Akumulasi Logam Kadmium (Cd) pada Tanaman Eceng Gondok (Eichornia crassipes)

Abstract

Eceng gondok (Eichornia crassipes) merupakan salah satu dari beberapa gulma air penting di Indonesia. Tanaman ini mempunyai kemampuan untuk menyerap berbagai zat pencemar dalam air dan dapat dimanfaatkan untuk mengurangi pencemaran lingkungan. Dengan demikian, bila tanaman ini dikelola dengan baik dan dipanen secara teratur dapat berperan dalam penanggulangan pencemaran air. Kadmium merupakan salah satu dari logam berat yang berbahaya, karena sifatnya yang beracun, akumulatif, dan resistensinya yang tinggi dalam tubuh. Kadmium dalam tubuh dapat merusak tulang seperti gejala "itai-itai" yang dikenal di Jepang. Mengingat bahwa senyawa logam berat ini di alam tidak dapat diuraikan oleh organisme dalam perairan, maka perlu diketahui cara-cara yang baik untuk menghilangkan logam berat yang telah ada dalam lingkungan hidup. Salah satu cara yang telah dicoba yaitu dengan menggunakan tanaman air (eceng gondok) untuk menyerap logam berat tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui daya absorpsi dan akumulasi dari eceng gondok terhadap logam berat kadmium dan untuk mengetahui manfaat eceng gondok sebagai indikator pencemaran logam berat kadmium. Kandungan Cd dalam tanaman eceng gondok dianalisis dengan menggunakan spektrofotometer serapan atom (AAS) pada panjang gelombang 228,8 nm. Uji statistik yang digunakan adalah uji Duncan. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa dengan peningkatan pemberian konsentrasi Cd dan lama waktu pengambilan contoh terhadap penyerapan logam Cd dalam tanaman eceng gondok memberikan pengaruh berbeda nyata (P<0,05). Akumulasi Cd rata-rata mencapai 124,36 µg/g dengan konsentrasi 1,0 ppm Cd pada hari ke-56. Sedangkan pada konsentrasi 0 dan 0.5 ppm Cd pada hari yang sama masing-masing mencapai kandungan Cd 2,16 dan 106,82 µg/g. Akumulasi Cd dengan pemberian konsentrasi Cd yang berbeda pada tanaman eceng gondok memnunjukkan bahwa makin tinggi konsentrasi Cd dalam air, semakin tinggi pula akumulasi Cd dalam tanaman eceng gondok. Jadi, setiap peningkatan konsentrasi, akumulasinya juga meningkat.