Please use this identifier to cite or link to this item:
http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/164203| Title: | Pertumbuhan Kalus dan Sel serta Regenerasi Tanaman Tapak Dara (Catharanthus roseus L.) pada Kultur In Vitro. |
| Authors: | Harran, Said Dorly Wijaya, Kurniawati Rahmi |
| Issue Date: | 1999 |
| Publisher: | IPB University |
| Abstract: | Selain sebagai tanaman hias, tapak dara (Catharanthus roseus L.) juga berfungsi sebagai tanaman obat. Untuk perbanyakan tanaman obat dan produksi metabolit sekunder digunakan teknik kultur in vitro sebagai cara yang lebih efektif dibandingkan dengan teknik konvensional. Dalam penelitian ini dipelajari pengaruh berbagai macam cara sterilisasi terhadap pertumbuhan benih C. roseus dan pengaruh medium terhadap pembentukan dan pertumbuhan kalus, kultur suspensi sel dan regenerasi tanaman C. roseus. Untuk pembentukan kalus, eksplan yang berupa kecambah utuh maupun potongan hipokotil kecambah dikulturkan ke dalam media Murashige dan Skoog (MS) padat dengan 2,4-D (0.5, 1.0, dan 2.0 ing/l) dan BAP (0.1, 0.2, dan 0.5 mg/l) yang dibuat dalam 9 kombinasi perlakuan dan 2 perlakuan tambahan (2,4-D 0.5 mg/l atau BAP 0.1 mg/l). Kalus kemudian dipindahkan ke dalam media MS cair dengan komposisi zat pengatur tumbuh yang sama guna pembentukan kultur suspensi sel. Selanjutnya sel-sel tersebut disubkultur ke dalam media MSo untuk diregenerasikan menjadi tanaman. Cara sterilisasi 2 merupakan cara terbaik untuk mengecambahkan benih C. roseus, yaitu perendaman berturut-turut dalam larutan clorox 20% + 4 tetes tween 80-aquades steril - clorox 10% + tween 80 aquades steril clorox 5% + tween 80 aquades 2 kali. Hasil uji analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan 1 (MS + 2,4-D 0.5 mg/l + BAP 0.1 mg/l) dan perlakuan 2 (MS + 2,4-D 0.5 mg/l + BAP 0.2 mg/l) merupakan kombinasi perlakuan terbaik dari 2,4-D dan BAP terhadap rataan bobot basah kalus dalam media padat pada minggu ke-5 dan ke-10. Pada kultur suspensi, perlakuan 2 yang berupa kombinasi 2,4-D 0.5 mg/l + BAP 0.2 mg/1 menunjukkan pengaruh yang paling baik terhadap bobot basah sel dibandingkan perlakuan lainnya. Sel-sel dari kultur suspensi yang dipindahkan ke dalam media regenerasi MSo padat tidak mampu membentuk plantlet. Sel-sel pada semua perlakuan cenderung stagnan, kecuali pada perlakuan 2 (MS+2,4-D 0.5 mg/l + BAP 0.2 mg/l) masih menunjukkan sedikit perkembangan walaupun selanjutnya perkembangan sel-sel tersebut terhambat. |
| URI: | http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/164203 |
| Appears in Collections: | UT - Biology |
Files in This Item:
| File | Description | Size | Format | |
|---|---|---|---|---|
| G99KRW.pdf Restricted Access | Fulltext | 20.32 MB | Adobe PDF | View/Open |
Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.