Please use this identifier to cite or link to this item:
http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/164426| Title: | Aspek Sosial Ekonomi, Konsumsi Pangan, dan Morbiditas Anak SD Berstatus Gizi Stunted dan Normal di Bogor |
| Authors: | Kustiyah, Lilik Dwiriani, Cesilia Meti Dewi, Deviani Prima |
| Issue Date: | 2012 |
| Publisher: | IPB University |
| Abstract: | Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengkaji aspek sosial ekonomi, konsumsi pangan, dan morbiditas anak SD berstatus gizi stunted dan normal di Bogor. Tujuan khusus dari penelitian ini adalah 1) mengkaji karakteristik sosial ekonomi keluarga contoh stunted dan normal (besar keluarga, tingkat pendidikan orang tua, pekerjaan orangtua, pendapatan keluarga, pengetahuan gizi ibu), 2) mengidentifikasi karakteristik contoh stunted dan normal (usia, jenis kelamin, uang jajan, pengetahuan gizi contoh), 3) mengkaji kebiasaan makan contoh stunted dan normal, 4) mengkaji intake energi dan zat gizi contoh stunted dan normal, 5) mengkaji morbiditas contoh stunted dan normal, 6) menganalisis hubungan antara karakteristik contoh, kondisi sosial ekonomi keluarga, intake energi dan zat gizi serta morbiditas dengan status gizi. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study dengan teknik wawancara yang dilaksanakan pada bulan September sampai November 2011 di tiga sekolah dasar di Bogor. Pemilihan tempat dilakukan secara purposive dengan pertimbangan tingginya prevalensi stunted di ketiga sekolah dasar tersebut berdasarkan penelitian Dwiriani et al. (2010). Contoh adalah siswa-siswi kelas 5 dan 6 SD Negeri Sindangsari 1, MI l'anatusshibyan, dan MI Manba'ul Islam yang terdiri dari 71 siswa stunted (z-skor TB/U <-2 SD) dan 71 siswa normal (z-skor TB/U 2-2 SD). Pemilihan contoh normal dilakukan secara acak (simple random sampling) dalam jumlah yang sama dengan contoh stunted dari ketiga sekolah tersebut. Data yang dikumpulkan berupa data primer dan sekunder. Data primer meliputi karakteristik contoh (jenis kelamin, usia, uang jajan, dan pengetahuan gizi siswa), karakteristik sosial ekonomi keluarga (besar keluarga, tingkat pendidikan orangtua, pekerjaan orangtua, pendapatan keluarga, pengetahuan gizi ibu), status gizi contoh, kebiasaan makan contoh, konsumsi pangan serta penyakit yang diderita oleh contoh selama satu bulan terakhir. Data konsumsi pangan dikumpulkan melalui metode Food Record dan Food Recall 2x24 jam. Data sekunder yang dikumpulkan adalah mengenai gambaran umum sekolah. Data dianalisis secara statistik deskriptif dan inferensia (uji beda Independent Samples T test, korelasi Spearman, dan Pearson) menggunakan perangkat program komputer Microsoft Excell 2007 dan SPSS 16.0 for Windows. Hasil penelitian menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan (p>0,05) antara besar keluarga pada contoh stunted dan normal. Sementara itu, terdapat perbedaan yang signifikan (p<0,05) antara pendidikan ayah, pendidikan ibu, dan pendapatan keluarga pada contoh stunted dan normal. Keluarga pada contoh normal memiliki pendidikan ayah, pendidikan ibu, serta pendapatan keluarga yang lebih baik daripada keluarga pada contoh stunted. Prevalensi kejadian stunted pada anak usia sekolah di wilayah penelitian yaitu sebesar 28,6%. Rata-rata z-skor TB/U pada contoh stunted yaitu 2,53±0,49 dan -0,91±0,80 pada contoh normal. Mayoritas kedua kelompok contoh dalam penelitian ini adalah perempuan, dengan persentase contoh stunted yaitu 54,9% dan contoh normal 60,6%. Persentase terbesar usia baik pada contoh stunted dan normal berada pada usia 10-12 tahun. Sebagian besar contoh (>75%) memiliki status gizi IMT/U normal, baik itu pada contoh stunted (77,5%) maupun normal (80.3%). Uang jajan kedua kelompok contoh berada pada selang Rp 1.900,00 sampai Rp 5.100,00 per hari. Pada umumnya, tingkat pengetahuan gizi ibu pada contoh stunted (82.0%) dan normal (56.3%) berada pada tingkat pengetahuan gizi sedang (00-80%). Hal serupa juga terjadi pada tingkat pengetahuan gizi contoh. Tingkat pengetahuan gizi contoh stunted (67.6%) dan normal (70,4%) berada pada tingkat pengetahuan gizi sedang (60-80%). Berdasarkan hasil uji beda statistik, terdapat perbedaan yang signifikan (p<0,05) skor pengetahuan gizi ibu dan contoh antara contoh slunted dan normal. Pengetahuan gizi ibu dan contoh pada toh normal lebih baik dibandingkan dengan contoh stunted Tidak terdapat perbedaan yang signifikan (p>0,05) dalam hal kebiasaan makan yang meliputi frekuensi makan, kebiasaan sarapan, kebiasaan mengonsumsi pangan hewani, susu, sayuran, buah, gorengan, dan minuman bergula pada contoh stunted dan normal. Hal serupa juga terjadi pada intake energi dan zat gizi kedua contoh. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan (p>0.05) antara intake energi dan zat gizi pada contoh stunted dan normal Mayontas contoh stunted dan normal memiliki tingkat kecukupan energi kategori normal. Sementara itu, mayoritas contoh stunted memiliki tingkat kecukupan protein kategori berlebih sedangkan mayoritas contoh normal memiliki tingkat kecukupan protein defisit berat. Pada umumnya tingkat kecukupan kalsium, besi, dan vitamin C kedua kelompok contoh masih tergolong kurang (<77% AKG), sedangkan tingkat kecukupan vitamin A tergolong cukup (2 77% AKG). Mutu gizi pangan kedua kelompok contoh masih termasuk kategori kurang. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan (p>0.05) antara mutu gizi pangan yang dikonsumsi pada contoh stunted dan normal. Sebagian besar (>50%) dari total contoh pemah sakit selama satu bulan terakhir. Jenis penyakit yang paling sering diderita oleh kedua kelompok contoh yaitu batuk, Tidak terdapat perbedaan yang signifikan (p>0.05) antara morbiditas yang meliputi jenis penyakit, frekuensi sakit, dan lama sakit yang diderita pada contoh stunted dan normal. Hasil uji korelasi menunjukkan tidak terdapat hubungan yang signifikan (p>0,05) antara besar keluarga, tingkat kecukupan energi dan zat gizi, mutu gizi pangan, serta morbiditas dengan status gizi pada anak usia sekolah Pada penelitian ini ditemukan adanya hubungan yang signifikan (p<0,05) dan positif antara pengetahuan gizi contoh, pendidikan orangtua, pendapatan keluarga, dan pengetahuan gizi bu dengan status gizi pada anak usia sekolah. Selain itu, terdapat hubungan yang signifikan (p<0,05) dan negatif antara usia contoh dengan status gizi Mengingat masih ditemukannya keadaan stunted dengan kondisi sosial ekonomi yang masih rendah diperlukan upaya-upaya perbaikan gizi yang meliputi perbaikan pendidikan orangtua dan perbaikan konsumsi pangan pada anak yang stunted. Perbaikan pendidikan orangtua akan memberikan dampak jangka panjang terhadap status gizi. Semakin tinggi tingkat pendidikan, maka kesempatan seseorang mendapatkan pekerjaan akan semakin besar dan berpengaruh terhadap meningkatnya pendapatan keluarga. Dengan meningkatnya pendapatan keluarga, maka peluang untuk memperbaiki konsumsi pangan semakin besar dan pada akhimya berpengaruh positif terhadap status gizi. Perbaikan konsumsi sebaiknya dilakukan tidak hanya pada kuantitas pangan tetapi juga kualitas pangan. Dengan begitu, diharapkan anak yang sudah berada pada kondisi stunted saat ini dapat mengejar ketinggalan partumbuhannya di masa remaja, sehingga kondisi stunted pada generasi selanjutnya akan berkurang. |
| URI: | http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/164426 |
| Appears in Collections: | UT - Nutrition Science |
Files in This Item:
| File | Description | Size | Format | |
|---|---|---|---|---|
| I12dpd.pdf Restricted Access | Fulltext | 26.96 MB | Adobe PDF | View/Open |
Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.