Kajian Produksi Bioinsektisida Dar! Bacillus Thuringiensis Subsp. Israelensis Pada Media Tapioka

Abstract

Bacillus thuringiensis subsp israelensis (B.t.i) merupakan salah satu bakteri yang mampu menghasilkan bahan aktif bioinsektisida. Bioinsektisida ini mampu membunuh larva nyamuk dan lalat hitam. Dibandingkan dengan insektisida kimia, penggunaan bioinsektisida relatif lebih aman. Hal ini disebabkan karena kerja bioinsektisida bersifat spesifik pada serangga target tertentu, sehingga aman bagi lingkungan. Selain itu, penggunaannya tidak menimbulkan kekebalan (resistency) pada serangga target. Biaya produksi bioinsektisida cukup maha!. Hal ini disebabkan karena Indonesia masih mengimpor bahan-bahan yang digunakan untuk produksi tersebut. Oleh karena itu perlu dilakukan upaya produksi bioinsektisida dengan menggunakan bahan loka!. Salah satu bahan lokal tersebut adalah tapioka. Tapioka, sebagai salah satu sumber karbon yang mengandung 86,9% karbohidrat dapat digunakan sebagai substrat fermentasi B.t.i. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kombinasi terbaik antara tapioka sebagai sumber karbon dan urea sebagai sumber nitrogen dalam produksi bioinsektisida, kinetika fermentasi produksi bioinsektisida oleh B.t.i dan toksisitas produk bioinsektisida yang dihasilkan terhadap larva nyamuk Culex sp. Pada penelitian ini diberikan perlakuan persentase tapioka dan urea pada media fermentasi. Ada 6 taraf kadar tapioka yang digunakan, yaitu 0,5%; 1,0%; 1,5%; 2,0%; 2,5% dan 3,0%. Kadar urea sebagai sumber nitrogen ditetapkan sebesar 1,0%. Tahapan penelitian terdiri dari persiapan inokulum, kultivasi B.t.i dan bioassay. Selama fermentasi dilakukan pengukuran pH, pertumbuhan sel (metode bobot kering biomassa, pengukuran Optical Density dan TPC atau Total Plate COllnt), jumlah spora (Viable Spore COllnl), kadar gula sisa dan pengamatan terhadap pembentukan kristal protein (Ii-endotoksin). Pada akhir fermentasi dilakukan bioassay dengan menggunakan larva nyamuk Culex sp. Hasil penelitian menunjukkan secara umum Bacillus thuringiensis subsp israelensis dapat tumbuh dengan baik pada semua perlakuan yang diujikan. Selama fermentasi pH cairan berada pada selang 7,37 - 8,45. Bobot kering biomass a tertinggi, yaitu sebesar 8,75 gil diberikan oleh media tapioka 2,5% pada fermentasi jam ke-30. Perolehan jumlah sel tertinggi dicapai pada media tapioka 2,5%, yaitu 0,52 x 1014 sell ml cairan kultur, sedangkan jumlah spora tertinggi dicapai pada media tapioka 2%, yaitu sebesar 0,39 x 1012 spora/m!. Analisa sidik ragam pada selang kepercayaan 95% menunjukkan bahwa persentase tapioka memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata terhadap bobot kering biomassa, pembentukan sel dan pembentukan sp~ra. Berdasarkan hasil perhitungan kinetika fermentasi, diketahui bahwa laju pertumbuhan spesifik berdasarkan bobot kering biomassa (/lx) tertinggi dicapai pada media tapioka 2%, yaitu sebesar 0,42 jalll-1 Laju pertumbuhan spesifik berdasarkan jumlah sel (/IN) tertinggi dicapai pada media tapioka 1,5%, yaitu sebesar 0,073 jalll-1 Efisiensi pengubahan substrat menjadi bioillassa (Yx/s) tertinggi, yaitu sebesar 0,91 g selig substrat dicapai pada media tapioka 1%, sedangkan efisiensi pengubahan substrat menjadi spora (Yp/s) tertinggi dicapai pada media tapioka 2,5%, yaitu sebesar 0,49 g spora/g substrat. Pada bioassay, potensi bioinsektisida tertinggi diberikan oleh media tapioka 2%. Potensi ini ditunjukkan dengan tingginya nilai potensi bioinsektisida yang dihasilkan oleh media tapioka 2% bila dibandingkan dengan media lain. Pada media tapioka 2%, nilai LCso produk bioinsektisida adalah sebesar 7,015 mg/I atau sebesar 0,579 kali nilai LCso dari produk komersial Vectobac. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bobot kering biomassa dan jumlah sel tidak berkorelasi positif terhadap potensi cairan kultur.