Please use this identifier to cite or link to this item:
http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/163681| Title: | Perbandingan Inflasi Perkotaan dan Pedesaan di Jawa Barat Tahun 1992-1994 |
| Authors: | Aunuddin Indahwati Sugiharti, Ely |
| Issue Date: | 1995 |
| Publisher: | IPB University |
| Abstract: | Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan tingkat inflasi di pedesaan dan perkotaan, haik untuk jumlah dan jenis komoditas yang berbeda maupun untuk jumlah dan jenis komoditas yang sama. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data harga yang merupakan hasil Survey Harga Konsumen yang dilakukan oleh Biro Pusat Statistik (BPS) yang meliputi survey tahun 1992 sampai tahun 1994. Selanjutnya metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif yaitu analisis yang hanya bersifat menguraikan hasil penelitian. Hasil-hasil analisis selanjutnya disajikan dalam bentuk tabel dan grafik. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa tingkat inflasi wilayah pedesaan secara umum lebih tinggi dibanding wilayah perkotaan. Tingginya laju inflasi di wilayah pedesaan ternyata disebabkan oleh tingginya angka indeks perubahan harga kelompok makanan, sedangkan di wilayah perkotaan disebabkan oleh tingginya angka perubahan indeks kelompok perumahan dan aneka barang dan jasa. Dengan demikian kelompok makanan masih mempunyai peranan yang cukup berarti pada tingkat inflasi di pedesaan. Laju inflasi tahun 1993 merupakan laju inflasi tertinggi selama kurun penelitian (1992-1994) yaitu sebesar 9.76% untuk wilayah perkotaan dan 10.53% untuk wilayah pedesaan, sedangkan laju inflasi terendah terjadi pada tahun 1992 yaitu sebesar 4.51% untuk wilayah perkotaan dan 6.21% untuk wilayah pedesaan. Tingginya laju inflasi tahun 1993 sudah terlihat sejak awal tahun, hal ini karena telah terjadi kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) yang merupakan akibat dari berlakunya kebijakan pemerintah tentang penyesuaian harga BBM pada bulan Januari 1993 yang kemudian merambat pada tingkat harga yang lainnya. Keadaan ini terlihat dari meningkatnya angka perubahan indeks harga semua kelompok komponen inflasi. Disamping itu juga pengaruh hari lebaran yang terjadi pada bulan Februari 1993. Pengaruh lebaran ini terlihat pula pada tahun 1992 dan tahun 1994 yang masing-masing terjadi pada bulan Maret dan Februari. Laju inflasi yang juga tercatat cukup tinggi terjadi tahun 1994. Penyebab tingginya laju inflasi pada tahun 1994 selain dampak hari lebaran juga karena pada tahun tersebut terjadi kenaikan tarif listrik rumahtangga yang terjadi pada bulan Maret. Berdasarkan pada kedua kenyataan ini maka dapat disimpulkan bahwa kebijakan pemerintah tentang penyesuaian harga mempunyai peranan yang cukup besar terhadap laju inflasi bahkan menjadi pemicu laju inflasi. Dampak ini ternyata lebih dapat dirasakan di wilayah pedesaan dibanding perkotaan. |
| URI: | http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/163681 |
| Appears in Collections: | UT - Statistics and Data Sciences |
Files in This Item:
| File | Description | Size | Format | |
|---|---|---|---|---|
| G95esu.pdf Restricted Access | Fulltext | 11.69 MB | Adobe PDF | View/Open |
Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.