Please use this identifier to cite or link to this item: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/165040
Full metadata record
DC FieldValueLanguage
dc.contributor.advisorPriosoeryanto, Bambang Pontjo-
dc.contributor.advisorWientarsih, Ietje-
dc.contributor.advisorRayendra, Raendi-
dc.contributor.authorSebayang, Shalina-
dc.date.accessioned2025-07-15T12:01:41Z-
dc.date.available2025-07-15T12:01:41Z-
dc.date.issued2025-
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/165040-
dc.description.abstractBahan pemutih buatan yang tersedia di pasaran dapat menyebabkan kerusakan pada melanosit, oleh sebab itu, diperlukan bahan pemutih kulit yang aman dan berasal dari alam. Biji alpukat (Persea americana Mill.) sering kali dibuang begitu saja namun memiliki banyak manfaat bagi kesehatan. Skrining fitokimia dari biji alpukat menunjukkan adanya kandungan metabolit sekunder berupa flavonoid, saponin, dan steroid dan memiliki kapasitas antioksidan yang tergolong kuat. Salah satu senyawa dalam biji alpukat adalah katekin yang dapat berfungsi sebagai anti melanogenesis sehingga dapat dimanfaatkan sebagai agen pemutih kulit. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi senyawa aktif, menentukan dosis non toksik, menentukan dosis terbaik yang dapat digunakan untuk menurunkan produksi melanin, dan mengidentifikasi jalur hambat tirosinase di tingkat molekuler dari ekstrak etil asetat biji alpukat (EBA) pada kultur mouse melanoma B16F10 cell-line. Bahan penelitian yang digunakan adalah simplisia biji alpukat yang diperoleh dari Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat (BALITRO) Bogor. Penelitian ini diawali dengan membuat EBA, lalu dilakukan pemeriksaan fitokimia untuk menentukan senyawa yang ada pada EBA, menilai kekuatan antioksidan dengan menggunakan metode 2,2-Diphennyl-1- picrylhydrazyl (DPPH) dan kandungan catechin (CH) diuji dengan pemeriksaan High Performance Liquid Chromatography (HPLC). Uji aktivitas penghambatan tirosinase dan inhibisi biosintesis melanin dengan menggunakan 3-isobutyl-1- methylxanthine (IBMX) sebagai pemicu terbentuknya melanin dilakukan di mouse melanoma B16F10 cell line yang sebelumnya dilakukan uji sitotoksitas terlebih dahulu. Hasil pemeriksaan fitokimia dari EBA terdeteksi adanya flavonoid, saponin, dan steroid, hasil uji DPPH EBA didapatkan nilai ICso 89,47$0,73 ppm, sehingga EBA menunjukkan kapasitas tergolong antioksidan kuat, serta dari pemeriksaan HPLC didapatkan kandungan CH sebanyak 0,09 mg/g. Viabilitas sel tertinggi dari EBA didapatkan pada pemberian dengan dosis 0,75 pm (93,09%) dan viabilitas terendah yaitu pada dosis 50 ppm (50,61%), pada CH viabilitas tertinggi yaitu pada dosis 0,375 ppm (95,58% dan terendah pada dosis 50 ppm (79,88%), sedangkan HQ viabilitas tertinggi yaitu pada dosis 0,375 ppm (89,86%) dan terendah pada dosis 50 pm (42,54%). Konsentrasi maksimum dari EBA untuk mendapatkan viabilitas 50% (ICso) adalah 50,66 pm, CH 73,6 pm, dan HQ 37,22 ppm. Hasil uji aktivitas tirosinase seller dalam menghambat oksidasi L-Dopa menunjukkan bahwa IBMX+EBA 1,5 ppm (44,44%) dan IBMX+EBA 3 ppm (47,15%), IBMX+CH (0,75 ppm (49,32%), 1,5 ppm (46,88%) dan 3 ppm (50,68)) menunjukkan penurunan persentase dopakuin dalam sel yang signifikan jika dibandingkan dengan kelompok sel kontrol yaitu sel yang terpapar IBMX (P < 0,01, P < 0,05). EBA dapat menggantikan HQ karena EBA memiliki pengaruh yang sama dengan HQ terhadap sel yang hanya terpapar oleh IBMX tanpa menimbulkan sitotoksisitas pada sel. Uji aktivitas inhibisi biosintesis melanin oleh bahan uji dengan IBMX didapatkan sel yang terpapar IBMX saja menunjukkan peningkatan indeks melanin yang signifikan dibandingkan dengan sel yang tidak diberikan perlakuan yaitu 156,98%. Pada pemberian IBMX+EBA 1,5 ppm (62,79%), IBMX+CH 0,75 ppm (90,7%), dan IBMX+ CH 3 ppm (101,16%) menginduksi penurunan persentasi melanin yang signifikan dibandingkan dengan sel yang terpapar IBMX saja. Persentasi indeks melanin IBMX+EBA 3 ppm (147,67%) dan IBMX+ CH 1,5 ppm (129,07%) tidak memiliki pengaruh yang berbeda terhadap IBMX. Hasil uji menunjukkan bahwa baik EBA dapat menggantikan HQ (122,09%) karena dari uji anova EBA 1,5 ppm berpengaruh secara signifikan dalam menurunkan persentasi indeks melanin dibanding dengan IBMX yang merupakan pemicu terbentuknya melanin. Pemeriksaan dengan western blot terdeteksi adanya ekspresi TYRP-1 yang membuktikan adanya peran protein tersebut dalam proses melanogenesis di tingkat molekuler. Berdasarkan pengujian in vitro, EBA dapat menggantikan HQ karena mampu menurunkan sintesis melanin melalui penurunan aktivitas enzim tirosinase tanpa memiliki efek sitotoksik pada mouse melanoma B16F10 cell line, sehingga dapat digunakan sebagai alternatif untuk agen depigmentasi yang berasal dari alam.-
dc.description.sponsorshipnull-
dc.language.isoid-
dc.publisherIPB Universityid
dc.titleAktivitas Penghambatan Jalur Tirosinase dari Ekstrak Etil Asetat Biji Alpukat (Persea americana Mill.) pada Mouse Melanoma B16F10 Cell Line Secara In Vitroid
dc.title.alternativenull-
dc.typeDisertasi-
dc.subject.keywordtirosinaseid
dc.subject.keywordviabilitas selid
dc.subject.keywordEkstrak etil asetat biji alpukatid
dc.subject.keywordmouse melanoma B16F10 cell-lineid
Appears in Collections:DT - Veterinary Science

Files in This Item:
File Description SizeFormat 
cover_B3601221003_02cd3af5b8c843f89d360cd8f7298ca7.pdfCover7.26 MBAdobe PDFView/Open
fulltext_B3601221003_2aab7198f50c480a8459945f276b4790.pdf
  Restricted Access
Fulltext10.35 MBAdobe PDFView/Open
lampiran_B3601221003_58ea5e2aa2424ae8939597d0721ee9a2.pdf
  Restricted Access
Lampiran1.07 MBAdobe PDFView/Open


Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.