Penetapan Desa Miskin Di D.I. Yogyakarta Berdasarkan Data Podes Dan Susenas

Abstract

Dengan menggabungkan data PODES dan SUSENAS diperoleh perbedaan hasil penggerombolan desa miskin dengan desa miskin hasil penetapan kriteria yang dilakukan oleh Biro Pusat Statistik (BPS). Pada umumnya perbedaan ini terjadi pada desa yang dikategorikan tidak miskin berdasarkan kriteria BPS namun miskin berdasarkan hasil penggerombolan. Pada daerah pedesaan perbedaan ini terjadi sebesar 53%, sedangkan di daerah perkotaan terjadi perbedaan sebesar 52%. Desa-desa yang dikategorikan miskin berdasarkan hasil penggerombolan di daerah pedesaan dicirikan oleh rendahnya persentase rumahtangga yang menggunakan listrik. rendahnya persentase rumahtangga yang menyekolahkan anaknya ke perguruan tinggi. rendahnya persentase rumahtangga yang memiliki kendaraan roda 4. rendahnya persen-tase rumahtangga yang memiliki kendaraan roda 2 atau 3. jauhnya jarak ke rumah sakit terdekat, rendahnya persentase penduduk berusia di atas 10 tahun yang dapat membaca, rendahnya rata-rata luas sawah per rumahtangga pertanian, rendahnya kepadatan penduduk per km² serta rendahnya rata-rata pengeluaran makanan dan nonmakanan per kapita per bulan. Desa-desa miskin di daerah perkotaan dicirikan oleh masih banyaknya rumah tangga yang bergantung pada sektor pertanian, rendahnya persentase rumahtangga. vang menggunakan listrik, rendahnya persentase rumahtangga yang menyekolahkan anaknya ke perguruan tinggi, rendahnya persentase rumahtangga yang memiliki kenda-raan roda 2 atau 3, jauhnya jarak ke rumah sakit terdekat, sedikitnya jumlah poliklinik. per 1000 penduduk, rendahnya persentase penduduk berusia di atas 10 tahun yang dapat membaca, tingginya persentase rumahtangga yang masih memiliki luas lahan kurang dari 0.25 Ha, rendahnya kepadatan penduduk per km² serta rendahnya rata-rata pengeluaran makanan dan nonmakanan per kapita per bulan.