Analisis Ekonomi dari Pemeliharaan puyuh yang Diberi Asap Cair dengan Dosis yang Berbeda

Abstract

Pemanasan global telah menjadi isu utama yang dihadapi oleh seluruh dunia termasuk di dalam sub sektor peternakan. Puyuh merupakan unggas yang memiliki suhu tubuh yang tinggi dan berpotensi mudah mengalami cekaman panas yang dampaknya dapat menurunkan produktivitas. Asap cair adalah salah satu bahan alami yang fungsinya sebagai antioksidan dan dapat digunakan untuk mengurangi cekaman panas yang dialami puyuh. Pemberian asap cair pada puyuh perlu dikaji untuk melihat nilai ekonomi yang dihasilkan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dosis pemberian asap cair grade 1 pada puyuh melalui air minum terhadap efisiensi nilai ekonomi yang dihasilkan. Empat perlakuan diuji: P0 (tanpa Asap Cair Tempurung Kelapa (ACTK)), P1 (ACTK 0,25 mL /L air minum), P2 (ACTK 0,50 mL /L air minum), dan P3 (ACTK 1 mL /L air minum), dengan analisis deskriptif. Peubah yang diamati meliputi perhitungan HPP, BEP, dan IOFC. Hasil penelitian ini menunjukkan P1 menghasilkan nilai paling efisien dalam hasil perhitungan HPP, BEP, dan IOFC. Dosis pada perlakuan tersebut direkomendasikan bagi peternak untuk mempertahankan atau meningkatkan produktivitas puyuh menjelang masa afkir dengan biaya optimal.

Global warming has emerged as a critical issue worldwide, including within the livestock subsector. Quail, as birds with naturally high body temperatures, are particularly vulnerable to heat stress, which can adversely affect their productivity. Liquid smoke, a natural antioxidant, has the potential to alleviate heat stress in quail. Therefore, it is important to evaluate the economic impact of administering liquid smoke to quail. This study aims to determine the effect of different doses of grade 1 liquid smoke administered through drinking water on the economic efficiency of quail production. Four treatments were applied: P0 (no Coconut Shell Liquid Smoke (CSLS)), P1 (CSLS at 0.25 mL/L), P2 (CSLS at 0.50 mL/L), and P3 (CSLS at 1 mL/L), using descriptive analysis. The variables measured included Production Cost (HPP), Break-Even Point (BEP), and Income Over Feed Cost (IOFC). Results indicated that the P1 treatment yielded the highest economic efficiency across all parameters. Egg sales under this treatment were also the most profitable. Consequently, the 0.25 mL/L dosage is recommended for farmers aiming to maintain or enhance quail productivity approaching the end of the production cycle while optimizing costs.