Pengaruh Ekstrak Herba Ciplukan (Physalis angulata L.) pada Tikus yang Diinduksi Bleomisin: Gambaran Histopatologi Hati

Abstract

Bleomisin merupakan obat kemoterapi yang digunakan untuk mengobati berbagai jenis kanker. Penggunaan bleomisin dapat menyebabkan kerusakan sel melalui peningkatan stres oksidatif serta memicu respons peradangan pada hati. Herba ciplukan (Physalis angulata L.) dikenal memiliki sifat antiinflamasi, antioksidan, antineoplastik, dan imunomodulator yang berpotensi melindungi hati dari kerusakan akibat induksi bleomisin. Penelitian ini bertujuan menganalisis efek penghambatan fibrosis hati melalui pemberian ekstrak herba ciplukan (Physalis angulata L.) terhadap gambaran histopatologi hati tikus yang diinduksi bleomisin. Sebanyak 21 ekor tikus jantan galur Sprague Dawley digunakan dalam penelitian ini. Kelompok perlakuan terdiri dari kelompok perlakuan akut (14 hari) dan kronis (51 hari). Masing-masing kelompok terdiri dari pemberian bleomisin (BLM), bleomisin dan ciplukan (BLM+CIP) dan kontrol normal (KN). Bleomisin diberikan secara subkutan dan herba ciplukan diberikan secara peroral, dengan pemberian selama 14 hari. Hasil pengamatan histopatologi menunjukkan bahwa pemberian bleomisin menyebabkan kerusakan hati berupa edema, vasodilatasi, infiltrasi sel radang, dan fibrosis. Pemberian ekstrak herba Physalis angulata L. pada dosis 50 mg/kg BB menunjukkan efek fibrokuratif yang optimal, ditandai dengan penurunan tingkat kerusakan hati, perbaikan jaringan fibrosis, serta aktivitas antiinflamasi. Temuan ini dapat menjadi dasar penggunaan ekstrak herba ciplukan sebagai agen hepatoprotektor dalam terapi kanker.

Bleomycin is a chemotherapy drug used to treat various types of cancer. Its use can lead to cellular damage through increased oxidative stress and trigger an inflammatory response in the liver. The ciplukan herb (Physalis angulata L.) is known to possess anti-inflammatory, antioxidant, antineoplastic, and immunomodulatory properties, which have the potential to protect the liver from bleomycin-induced damage. This study aimed to analyze the antifibrotic effect of Physalis angulata L. herb extract on the histopathological features of bleomycin-induced liver damage in rats. A total of 21 male Sprague Dawley rats were used in this study. The treatment groups consisted of acute (14 days) and chronic (51 days) groups. Each group received one of the following treatments: bleomycin alone (BLM), bleomycin combined with ciplukan extract (BLM+CIP), or normal control (NC). Bleomycin was administered subcutaneously, while the ciplukan extract was administered orally for 14 days. Histopathological observations showed that bleomycin administration caused liver damage characterized by edema, vasodilation, inflammatory cell infiltration, and fibrosis. Administration of Physalis angulata L. extract at a dose of 50 mg/kg body weight demonstrated optimal fibrokurative effects, indicated by a reduction in liver damage, improvement of fibrotic tissue, and anti-inflammatory activity. These findings may serve as a basis for the potential use of Physalis angulata L. extract as a hepatoprotective agent in cancer therapy.