbicara langsung. Hal ini membuat karyawan etnis Sunda merasa tidak ada masalah atau tidak mempedulikan Etnis Madura yang dalam penilaian Etnis Sunda kurang dapat beradaptasi, keras kepala, galak "ikon celurit" dan cerewet. (2) Prasangka itulah yang menyebabkan tingkat komunikasi pribadi tidak seefektif komunikasi pribadi dengan etnis Jawa. Selain itu, (3) frekuensi yang tidak terlalu sering dan (4) kemiripan budaya yang sedikit pulalah yang menyebabkan tingkat komunikasi pribadi tidak seefektif dengan etnis Jawa. Tidak pernah adanya masalah pribadi yang ditimbulakan antara karyawan Etnis Sunda dan Etnis Madura menyebabkan (5) tingkat kecocokan untuk berkomunikasi pribadi juga berada pada level dibawah efektivitas komunikasi pribadi dengan etnis Jawa. Pengaturan waktu yang padat, system shift dan rolling serta jumlah Etnis Nias yang sangat sedikit dibandingkan dengan etnis-etnis lainnya membuat hanya sedikit karyawan Etnis Sunda yang mengenal Etnis Nias dan menyebabkan tingkat efektivitas komunikasi baik dalam tugas maupun pribadi menjadi tidak seefektif komuniikasi yang terjadi dengan etnis-etnis lainnya. Akibatnya, tidak ada satu pun variabel yang mempengaruhi efektivitas komunikasi antara karyawan etnis Sunda dengan etnis Nias. Berdasarkan pembahasan tersebut, penelitian ini memiliki kekurangan karena hanya melihat dari sisi komunikan dan komunikatornya saja. Untuk itu, jika ingin melakukan penelitian sebaiknya juga memasukkan variabel organisasi seperti iklim atau budaya organisasi.
URI: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/165473
Appears in Collections:UT - Communication and Community Development

Files in This Item:
File Description SizeFormat 
A06wij.pdf
  Restricted Access
Fulltext28.31 MBAdobe PDFView/Open


Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.