Efektivitas Bawang Putih Dalam Pencegahan Penyakit Kuning (Jaundice) Pada Ikan Lele (Clarias Sp.)

Abstract

Peningkatan produksi budidaya ikan lele akan kebutuhan pasarnya tidak terlepas dari kendala terkait adanya infeksi penyakit ikan, salah satunya penyakit yang disebabkan oleh bakteri. Serangan penyakit pada ikan budidaya akan berdampak negatif secara ekonomis, salah satu penyakit ikan lele yang dapat merugikan pembudidaya adalah penyakit kuning (jaundice). Jaundice mengakibatkan kematian cukup besar pada suatu populasi. Kelainan pada hati menyebabkan terganggunya proses fungsi ekskresi organ hati yang akan berhubungan dengan biokimia darah berupa bilirubin, sehingga jika terjadi peningkatan konsentrasi bilirubin total yang diakibatkan oleh kebocoran bilirubin dari sel-sel hati akan menyebabkan hiperbilirubinemia. Dampak negatif dari penyakit kuning pada ikan lele tersebut dapat diupayakan melalui penggunaan bahan imunostimulan yang dapat meningkatkan kerja komponen sistem imun atau respons imun non spesifik ikan sebagai pertahanan pertama terhadap terjadinya infeksi, termasuk antibakteri dalam perlindungan kinerja fungsi organ dalam tubuh ikan. Dilaporkan bahwa penggunaan bawang putih bersifat antibakteri yang dapat meningkatkan kelangsungan hidup ikan dan merangsang sistem imun serta fungsi organ yang berhubungan dengan pembentukan sel darah, sehingga harapannya dapat melancarkan kembali proses ekskresi bilirubin di dalam tubuh ikan. Hasil penelitian sebelumnya pada ikan kakap putih, bawang putih terbukti menurunkan kadar bilirubin total dengan memperbaiki fungsi hati dan mengurangi kerusakan jaringan hati yang disebabkan oleh infeksi bakteri. Penelitian ini bertujuan mengevaluasi pemberian ekstrak bawang putih melalui pakan dengan dosis yang berbeda terhadap pencegahan penyakit kuning pada ikan lele (Clarias sp.). Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) yang terdiri dari dua tahap. Tahap pertama adalah uji in vitro yang dilakukan untuk menentukan dosis ekstrak bawang putih yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri yang diduga menjadi penyebab penyakit kuning. Uji in vitro dilakukan dengan enam perlakuan dan tiga ulangan yaitu penambahan media dengan ekstrak bawang 0,0025 g mL-1, 0,005 g mL-1, 0,0075 g mL-1, 0,01 g mL-1, kontrol bakteri Citrobacter freundii, kontrol negatif dengan PBS, dan kontrol positif dengan antibiotik OTC 50 ppm. Tahap kedua adalah uji in vivo yang bertujuan untuk mengevaluasi pengaruh pemberian ekstrak bawang putih melalui pakan terhadap kinerja pertumbuhan, status kesehatan dan respons imun, serta resistansi ikan lele terhadap infeksi kandidat bakteri penyakit kuning. Dosis yang digunakan pada uji in vivo berasal dari hasil uji in vitro dengan ekstrak bawang putih dan dilakukan kenaikan dua kali dari hasil minimum inhibitory concentration (MIC) sehingga dosis in vivo yang digunakan pada penelitian ini adalah 0,5 g/100 g, 1 g/100 g, dan 2 g/100 g, kelompok kontrol positif dan kontrol negatif. Materi uji pada penelitian ini diantaranya adalah ikan lele dari lapang yang sudah terpapar penyakit kuning yang akan diisolasi bakterinya yang diduga menjadi penyebab penyakit kuning yang diperoleh dari pembudidaya di Depok. Ikan lele yang digunakan untuk perlakuan memiliki rata-rata bobot awal 8,93 ± 0,06 g. Uji tantang dilakukan setelah 14 hari pemeliharaan dengan pemberian ekstrak bawang putih. Ikan lele diinjeksi bakteri penyakit kuning C. freundii dengan kepadatan bakteri 106 sebanyak 0,1 mL/ekor secara intramuskular. Parameter uji yang digunakan pada penelitian ini terbagi menjadi tiga yaitu status kesehatan dan respons imun, kinerja produksi, serta kualitas air. Parameter status kesehatan dan respons imun yang diamati yaitu kimia darah (bilirubin), histopatologi, total eritrosit, total leukosit, hemoglobin, hematokrit, aktivitas fagositosis. Parameter pertumbuhan yang dihitung yaitu tingkat kelangsungan hidup (TKH), bobot akhir, laju pertumbuhan harian (LPH), dan rasio konversi pakan (RKP) Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian ekstrak bawang putih mempengaruhi tingkat status kesehatan dan respons imun ikan lele setelah perlakuan selama 14 hari. Ekstrak bawang putih juga menekan aktivitas bilirubin setelah H+7 uji tantang yang menunjukan skor tiap perlakuan pemberian ekstrak bawang putih masih tergolong normal dibandingkan dengan kontrol positif (KP) yang kadar bilirubinnya melebihi batas normal (hiperbilirubinemia). Pengamatan histopatologi pada organ ginjal, hati, dan usus menunjukkan skor kerusakan lebih tinggi pada kontrol positif terkhusus pada organ ginjal dan hati dengan kerusakan ringan, sementara pada semua kelompok ekstraksi bawang putih menunjukkan keadaan normal. Resistensi ikan lele setelah infeksi C. freundii pada semua perlakuan ekstrak bawang putih menunjukkan nilai yang lebih baik dari perlakuan kontrol positif. Ekstrak bawang putih mampu meningkatkan status kesehatan dan respons imun, serta resistansi ikan lele terhadap penyakit kuning infeksi C. freundii dengan dosis paling efektif pada pakan adalah 2 g/100 g ekstrak bawang putih.

Increasing the production of catfish farming for its market needs is inseparable from the constraints related to disease infection, one of which is a disease caused by bacteria. Disease attacks on cultured fish will have an impact on economic losses, one of the catfish diseases that can harm farmers is jaundice. Yellow catfish disease, better known as jaundice, causes considerable mortality in a population. Abnormalities in the liver cause disruption of the excretory function process of the liver organ which will be associated with blood biochemistry in the form of bilirubin, so that if there is an increase in total bilirubin concentration caused by leakage of bilirubin from liver cells, it will cause hyperbilirubinemia. The adverse effects of jaundice in catfish can be sought through the use of immunostimulants that can improve the work of immune system components or non-specific immune responses of fish as the first defense against infection, including antibacterials in the protection of the performance of organ functions in the body of fish. It is reported that the use of garlic is antibacterial which can increase fish survival and stimulate the immune system and organ functions related to blood cell formation, so that the hope is to re-launch the bilirubin excretion process in the fish body. The content of allicin is able to activate non-specific immunity by increasing the expression of cytokine genes, so the addition of garlic extract to the feed will increase the body's defense system. The results of previous research on white snapper, garlic was shown to reduce total bilirubin levels by improving liver function and reducing liver tissue damage caused by bacterial infections. This research aims to evaluate the administration of garlic extract through feed with different doses for the prevention of jaundice in catfish (Clarias sp.). This study was conducted using a completely randomized design (RAL) consisting of two stages. The first stage is an in vitro test conducted to determine the dose of garlic extract that is able to inhibit the growth of bacteria that are suspected to be the cause of jaundice. The in vitro test was conducted with six treatments and three replicates, namely the addition of media with onion extract 0.0025 g mL-1, 0.005 g mL-1, 0.0075 g mL-1, 0.01 g mL-1, control of Citrobacter freundii bacteria, negative control with PBS, and positive control with 50 ppm OTC antibiotics. The second stage was an in vivo test aimed at evaluating the effect of feeding garlic extract on growth performance, health status, and immune response, as well as catfish resistance to infection with candidate bacterial jaundice. The doses used in the in vivo test were derived from the results of the in vitro test with garlic extraction and were increased twice from the minimum inhibitory concentration (MIC) results so that the in vivo doses used in this study were 0.5 g/100 g, 1 g/100 g, and 2 g/100 g, positive control group and negative control. The test material in this study is catfish from the field that has been exposed to jaundice which will be isolated by bacteria which is suspected to be the cause of jaundice obtained from cultivators in Depok. The catfish used for the challenge treatment had an average initial weight of 8.93 ± 0.06 g. The challenge test was conducted after 14 days of rearing by administering garlic extract. Catfish were injected with C. freundii jaundice bacteria with a density of 106 bacteria as much as 0.1 mL/head intramuscularly. The test parameters used in this study are divided into three, namely immune response, production performance and water quality. The immune response parameters observed were blood chemistry (bilirubin), histopathology, total erythrocytes, total leukocytes, hemoglobin, hematocrit, phagocytosis activity. Growth parameters calculated were survival rate (SR), final weight, daily growth rate (LPH), feed conversion ratio (RKP). The results of the study showed that the administration of garlic extract affected the level of health status and immune response of catfish after 14 days of treatment. Garlic extract also suppresses bilirubin activity after a H+7 challenge test which shows that the score of each treatment of garlic extract is still classified as normal compared to the positive control (KP), whose bilirubin levels exceed the normal limit (hyperbilirubinemia). Histopathological observations in the kidney, liver, and intestine organs showed a higher damage score in the positive control, especially in the kidney and liver organs with mild damage, while all garlic extraction groups showed normal conditions. The resistance of catfish after C. freundii infection in all garlic extract treatments showed better values than the positive control. Garlic extract can improve health status and immune response, as well as the resistance of catfish to yellow infection disease C. freundii with the most effective dose in the feed being 2 g/100 g of garlic extract (P3).