Analisis Pendapatan dan Efisiensi Produksi Usaha Ternak Sapi Perah Terintegrasi dan Konvensional (Studi Kasus: KUNAK Pamijahan dan Cibungbulang serta Usaha Ternak di Kelurahan Kebon Pedes, Bogor)

Abstract

Usaha ternak sapi perah memiliki peran strategis dalam produksi susu segar nasional. Namun, peternak menghadapi tantangan dalam efisiensi produksi, terutama terkait ketersediaan pakan, biaya produksi, dan kesejahteraan peternak. Perbedaan sistem peternakan antara KUNAK Pamijahan dan Cibungbulang, yang menerapkan sistem terintegrasi, dan Kelurahan Kebon Pedes, yang masih menggunakan sistem konvensional, memengaruhi tingkat efisiensi dan pendapatan peternak. Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini bertujuan untuk: (1) mengidentifikasi faktor-faktor yang memengaruhi produksi susu pada usaha ternak sapi perah terintegrasi dan konvensional, (2) menganalisis perbandingan pendapatan pada usaha ternak sapi perah terintegrasi dan konvensional, (3) menganalisis perbandingan efisiensi teknis, efisiensi alokatif, dan efisiensi ekonomi pada usaha ternak sapi perah terintegrasi dan konvensional. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Maximum Likelihood Estimation (MLE) untuk analisis faktor produksi, analisis pendapatan menggunakan R/C ratio, serta analisis efisiensi produksi dengan metode Stochastic Frontier Analysis (SFA). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pakan hijauan, pakan konsentrat, pakan ampas tahu, dan tenaga kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap produksi susu. Pendapatan peternak di KUNAK Pamijahan dan Cibungbulang lebih tinggi dibandingkan dengan Kelurahan Kebon Pedes. Dari sisi efisiensi, usaha ternak sapi perah di kedua lokasi memiliki nilai efisiensi teknis dan alokatif = 0,70, menunjukkan efisiensi yang cukup baik. Peternak di KUNAK Pamijahan dan Cibungbulang memiliki niai efisiensi ekonomi = 0,70, menunjukkan efisiensi yang cukup baik. Namun, efisiensi ekonomi di Kelurahan Kebon Pedes masih < 0,70, sehingga belum optimal.

Dairy farming plays a strategic role in the national fresh milk production. However, farmers face challenges in production efficiency, particularly regarding feed availability, production costs, and farmers' welfare. The differences in farming systems between KUNAK Pamijahan and Cibungbulang, which apply an integrated system, and Kebon Pedes Village, which still uses a conventional system, affect the level of efficiency and farmers' income. Based on this, this study aims to: (1) identify the factors influencing milk production in integrated and conventional dairy farming, (2) analyze the income comparison between integrated and conventional dairy farming, (3) analyze the comparison of technical efficiency, allocative efficiency, and economic efficiency in integrated and conventional dairy farming. The methods used in this study include Maximum Likelihood Estimation (MLE) for production factor analysis, income analysis using the R/C ratio, and production efficiency analysis using Stochastic Frontier Analysis (SFA). The results show that forage feed, concentrate feed, tofu dregs feed, and labor have a positive and significant effect on milk production. Farmers' income in KUNAK Pamijahan and Cibungbulang is higher compared to Kebon Pedes Village. In terms of efficiency, dairy farming in both locations achieved technical and allocative efficiency scores = 0,70, indicating fairly good efficiency. Farmers in KUNAK Pamijahan and Cibungbulang also achieved economic efficiency scores = 0,70, indicating relatively good efficiency. However, economic efficiency in Kebon Pedes Village remains below 0,70, indicating suboptimal performance.