Prevalensi Infeksi Fasciola dan Paramphistomum pada Sapi dari Kabupaten Tanah Datar dan Kabupaten Agam, Sumatra Barat

Abstract

Fasciolosis dan paramphistomosis merupakan penyakit akibat infeksi cacing Fasciola spp. dan Paramphistomum spp. pada sapi yang mengakibatkan penurunan kesehatan dan kerugian ekonomi bagi peternakan sapi. Penelitian ini bertujuan mengukur prevalensi sapi yang terinfeksi Fasciola spp. dan Paramphistomum spp. serta korelasi kasus positif dengan jenis kelamin dan umur sapi di Kabupaten Tanah Datar dan Kabupaten Agam, Sumatra Barat. Identifikasi dan perhitungan jumlah telur dilakukan dengan sedimentasi bertingkat dan pengamatan mikroskopis. Pengukuran telur dilakukan dengan ImageJ. Rata-rata eggs per gram (EPG) Fasciola spp. dan Paramphistomum spp. di Kabupaten Agam sebesar 6,67 dan 24,51 dan di Kabupaten Tanah Datar sebesar 3,33 dan 33,32. Prevalensi trematodosis tertinggi di Kabupaten Agam terjadi akibat koinfeksi, sedangkan di Kabupaten Tanah Datar terjadi akibat paramphistomosis. Uji aligned rank transfrom analysis of variance (ART ANOVA) tidak menunjukkan korelasi antara prevalensi trematodosis dengan jenis kelamin dan kelompok umur. Intervensi penurunan prevalensi trematodosis perlu dilakukan pada kedua daerah studi terutama terkait metode pemberian hijauan pakan ternak dan anthelmintik.

Fasciolosis and paramphistomosis are caused by the parasitic worms Fasciola spp. and Paramphistomum spp. causing a decrease in herd health and financial profit for farms. This study aimed to measure prevalence rates in cattle infected by Fasciola spp. and Paramphistomum spp. along with correlations of positive cases with sex and age of cattle from Tanah Datar and Agam Regencies in West Sumatra province. Eggs were isolated using a serial filtration method, identified and counted from microscopic observations, and measured using ImageJ. Eggs per gram averages for Fasciola spp. and Paramphistomum spp. of 6,67 EPG and 24,51 EPG were found in Agam Regency, and 3,33 EPG and 33,32 EPG in Tanah Datar Regency, respectively. Coinfection was the most prevalent type of infection in Agam Regency, whereas paramphistomosis in Tanah Datar Regency was most prevalent. An ART ANOVA showed no correlation between infection, gender, and age. Feed management of forage and anthelmintic given may be needed to reduce the prevalence of trematodosis in cattle in both areas of study.