Please use this identifier to cite or link to this item:
http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/163084| Title: | PEMANFAATAN SISTEM PAKAR FUZZY DALAM MENENTUKAN PERILAKU API PADA KEBAKARAN HUTAN |
| Authors: | Marimin Herdiyeni, Yeni Riadini, Purna |
| Issue Date: | 2007 |
| Publisher: | IPB University |
| Abstract: | Tujuan penelitian ini adalah menghasilkan suatu sistem pakar yang dapat digunakan untuk menentukan perilaku api pada kebakaran hutan berdasarkan faktor ketersediaan bahan bakar. Perilaku api mendeskripsikan bagaimana api beraksi apabila bertemu dengan bahan bakar, cuaca, dan topografi. Prediksi perilaku api digunakan sebagai acuan dalam membuat kebijakan yang berhubungan dengan upaya pencegahan dan penanggulangan bahaya kebakaran hutan. Sistem pakar ini disusun berdasarkan pendekatan fuzzy. Parameter yang digunakan untuk menentukan perilaku api dalam sistem ini adalah kadar air bahan bakar (%), muatan bahan bakar (ton/ha) serta tebal bahan bakar (cm). Data dari parameter-parameter tersebut akan diproses oleh fuzzy inference system (FIS) sehingga diperoleh output berupa perilaku api yang terdiri dari tinggi api (m), laju penjalaran (m/menit), intensitas kebakaran (kW/m) serta panas per unit area (kJ/m²). Hasil akhir dari sistem ini dapat digunakan untuk membantu memutuskan cara pencegahan kebakaran hutan. Parameter tebal bahan bakar dan muatan bahan bakar digunakan untuk memperoleh tinggi api sedangkan parameter kadar air dan muatan bahan bakar digunakan untuk memperoleh laju penjalaran. Tinggi api, laju penjalaran dan muatan bahan bakar digunakan untuk menentukan intensitas kebakaran hutan. Berdasarkan intensitas kebakaran dan laju penjalaran dapat diketahui panas per unit area yang dihasilkan pada suatu proses kebakaran. Hasil pengujian menunjukkan bahwa intensitas kebakaran rendah akan tercapai pada kondisi kadar air bahan bakar rendah (11,71%), muatan bahan bakar rendah (66,63 ton/ha) serta ketebalan bahan bakar yang tipis (47,67 cm). Intensitas kebakaran sedang akan tercapai ketika kadar air bahan bakarnya tinggi (39,59%), muatan bahan bakar rendah (69,1 ton/ha) dan ketebalan bahan bakar yang tipis (63,56 cm). Sedangkan intensitas kebakaran tinggi akan tercapai pada kondisi kadar air tinggi (50,57%), muatan bahan bakar tinggi (98,97 ton/ha) dan ketebalan bahan bakar yang tebal (86,87 cm). Intensitas kebakaran ekstrim akan terjadi ketika kadar air bahan bakarnya tinggi (59,77%), muatan bahan bakar tinggi (107,49 ton/ha) serta ketebalan bahan bakar yang tebal (129,37 cm). Hasil analisis pakar menyatakan bahwa intensitas kebakaran tinggi atau ekstrim seharusnya terjadi pada saat kadar air bahan bakarnya tinggi, muatan bahan bakar tinggi serta ketebalan bahan bakar tinggi (tebal). Namun pada kondisi kadar air rendah dimungkinkan terjadi intensitas kebakaran tinggi apabila muatan bahan bakarnya tinggi dan didominasi oleh batang. Bahan bakar berupa batang lebih sulit terbakar apabila dibandingkan dengan bahan bakar daun atau ranting, namun apabila sudah terbakar akan sangat sulit dipadamkan. Sebaliknya, kadar air yang tinggi memungkinkan terjadinya intensitas kebakaran rendah apabila muatan bahan bakarnya sedikit dan didominasi oleh daun atau ranting. Bahan bakar daun atau ranting akan lebih cepat terbakar namun lebih mudah dipadamkan. Hal ini berlaku pula untuk parameter tebal bahan bakar. Pada kondisi bahan bakar yang tebal seharusnya diperoleh intensitas kebakaran tinggi atau ekstrim, namun apabila bahan bakar tersebut didominasi oleh daun atau ranting dimungkinkan terjadi intensitas kebakaran yang rendah atau sedang. Sebaliknya, bahan bakar yang didominasi oleh batang dapat menghasilkan intensitas kebakaran tinggi atau ekstrim walaupun ketebalannya tipis. |
| URI: | http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/163084 |
| Appears in Collections: | UT - Computer Science |
Files in This Item:
| File | Description | Size | Format | |
|---|---|---|---|---|
| G07PRI.pdf Restricted Access | Fulltext | 25.25 MB | Adobe PDF | View/Open |
Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.